Hindari Lonjakan Harga, Pengguna Pelayaran Rakyat Pasok Barang Lebih Awal
Oleh
Insan Alfajri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengguna jasa kapal pelayaran rakyat atau Pelra mememasok komoditas lebih awal. Ini bertujuan untuk menghindari kenaikan harga menjelang libur Natal 2018 dan Tahun Baru 2019.
Data Operator Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, menunjukkan, per September 2018, total muatan kapal layar motor (KLM) itu sebanyak 37.796 ton per meter kubik. Jumlah itu menurun menjadi 31. 669 ton per meter kubik pada Oktober 2018 dan 30.220 ton per meter kubik per November 2018.
Tren itu juga terjadi pada 2017. Total muatan KLM pada September 2017 sebanyak 51.724 ton per meter kubik, turun menjadi 48.902 ton per meter kubik pada November 2017. Adapun jenis komoditas yang dimuat antara lain semen, gula pasir, terigu, beras, dan makanan ternak.
”Mereka (pengguna jasa KLM) kan mau menghindari kenaikan harga barang di momen Natal dan tahun baru ini. Para pengguna jasa KLM menyiapkan stok dagangan jauh-jauh hari sebelum Natal,” ujar Asisten Deputi General Manager Komersial dan Properti PT Pelabuhan Indonesia II Achmad Fitriantoro, Senin (17/12/2018), di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Achmad berpendapat, antisipasi kenaikan harga dari pengguna jasa KLM membuat lonjakan muatan KLM menjelang Natal 2018 tidak terjadi. Ini bisa dilihat dari lamanya KLM bersandar di pelabuhan menunggu muatan penuh. ”Di sini, KLM bisa bersandar dari 15-20 hari,” katanya.
Titik jenuh
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sunda Kelapa Ridwan Chaniago mengatakan, aktivitas bongkar muat di Sunda Kelapa sudah mengalami titik jenuh. ”Secara makro, aktivitas bongkar muat di Sunda Kelapa juga datar-datar saja. Tidak ada peningkatan signifikan menjelang Natal dan tahun baru ataupun Lebaran,” katanya.
Kasubsie Kepelabuhanan M Ramli merinci, muatan KLM didominasi oleh semen. Ini yang membuat muatan KLM tidak meningkat menjelang Natal dan tahun baru. ”Kalau tidak ada semen, KLM sudah tak karu-karuan itu nasibnya,” katanya.
Berdasarkan pantauan, terdapat 43 KLM yang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kondisinya pun ragam. Sebagian sudah berisi muatan, tetapi ada juga yang masih kosong. Di samping itu, ada juga KLM rusak yang sedang menunggu masa perbaikan.
Nakhoda KLM Mega Nirwana, Mappeare, sedang mengawasi pengangkatan barang ke kapalnya. Dari 500 ton total muatan, 50 persen di antaranya berupa semen. Mappeare dan lima anak buah kapalnya sudah bersandar selama 15 hari di Sunda Kelapa. ”Kalau tidak besok, mungkin lusa berangkat ke Pontianak,” katanya.
Perjalanan ke Pontianak membutuhkan waktu selama tiga hari tiga malam. Dalam sekali keberangkatan, mereka mendapat Rp 2,2 juta. Jumlah ini masih bisa dikurangi jika ada pemilik barang yang protes atas kerusakan atau kehilangan barang. Sementara itu, dari Pontianak ke Sunda Kelapa, kapal tidak bermuatan.
”Dalam sebulan, cuma bisa sekali pulang-pergi rute Sunda Kelapa-Pontianak. Ini masih untung bersandar 15 hari. Sebagian dari teman-teman saya ada yang bersandar hingga dua bulan untuk menunggu muatan penuh,” kata pria asal Bugis ini.