Raih Pendanaan Seri B, Moka Semakin Mantap Jadi Penyedia Perangkat Lunak
Oleh
caecilia mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan rintisan teknologi di bidang penyedia kasir dalam jaringan (daring) berbasis penyimpanan komputasi awan, Moka, telah menerima putaran pendanaan Seri B senilai 24 juta dollar AS yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. Dana ini dipakai untuk inovasi produk perangkat lunak terkait kebutuhan manajemen bisnis.
Investor lain yang terlibat dalam putaran investasi ini yaitu Softbank Korea, EDBI, EV Growth, dan investor terdahulu, yakni Mandiri Capital Indonesia, Convergence, dan Fenox.
Co-Founder dan CEO Moka, Haryanto Tanjo, Kamis (13/9/2018), di Jakarta, menjelaskan, pada saat awal berdiri tahun 2014, Moka hanya menawarkan perangkat lunak berupa kasir daring.
Memasuki tahun kedua operasional, Moka mulai fokus menjadi perusahaan penyedia jasa perangkat lunak berbasis komputasi awan (software as a service/SaaS) untuk keperluan manajemen bisnis bagi pelaku usaha, khususnya segmen UKM.
Selain kasir daring, produk lainnya adalah manajemen penyimpanan dan poin loyalitas pelanggan.
Sepuluh bulan terakhir, Moka memperkenalkan fitur sistem pembayaran terintegrasi. Moka bekerja sama dengan TCash,OVO, dan Akulaku. Melalui fitur ini, pelaku usaha yang sudah berlangganan SaaS Moka semakin dimudahkan mengelola transaksi hingga manajemen bisnisnya.
Pada Juli 2018, Moka menggandeng perusahaan layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi KoinWorks, Taralite, dan Modalku. Tujuannya adalah membantu akses permodalan kepada pelaku usaha pengguna Moka.
"Kalau Moka Modalku memang sengaja diciptakan untuk mempermudah akses permodalan bagi UKM pelanggan Moka. Kami tetap ingin menjadi penyedia perangkat lunak end-to-end kebutuhan manajemen bisnis," ujar dia.
Jumlah pelanggan aktif Moka mencapai lebih dari 12.000 perusahaan yang terbagi menjadi tiga kategori industri yaitu kuliner, layanan jasa, dan ritel. Setiap tahunnya terdapat lebih dari 100 juta transaksi dengan nilai satu miliar dollar AS.
Vice President of Brand and Marketing Moka, Bayu Ramadhan, menceritakan, adopsi digital di kalangan pelaku usaha kecil menengah tidak terbatas pada pemakaian aplikasi pemasaran dan penjualan barang. Tren yang sedang berkembang, pengusaha sudah mulai memanfaatkan digital untuk keperluan infrastruktur manajemen bisnis. Contohnya adalah mesin kasir daring berbasis teknologi komputasi awan.
Dia menjelaskan, adopsi sejauh ini masih banyak terjadi di pelaku UKM ekonomi kreatif, khususnya subsektor kuliner. Ini berkaca dari pengalaman Moka yang melayani kebutuhan kasir daring berbasis teknologi komputasi awan di lebih dari 12.000 pelanggan aktif berlatar belakang UKM.
Sebagai contoh, Eatlah dan Ayam Goreng Mbah Cemplung Yogyakarta. Eatlah dikenal sebagai produsen makanan siap saji berbahan baku ayam yang penjualannya terbantu oleh aplikasi pemesanan makanan. Permintaan pesanan selalu tinggi setiap hari di 13 cabang. Pemakaian infrastruktur digital manajemen bisnis, seperti kasir daring, bertujuan mengurangi potensi salah pemrosesan pesanan.
Hal serupa terjadi di Ayam Goreng Mbah Cemplung Yogyakarta. Restoran ini sudah dikenal lama dan cukup melegenda.
"Kami melihat sejumlah bisnis tradisional mau disentuh teknologi digital, mulai dari kasir daring hingga sistem pembayaran transaksi secara elektronik. Tujuannya adalah mengefisienkan dan memudahkan mereka mengontrol bisnis," kata dia.
Perusahaan riset pasar, Mintel, dalam studi New Retail:The Futurenomics of Asia Pacific (Juni 2018), menyebut pengeluaran belanja e-dagang di seluruh Asia Pasifik akan meningkat dari 3,6 persen dari total belanja ritel tahun 2010 menjadi 31,4 persen pada 2020.
Lebih jauh, Mintel menyebutkan, pertumbuhan nilai bisnis e-dagang diperkirakan bisa sampai 290 persen dari tahun 2015 hingga 2025. Pertumbuhan ini didukung oleh konvergensi ritel luar jaringan (luring) dan daring.