Panitia Pertemuan IMF-Bank Dunia Hibahkan Laptop dan Printer ke Pemda
Oleh
Ayu Sulistyowati
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Panitia Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia menghibahkan 200 laptop dan 100 mesin printer kepada Pemerintah Provinsi Bali. Selain Bali, panitia juga menghibahkan laptop dan printer dengan jumlah unit yang sama kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (Jawa Timur).
Hibah ini diserahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada perwakilan Provinsi Bali, Pemkab Bayuwangi, dan Pemprov NTB di Gedung Keuangan Negara, Renon, Kota Denpasar, Bali, Kamis (25/10/2018). Bali diwakili Gubernur Bali I Wayan Koster.
”Pemprov Bali mendapatkan hibah karena sebagai tuan rumah perhelatan IMF-Bank Dunia. Sementara Pemprov NTB dan Pemkab Banyuwangi merupakan lokasi pemerintahan yang disiapkan sebagai alternatif daerah evakuasi jika terjadi hal-hal tak terduga seperti kebencanaan. Hal ini pertimbangan hibah diberikan kepada tiga pemerintahan ini,” tutur Sri Mulyani.
Ia berharap hibah ini memberikan manfaat semaksimal mungkin untuk masyarakat di ketiga daerah tersebut. Hal ini menjadi komitmen panitia agar seusai acara IMF-Bank Dunia, tetap memberikan manfaat kepada pemerintah daerah. ”Semoga laptop dan printer ini dapat memberikan motivasi kreatif yang mendapatkannya di daerah,” ujar Sri Mulyani.
Perangkat tersebut merupakan produksi terbaru dengan spesifikasi teknis cukup tinggi. ”Awalnya, kami ingin menyewa sejumlah perangkat elektronik tersebut, tapi tidak jadi dan memutuskan membeli dengan komitmen seusai perhelatannya, dihibahkan saja untuk kepentingan masyarakat,” lanjutnya.
Total anggaran untuk membeli 500 laptop sebesar Rp 8 miliar serta 300 printer Rp 672 juta. Spesifikasi laptop tersebut adalah merek HP 250 G6 dan printer HP Laserjet M102a.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali TIA Kusumawardani menjelaskan, 200 laptop dan 100 printer tersebut bakal dibagikan kepada 30 sekolah menengah atas (SMA) di empat kabupaten. Keempat kabupaten itu adalah Karangasem, Jembrana, Buleleng, dan Bangli. Alasannya, keempat kabupaten itu dianggap lebih membutuhkan daripada SMA di Kota Denpasar, Gianyar, Tabanan, Badung, dan Klungkung yang lebih maju dari empat kabupaten tersebut.