Di Jepang, udang mantis merupakan bahan baku masakan sashimi. Menu udang ini disebut Shako. Sementara di China, udang mantis populer sebagai makanan mahal. Orang Canton menyebutnya pissing shrimp.
JAMBI, KOMPAS — Terjaganya ekosistem perairan timur Jambi potensial untuk pengembangan hasil tangkapan udang. Tingginya permintaan dari negara-negara Asia dan Eropa dapat mendongkrak ekspor udang asal Jambi, khususnya udang mantis, yang saat ini menjadi primadona.
Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (KIPM) Jambi Ade Samsudin mengatakan, udang mantis belakangan ini sangat diminati negara-negara Asia, seperti Malaysia, China, Jepang, Thailand, Filipina, dan Hong Kong. Udang mantis juga populer di negara-negara mediterania sampai ke Eropa.
Di Jepang, udang mantis merupakan bahan baku masakan sashimi. Menu udang ini disebut shako. Sementara di China, udang mantis populer sebagai makanan mahal. Orang Canton menyebutnya pissing shrimp.
Pengiriman udang mantis dari Jambi, katanya, pun terus meningkat. Hingga Agustus ini, ekspor udang mantis mencapai 1,9 juta ekor. ”Nilai ekspornya Rp 144,5 miliar,” kata Ade, Minggu (26/8/2018).
Pengiriman udang mantis melalui kargo dilakukan lewat Bandara Sultan Thaha, Jambi, agar cepat sampai di tujuan dan diterima konsumen dalam kondisi masih segar. Sebagian besar pengirimannya lewat Jakarta untuk diekspor ke Hong Kong, Singapura, dan China.
Udang mantis merupakan salah satu jenis krustasea laut yang sangat diminati. Banyak istilah digunakan menyebut udang ini, seperti udang lipan, udang getak, udang mentadak, udang eiko, udang ronggeng, dan udang belalang. Dalam bahasa Inggris disebut mantis shrimp atau praying shrimp. Disebut udang mantis karena penampilan dan karakteristiknya mirip dengan belalang sembah (mantis).
Dalam keadaan hidup, udang mantis bernilai jual lebih tinggi. Harganya mencapai hingga Rp 75.000 per kilogram. Namun, dalam kondisi mati, harganya turun menjadi Rp 45.000 per kg.
Karni Alamsyahri dari Humas Stasiun KIPM Jambi mengatakan, terus meningkatnya pengiriman udang mantis dari Jambi adalah peluang sekaligus tantangan. ”Ini mengindikasikan stok hayati udang mantis masih melimpah di alam,” katanya.
Agar hasil tangkapan stabil perlu dijaga kelestarian habitatnya. Perlu juga dilakukan upaya domestikasi sebagai langkah awal pelestarian. Lalu, dilanjutkan penelitian aspek biologi, ekologi, reproduksi, dan genetika untuk mengantisipasi penurunan populasi di masa mendatang.