JAKARTA, KOMPAS – Integrasi sistem transaksi di jalan tol diterapkan agar semakin efisien sekaligus menekan biaya logistik. Setelah di jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau JORR, integrasi akan dilanjutkan ke jaringan tol di Surabaya.
Integrasi sistem transaksi yang akan diterapkan di JORR bukan yang pertama untuk ruas tol perkotaan. Sebelumnya, integrasi telah dilakukan di ruas Tol Jakarta-Tangerang, tol di Kota Semarang, dan Tol Jagorawi. Melalui integrasi tersebut, sistem transaksi menjadi terbuka dengan tarif merata dan transaksi dilakukan hanya sekali. Gerbang tol yang membatasi antara ruas satu dengan lainnya dihilangkan atau tidak difungsikan.
“Ini berangkat dari ruas tol yang tidak saling terkoneksi sehingga yang kami temukan sekarang tiap satu ruas tol dibatasi gerbang. Ini kami lihat sebagai inefisiensi. Tol JORR ini termasuk jalan primer, jadi diutamakan untuk truk atau logistik,” kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna, dalam Forum Merdeka Barat, Rabu (26/9/2018), di Jakarta.
Keputusan pemberlakuan integrasi sistem transaksi di JORR diatur Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 710/KPTS/M/2018 tanggal 14 September. Sistem tersebut efektif mulai 29 September 2018 pukul 00.00 WIB. Yang berubah dalam keputusan tersebut adalah pengguna golongan I yang masuk melalui Bintaro Viaduct menuju Pondok Ranji tetap membayar Rp 3.000 sementara untuk arah sebaliknya membayar Rp 15.000.
Menurut Herry, pemberlakuan integrasi sistem transaksi di JORR sejalan dengan fungsi jalan tol untuk kendaraan jarak jauh sekaligus untuk menekan biaya logistik. Sebab, tarif untuk angkutan truk turun signifikan. Kenaikan tarif terjadi untuk pengguna tol jarak pendek.
“Sudah saatnya mengubah mindset dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. Maka harus memberi prioritas ke yang seharusnya diprioritaskan, yakni angkutan logistik,” ujar Herry.
Namun demikian, Herry meminta angkutan logistik agar memenuhi peraturan dengan tidak mengangkut beban yang melebihi ketentuan demi keuntungan pengusaha angkutan. Sebab, kerusakan yang ditimbulkan merugikan operator jalan tol.
Tarif logistik
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia, Johannes Johannes Samsi Purba, menyambut positif kebijakan integrasi sistem transaksi. “Kami mendukung dan menunggu hal ini. Tentu kita ingin ongkos logistik turun dari saat ini sebesar 24 persen. Kemudian waktu tempuh akan lebih cepat,” kata Johannes.
Menurut Johannes, angkutan truk diuntungkan dengan turunnya tarif akibat integrasi sistem tersebut. Selain itu, antrean di gerbang tol akan berkurang sehingga mempersingkat waktu tempuh truk. Produktivitas pun dipastikan akan meningkat. Pihaknya pun menjanjikan efisiensi yang didapat pengusaha angkutan akan dialihkan ke peremajaan armada dan kesejahteraan pengemudi.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan, integrasi tidak hanya diperlukan di jalan tol, tetapi lintas sektor. Sebab, dalam sehari, tercatat terdapat 47,5 juta perjalanan yang didominasi kendaraan pribadi.
“Maka bagaimana caranya agar masyarakat pindah dari mobil pribadi ke angkutan umum. Saat ini kita fokus ke penyediaan transportasi massal seperti LRT (light rail transit). Lalu kami sedang membangun sistem tiket yang tersambung, seperti dari komuter ke Transjakarta atau ke LRT,” kata Bambang.
Integrasi tol Surabaya
Menurut Herry, setelah integrasi JORR, kini pihaknya mengkaji integrasi sistem transaksi di jaringan tol Surabaya. Saat ini, usulan integrasi ruas tol Surabaya telah diusulkan badan usaha jalan tol (BUJT) kepada BPJT. Dalam integrasi sistem dimungkinkan adanya penambahan gerbang tol.
Direktur Operasi II PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Subakti Syukur mengatakan, integrasi sistem memerlukan proses karena melibatkan beberapa BUJT, seperti di JORR maupun berikutnya di Surabaya. Dengan integrasi, BUJT mesti menghitung potensi pertumbuhan kendaraan secara tepat agar pengembalian investasi tetap terpenuhi.
Di Surabaya, lanjut Subakti, ada karakteristik yang berbeda, yakni terdapat ruas tol yang sudah lama beroperasi, yakni Surabaya-Gempol, dan ruas yang baru beroperasi, yakni Surabaya-Mojokerto. Selain itu terdapat ruas tol ke arah bandara, yakni Waru-Juanda.
“Integrasi sistemnya sudah diusulkan bersama ke BPJT dan sedang dibahas. Tujuannya supaya orang kalau mau ke bandara maupun ke Malang itu lancar. Sekarang kan ruwet di Waru,” kata Subakti.