Pertumbuhan Properti, Pertanian, dan Ritel Melambat di Bali
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali optimistis pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2019 berkisar 6 persen hingga 6,4 persen. Hal ini diyakini terus membaik, terlihat dari angka Indeks Keyakinan Konsumen pada Februari 2019 berada di level 118,6 poin. Angka ini naik dari Januari 2019 pada 117,3 poin.
Kondisi ini terus meningkat setelah berada di bawah level 100 poin pada Januari 2018. Turunnya indeks ini disebabkan Bali masih bergantung pada situasi pariwisata dan pengaruh dari erupsi Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Survei dari indeks ini menjadi salah satu barometer yang menunjukkan hal positif pulihnya kondisi ekonomi di Pulau Bali.
Meski optimistis, bidang properti, pertanian, dan ritel mengalami pertumbuhan melambat di awal tahun ini.
”Bukan tak tumbuh sama sekali, hanya pertumbuhannya melambat. Ya, ada beberapa kemungkinan, seperti di usaha pertanian tengah musim panen, ritel surut setelah ada hari raya, termasuk properti juga mengalami pelambatan dengan turunnya harga tanah,” kata Kepala Divisi SP PUR, Layanan dan Administrasi Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali Teguh Setiadi seusai acara Diseminasi Hasil Survei Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali di Denpasar, Senin (18/3/2019).
Bukan tak tumbuh sama sekali, hanya pertumbuhannya melambat. Ya, ada beberapa kemungkinan, seperti di usaha pertanian tengah musim panen, ritel agak surut setelah hari raya, termasuk properti juga mengalami pelambatan dengan turunnya harga tanah.
Teguh juga menjelaskan bahwa ekonomi Bali tetap bertumbuh, cuma tidak setinggi pada triwulan IV-2018, yang mampu menembus 7 persen. Berdasarkan hasil survei, kata Teguh, keuangan rumah tangga masih terjaga stabilitasnya.
Stabilitas tecermin dari peningkatan indeks tabungan enam bulan ke depan meningkat 6,5 poin. Selain itu, komposisi penggunaan penghasilan tercatat konsumsi masih tercatat mendominasi pengeluaran konsumen sebesar 59 persen, cicilan pinjaman 23 persen, dan tabungan 18 persen.
Belum normal
Lesunya pertumbuhan di usaha ritel, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Agra Putra, tetap masih terpengaruh oleh kondisi pariwisata Bali yang belum kembali normal sebelum adanya erupsi Gunung Agung di akhir tahun 2017. Meskipun demikian, lanjut Agra, awal tahun memang menjadi musim turunnya pertumbuhan ritel.
Hanya saja, awal tahun ini memang begitu melambat. Ia berharap menjelang hari raya Idul Fitri pertengahan tahun depan, pertumbuhan ritel membaik kembali. Pada kondisi pertanian, kehutanan, dan perikanan, berdasarkan survei, disebutkan adanya indikasi pemulihan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pemulihan kinerja pertanian dan peternakan. Tenaga kerja relatif terbatas dan cenderung sulit mendapatkannya karena adanya lapangan kerja sektor lain yang lebih menarik dibandingkan di bidang pertanian dan peternakan.
Sementara itu, pada usaha properti, lesunya bidang properti disebabkan beberapa hal, antara lain kenaikan harga barang bangunan (25,93 persen), harga upah (23,46 persen), dan biaya perizinan (18,52 persen). Beberapa perusahaan pengembang berupaya menarik konsumen dengan menurunkan harga perumahan. Tipe rumah yang mencatat pertumbuhan lumayan di tipe menengah sebesar 1,5 persen.
Survei ini bertujuan membantu memberikan masukan kepada pemerintah setempat, baik provinsi maupun kabupaten/kota, dalam mengambil kebijakan, khususnya di bidang ekonomi. Teguh pun meminta agar para pelaku usaha memberikan masukan atas survei tersebut.
Pelaksanaan survei dilakukan bekerja sama dengan perguruan tinggi, yaitu Universitas Udayana dan Universitas Pendidikan Ganesha, serta didukung instansi, asosiasi, dan otoritas terkait. Jumlah responden mencapai 4.500 orang dengan menggunakan metodologi sesuai standar internasional.