JAKARTA, KOMPAS — Laju impor diperkirakan melambat pada triwulan IV-2018 sehingga tidak terlalu membebani neraca perdagangan. Defisit transaksi berjalan tiga bulan terakhir pada 2018 tersebut juga diperkirakan lebih rendah dari defisit pada triwulan III-2018.
Kondisi itu antara lain akibat pengendalian impor yang mulai berjalan. Di sisi lain, ada indikasi pelaku industri telah mengimpor bahan baku atau bahan penolong pada triwulan III-2018.
Menurut data Bank Indonesia (BI), defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2018 sebesar 8,8 miliar dollar AS atau 3,37 persen produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih dalam dibandingkan dengan triwulan II-2018 yang defisit 8 miliar dollar AS atau 3,02 persen PDB.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal di Jakarta, Senin (12/11/2018), mengatakan, CORE memperkirakan defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2018 akan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal itu sejalan dengan sejumlah upaya pemerintah untuk menahan laju impor, seperti meningkatkan pajak penghasilan impor barang konsumsi dan mandatori B-20.
Meski demikian, pola permintaan menjelang akhir tahun cenderung meningkat. Permintaan itu akan diikuti dengan peningkatan impor. ”Saya kira upaya-upaya pemerintah itu setidaknya akan mengerem laju impor walaupun tidak terlalu besar,” ujarnya.
Di sektor migas, lanjut Faisal, harga minyak yang melemah dan implementasi mandatori B-20 akan mengurangi defisit migas. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga akan sedikit menekan nilai impor migas dan nonmigas.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan, impor solar Indonesia turun 4.000 kiloliter secara harian dari awal September hingga awal November 2018 dibandingkan dengan Januari-Agustus 2018 atau sebelum B-20 diberlakukan.
Bahan baku
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengemukakan, berdasarkan fakta empiris sejak 2016, nilai ekspor nonmigas pada triwulan IV cenderung naik. Kenaikan itu berkorelasi pada kenaikan impor bahan baku triwulan sebelumnya.
”Pada triwulan IV belum tentu ada kenaikan impor nonmigas secara signifikan. Khusus bahan baku/penolong, ada kemungkinan pelaku industri sudah mengimpor pada triwulan III-2018,” katanya.
Kasan menunjukkan, berdasarkan data impor menurut klasifikasi Board Economy Category pada triwulan III-2018, impor bahan baku/penolong 37,02 miliar dollar AS atau naik 10 persen dari triwulan II-2018 dan naik 22,8 persen terhadap triwulan III-2017.
Senior Vice President Global Economics and Markets Research PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyatakan, defisit transaksi berjalan triwulan III-2018 semakin dalam, terutama karena permintaan domestik yang cukup kuat. Namun, pada akhir tahun ini defisit transaksi berjalan akan menyempit.
Sementara Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah pada Senin bukan lantaran sentimen negatif terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia. Hal ini akibat dinamika global.
Pada Senin (12/11), nilai tukar berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Rp 14.747 per dollar AS. (HEN)