PT Len Fokus pada Bisnis Pertahanan dan Transportasi
Oleh
Pascal S Bin Saju
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – PT Len Industri (Persero), badan usaha milik negara yang bergerak di bidang elektronika dan prasarana, ingin menjadi pemain terdepan dalam lini bisnis elektronika pertahanan dan sistem transportasi perkeretaapian.
Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin, mengungkapkan hal itu saat mengunjungi Redaksi Kompas, Rabu (6/2/2019) di Jakarta. Zakky yang datang bersama beberapa staf dan petinggi perusahaannya diterima Pemimpin Redaksi Ninuk Mardiana Pambudy.
Zakky mengatakan, Len bergerak dalam empat lini bisnis, yakni transportasi perkeretaapian, eletronika pertahanan, energi terbarukan, teknologi informasi dan komunikasi (ICT), dan sistem navigasi. Namun, hingga saat ini, bidang transportasi memberikan revenue terbesar yakni 50 persen.
Menurut Zakky, Len telah hadir dalam mendukung keandalan sistem perkeretaapian, seperti dalam pembangunan LRT di Sumsel, DKI Jakarta, Jabodebek, dan skytrain di Bandara Soekarno Hatta.
Selain itu, sebagai perusahaan teknologi, Len juga menyerap potensi generasi milenial. Bahkan kini, 70 persen karyawan Len tergolong milenial.
Zakky menyadari, Len memang belum begitu banyak dikenal oleh publik. Berbeda misalnya dengan BUMN lain yang hasil kerjanya terlihat nyata secara fisik dalam bentuk jalan dan jembatan, atau bangunan bertingkat. Namun, Len sangat berperan bagi pembangunan bangsa.
Sebagai sebuah entitas, Len telah ada sejak 1965. Baru pada tahun 1991, melalui prakarsa dari Presiden Ketiga RI, BJ Habibie, Len diubah dari unit pelaksana Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Len Industri.
Sejak 1991 itu pun Len bukan lagi merupakan singkatan dari Lembaga Elektronika Nasional (LEN), tetapi menjadi sebuah entitas bisnis profesional dengan nama PT Len Industri. Saat ini Len berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN dengan kepemilikan saham 100 persen oleh pemerintah.
Menurut Zakky, kinerja perusahaan terus meningkat. Jika revenue tahun 2016 sekitar Rp 2,5 triliun, dua tahun kemudian atau di tahun 2018, pendapatannya menjadi Rp 5,3 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 130 miliar.