JAKARTA, KOMPAS--Badan Ekonomi Kreatif menggandeng sembilan bank umum dan bak syariah untuk memfasilitasi akses pembiayaan wirausaha ekonomi kreatif. Fasilitas itu juga diikuti sosialisasi cara berbisnis.
Langkah ini didasari keterbatasan akses wirausaha ekonomi kreatif terhadap pinjaman perbankan. Padahal, pelaku usaha ekonomi kreatif memiliki berbagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan.
"Jika melihat ke sisi bank, kami mengamati mereka belum sepenuhnya memahami cara berbisnis dan struktur keperluan pembiayaan pengusaha ekonomi kreatif. Oleh karenanya, khusus program kredit usaha rakyat, kami sempat menyusun petunjuk teknis berisi profil tujuh subsektor ekonomi kreatif beserta cara berbisnis dan struktur biaya usaha," ujar Direktur Akses Perbankan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Restog Kusuma, di sela-sela kompetisi wirausaha ekonomi kreatif berbasis syariah, Kamis (12/7/2018), di Jakarta.
Pelaku usaha ekonomi kreatif biasanya terbentur masalah jaminan ketika mengajukan pinjaman ke bank. Sementara, usaha mereka belum berkembang pesat. Salah satu aset utama mereka adalah kekayaan intelektual. Namun, perbankan belum mau menerima kekayaan intelektual itu sebagai jaminan.
Sembilan bank umum dan bank syariah tersebut antara lain Bank BNI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Mereka telah menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Restog menambahkan, pada Januari-Maret 2018, realisasi fasilitasi kebutuhan modal wirausaha ekonomi kreatif sekitar Rp 385,3 miliar.
"Bentuk memfasilitasi akses bisa berupa kompetisi, forum pertemuan bisnis, dan pelatihan manajemen keuangan kepada wirausaha ekonomi kreatif di daerah. Di dalam kegiatan itu, kami mengikutsertakan bank-bank mitra. Tentunya setelah berhasil memperoleh pembiayaan, kami masih terus berkomunikasi menanyakan perkembangan bisnis," katanya.
Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik menyebutkan, selain kredit perbankan, ada insentif pendanaan dari pemerintah dan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia. Dalam hal itu, Bekraf mengambil peran sebagai penghubung atau fasilitator.
"Kami meyakini bahwa ekonomi kreatif akan menjadi salah satu sektor industri potensial pada masa depan. Pada masa sekarang, tren itu mulai terlihat, yang salah satunya ditandai dengan pergerakan investasi baru ke ekonomi kreatif," tutur dia.
Berdasarkan data Bank Indonesia mengenai perkembangan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perbankan per akhir triwulan IV-2017, kredit UMKM mencapai Rp 990,3 triliun atau tumbuh 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016. Adapun pangsa pasarnya terhadap total kredit perbankan sebesar 20 persen.
Dari sisi klasifikasi usaha, sekitar 45,4 persen kredit UMKM disalurkan ke segmen usaha menengah. Adapun 24,8 persen ke segmen usaha kecil dan 29,9 persen ke segmen mikro.
Dari segi penggunaan, sekitar 74,5 persen kredit UMKM disalurkan untuk membiayai kredit modal kerja dan 25,5 persen untuk kredit investasi.
Ricky menjelaskan, dukungan fasilitas akses pembiayaan juga diikuti pemasaran ke mancanegara.
"Di tengah situasi perdagangan dunia seperti sekarang, saya rasa ini adalah momentum untuk meningkatkan pemasaran produk ekonomi kreatif lokal," ujar Ricky.