UMKM Tambah Modal melalui Layanan Pinjam-meminjam Tekfin
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia memiliki kendala utama kekurangan modal. Oleh karena itu, layanan pinjam-meminjam modal berbasis teknologi informasi banyak diminati di Indonesia.
Berdasarkan penelitian Deloitte dan Visa mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di ASEAN, arus kas macet merupakan permasalahan finansial nomor satu bagi UMKM Indonesia. Tantangan lain terkait penagihan invois kepada pelanggan. Sebanyak 22 persen sampai 26 persen dari tagihan akan terlambat dilunasi.
Salah satu penyedia layanan pinjam-meminjam modal kepada UMKM berbasis teknologi finansial (tekfin) ialah Grup Modalku. Perusahaan yang berdiri sejak 2015 di Singapura ini masuk ke Indonesia pada 2016 dan ke Malaysia pada 2017.
Modalku telah mencairkan lebih dari Rp 2,1 triliun modal per Selasa (14/8/2018). Indonesia merupakan negara terbanyak menerima pencairan modal, sekitar Rp 1,5 triliun.
Secara keseluruhan, Modalku telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 7.000 UMKM dengan jumlah investor lebih dari 75.000. Kegagalan yang diperoleh 1,1 persen.
”Indonesia merupakan negara yang paling berpotensi di Asia Tenggara dalam pengembangan UMKM. Oleh karena itu, kami memilih lebih mengembangkan Modalku ke Indonesia,” kata Head of Micro Business Modalku Sigit Aryo Tejo, Selasa.
Selain Modalku, masih ada puluhan perusahaan layanan pinjam-meminjam berbasis tekfin di Indonesia.
Selasa (5/6/2018), Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan Hendrikus Passagu mengatakan, Indonesia mempunyai 54 perusahaan layanan pinjam-meminjam yang berbasis tekfin, baik berstatus terdaftar maupun berizin (Kompas.id, ”Perusahaan Tekfin Terus Bermunculan”).
Pelaku UMKM tertarik dengan layanan ini karena syarat yang ditawarkan jauh lebih mudah dibandingkan di bank. Waktu yang dibutuhkan pun jauh lebih singkat. Namun, bunga yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan bank. Pasalnya, mereka juga menawarkan keuntungan kepada pemasang modal hingga 35 persen.
”Saya sebelumnya pergi ke salah satu bank untuk mengajukan pinjaman, tapi saya tidak bisa memenuhi berbagai syaratnya karena saat itu saya masih mahasiswa,” kata Yukka Harlanda, CEO Brodo, perusahaan mode pria berbasis ritel dan e-dagang yang berpusat di Bandung, Jawa Barat.
Yukka kemudian meminjam modal di Grup Modalku. Ia menggunakannya untuk melancarkan proses penagihan, menambah stok barang, hingga memperluas cabang toko offline dan toko ritel daring. Kini, Brodo memiliki toko di Jakarta, Bandung, Bekasi, Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)