Sasar Pedagang Warung, Bukalapak Kembangkan Aplikasi Khusus
Oleh
Mediana
·2 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Laman pemasaran Bukalapak berkomitmen membesarkan aplikasi warung. Produk ini berisi aneka fitur teknologi dan layanan yang dibutuhkan oleh pengusaha warung ritel.
Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky yang ditemui seusai menjadi pembicara diskusi ”Disruptive Technology and Inclusive Development: What Works?”, Rabu (10/10/2018), di Nusa Dua, Bali, mengatakan, aplikasi warung mirip aplikasi daring ke luring (O2O) yang telah dikembangkan perusahan rintisan teknologi lainnya.
Hanya, cakupan fitur di dalam aplikasi warung Bukalapak memiliki perbedaan. Sebagai contoh, fitur rantai pasok yang menghubungkan pemilik warung langsung dengan distributor. Fitur lain ialah point of sales, laman pemasaran, layanan sistem pembayaran secara elektronik, dan layanan berbasis teknologi finansial.
Menurut dia, melalui aplikasi warung, Bukalapak ingin memordenisasi warung ritel kecil yang biasanya dimiliki oleh kelas menengah bawah. Upaya ini sekaligus mempertegas kembali misi Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang mendukung pembangunan inklusif.
Untuk menjalankan aplikasi warung, Bukalapak bermitra antara lain dengan produsen fast moving goods dan penyedia jasa gudang logistik.
Chief Strategic Officer Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan, ide aplikasi warung sebenarnya dicetuskan dua tahun lalu. Sementara implementasinya baru 1,5 tahun terakhir.
Dalam waktu operasional yang relatif singkat itu, dia mengklaim, aplikasi warung berhasil dipakai oleh sekitar satu juta pemilik warung di seluruh Indonesia. Rata-rata nilai perputaran transaksi bersih setiap bulan mencapai sekitar 1,5 miliar dollar AS.
”Pemilik warung ritel kecil kini semakin dimudahkan berjualan fast moving goods ditambah lagi mereka menerima penghasilan tambahan dari jasa pembayaran berbasis sistem elektronik, seperti pembelian tiket pesawat,” kata Teddy.
Dia mengemukakan, bisnis awal Bukalapak, yaitu penyedia laman pemasaran, akan terus dijalankan. Bisnis ini diakui memang memiliki pengguna terbesar dari segmen konsumen menengah dan atas. Situasinya dinilai belum mampu mendukung misi Bukalapak. Oleh karena itu, Bukalapak mengembangkan aplikasi warung guna menjangkau segmen bawah.
Teddy menilai industri perdagangan secara elektronik atau e-dagang Indonesia tidak sedang dalam kondisi jenuh. Hanya, situasinya kini memerlukan inovasi baru.
”Pemain industri e-dagang seperti kami terus dituntut inovatif. Apa yang kami kerjakan sekarang adalah mempersiapkan diri untuk melahirkan inovasi baru lagi. Ketika satu inovasi sudah berjalan di pasar, kami segera memikirkan langkah selanjutnya mau melakukan apa,” katanya.