BATU, KOMPAS - Kementerian Pertanian membagikan satu juta bibit jeruk unggul gratis kepada petani di seluruh Indonesia berikut pupuk dan pendampingan. Harapannya, produksi jeruk di Tanah Air bisa meningkat dan tahun 2020 Indonesia bisa swasembada jeruk. Selanjutnya Indonesia bisa mengekspor jeruk ke negara lain.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan satu juta bibit yang dibagikan mampu menekan 25 persen jeruk impor. Jumlah bibit ini akan ditingkatkan dua kali lipat pada tahun 2019 sehingga total volume impor yang bisa ditekan tahun depan mencapai 75 persen. Saat ini volume impor jeruk masih mencapai 80.000 ton per tahun.
”Ini perintah Presiden bahwa petani harus diperhatikan, dilayani, diayomi, harus diedukasi sehingga nanti kesejahteraannya meningkat,” ujar Amran pada peluncuran bantuan satu juta bibit unggul jeruk di Kebun Percontohan Punten - Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), di Batu, Jawa Timur, Selasa (17/7/2018).
Menurut Amran bibit tersebut dibagikan berdasarkan keunggulan komparatif daerah. Amran mencontohkan wilayah Malang yang cocok untuk tanaman jeruk akan diberi bibit jeruk. Demikian halnya daerah lain, seperti Bojonegoro, Jawa Timur; Dompu, Nusa Tenggara Barat; dan Gorontalo diberi bantuan jagung.
Sejauh ini petani di Indonesia, lanjut Amran sebenarnya mampu menghasilkan jeruk yang berkualitas namun selama ini mereka terbiasa menanam bibit yang tidak unggul. Akibatnya hasil yang diperoleh kurang maksimal. Padahal jeruk yang dihasilkan oleh petani di Indonesia tidak kalah dan mampu bersaing dengan buah impor.
“Kita sudah buktikan pada dunia, dulu kita ragu dengan jagung. Kita impor 3,5 juta ton. Namun hari ini kita sudah ekspor ke enam negara. Begitu pula komoditas yang lain” ujar Amran mencontohkan keberhasilan yang dicapai Indonesia. Tanpa menyebut daerah dan volume, menurut Andi Indonesia sebenarnya juga sudah mulai mengekspor jeruk ke negara lain.
Kepala Kebun Percontohan Punten, Kusnan, mengatakan ada 12 varietas bibit jeruk unggul yang dikirimkan ke petani secara gratis. Varietas yang dimaksud, antara lain batu 55, keprok gayo, keprok tejakula, keprok pulung, keprok borneo prima, siam pontianak, siam banjar, siam madu, dan manis pacitan. “Semua bibit dikembangkan oleh Balitjestro. Satu juta batang bibit itu bisa ditanam di 200 hektar lahan,” ujarnya.
harga rendah dan pemasaran menjadi kendala saat panen raya
Menurut Kusnan bibit tersebut memiliki keunggulan sesuai daerah masing-masing, baik menyangkut produksi maupun rasa. Ia mencontohkan untuk varietas batu 55 merupakan jeruk unggulan daerah Batu. Jeruk ini memiliki tampilan buah menarik, rasa manis sedikit asam, dan produktivitas tinggi 1,5 kwintal per pohon pada usia 4-5 tahun. “Kemarin 4.000 batang varietas batu 55 sudah meluncur ke Lebong, Bengkulu,” ucapnya.
Sementara itu sejumlah petani jeruk di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, yang juga hadir pada acara launching bantuan benih, mengatakan, harga rendah dan pemasaran menjadi kendala saat panen raya tiba. Saat ini petani di lereng bawah Gunung Kawi ini tengah panen raya. Masa panen raya berlangsung Mulai Juli hingga beberapa bulan ke depan.
Ketua Kelompok Tani Srigading 1 Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Jarwo, mengatakan, saat ini harga jeruk keprok dan siam di tingkat petani hanya Rp 6.000 per kilogram (kg) dan Rp 4.000 kg untuk jeruk peras minum (jeruk baby). Panen raya tahun lalu harga jeruk setempat mencapai Rp Rp 13.000 per kg untuk siam dan keprok, serta Rp 6.000 untuk jeruk peras.
“Sekarang mulai banjir jeruk namun yang membeli terbatas. Memang ada petani yang menjual keluar daerah namun sebagian yang lain hanya mengandalkan pembeli yang datang,” katanya. Menurut laman pemerintah Kabupaten Malang di Kecamatan Dau terdapat sekitar 740 hektar lahan jeruk dengan produktivitas 31.080 ton per tahun.