SURABAYA, KOMPAS - Sebanyak 9,29 juta koperasi dan pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) pada 2018 di Jawa Timur telah berubah menjadi lokomotif ekonomi mendominasi perolehan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Hal itu menjadikan 94 persen tenaga kerja ditampung di sektor UMKM, sementara perusahaan besar hanya menampung 1,8 persen tenaga kerja.
Total pendapatan dari koperasi mencapai Rp 13,35 triliun tahun 2017, dan UMKM sebesar Rp 1.161 triliun dari total PDRB Rp 2.019 triliun PDRB Jatim. Penghasilan dari Koperasi dan UMKM sebanyak 57,52 persen PDRB.
"Koperasi dan UMKM telah menjadi jalan ekonomi bagi Jawa Timur. Penghasilan dari Koperasi dan UMKM sebanyak 54,98 persen terhadap PDRB, atau sebesar 57,52 persen," kata Gubernur Jawa Timur, Soekarwo ketika membuka Koperasi dan UMKM Expo 2018 yang ke-enam, yang mengangkat tema “Peran Generasi Muda Koperasi dan UMKM Menghadapi Fenomena Ekonomi Millenial Menuju Revolusi Industri 4.0” di Surabaya, Rabu (15/8-2018).
Soekarwo mengatakan, besarnya peranan Koperasi dan UMKM Jatim tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Semester I Tahun 2018 mencapai 5,57% dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp. 544,44 triliun.
Menurut Soekarwo, pilihan ekonomi warga Jatim pada UMKM dan Koperasi bisa dikatakan sebagai pilihan tepat oleh para pelaku bisnos di Jawa Timur. Terlebih karena pilihan produk yang dikembangkan adalah produk hasil pertanian (agrobase product).
"Produk agro tidak rugi meski untungnya tidak besar. Produk agro pada koperasi dan UMKM mengalami pertumbuhan inklusi, sehingga menjurunkan pengangguran dari semula empat persen menjadi tiga persen, dan mengurangi kemiskinan dari 18 persen menjadi 9,2 persen," katanya.