Bank of China Dorong Korporasi Indonesia Terbitkan Panda Bond
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bank of China mendorong penerbitan obligasi yang disebut Renminbi Denominated Bond atau Panda Bond oleh korporasi-korporasi Indonesia. Tujuannya, agar korporasi Indonesia memiliki sumber pembiayaan alternatif lainnya selain obligasi dengan mata uang dollar AS.
Head of Institutional Business, Treasury Marketing, Global Markets Bank Of China (Hongkong) Jennifer See, dalam sosialisasi Renminbi (RMB) Denominated Bond, Jakarta, Rabu (8/8/2018) mengatakan, Panda Bond relatif baru di pasar keuangan global. “Tetapi seharusnya menarik bagi para emiten karena dapat melakukan diversifikasi sumber dana,” ucapnya.
Saat ini, Renminbi telah ditetapkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) sebagai mata uang internasional yang kelima. Mata uang internasional lainnya yang telah diakui adalah dollar AS, euro, pound sterling, dan yen.
Bank of China mengeluarkan Panda Bond sebagai sumber pendanaan pertama yang menggunakan mata uang Yuan. Panda bond juga memiliki sistem lindung nilai (hedging).
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan, sudah saatnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi swasta memiliki alternatif pembiayaan.
Apalagi, perusahaan di bidang infrastruktur sedang berada pada puncak proyek pembangunan bangsa sehingga membutuhkan dana tambahan. “Keuangan dari sektor swasta butuh alternatif karena tidak bisa bergantung dari perbankan saja,” kata Rosan.
Panda Bond dinilai menawarkan kupon yang menarik bagi penerbit, yakni di kisaran 5-5,5 persen.
Kendati demikian, ia mengakui, beberapa perusahaan swasta masih mempertimbangkan untuk mengambil Panda Bond. Keraguan itu timbul akibat mata uang China saat ini melemah jika dibandingkan dengan dollar AS.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, pemerintah masih mengkaji penerbitan obligasi dalam denominasi mata uang renminbi terhadap kepentingan portofolio, dan perluasan bisnis investasi.
Selama ini, pemerintah lebih sering menerbitkan surat berharga negara (SBN) dalam dollar AS, euro, dan yen. Data Kementerian Keuangan menyebutkan, porsi SBN terbesar dalam bentuk dollar AS mencapai Rp 19,15 triliun sedangkan dalam bentuk renminbi baru sebesar Rp 2,36 triliun.