Hampir Semua Sektor Bisnis di Indonesia Mulai Mendalami ”Internet of Things”
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 83 persen bisnis di Indonesia sedang mengeksplorasi dan mengimplementasi teknologi produk terkoneksi internet (internet of things). Kendati demikian, pebisnis melihat bahwa biaya, keamanan, integrasi dan kompleksitas sistem, serta ketersediaan sumber daya manusia masih menjadi masalah utama.
Fakta tersebut diperoleh melalui survei yang dilaksanakan Asia Internet of Things (IoT) Business Platform dalam laporan Access the Enterprise IoT Market in Southeast Asia 2018 yang dilaksanakan pada tahun 2017. Sebanyak 1.573 orang dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam menjadi partisipan.
”Kami merasa positif dengan perkembangan di Indonesia melihat langkah yang diambil perusahaan lokal selama 2-3 tahun terakhir membangun strategi digitalisasi yang fokus,” ujar Direktur Asia IoT Business Platform Irza Suprapto, di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Dengan demikian, perusahaan lokal juga berusaha meningkatkan daya saingnya dalam konteks regional. Adapun perusahaan telekomunikasi lokal juga menyesuaikan layanan mereka untuk mendukung perluasan digitalisasi di Indonesia.
Head of IoT and Vertical Apps Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa menyebutkan, perusahaan telekomunikasi berperan sebagai IoT hub yang menawarkan konektivitas, platform, dan aplikasi IoT yang siap digunakan.
Kendati demikian, dalam Access the Enterprise IoT Market in Southeast Asia 2018 tersebut, sebanyak 68,9 persen menyatakan, biaya yang tinggi masih menghambat perkembangan IoT.
Adapun 56,3 persen menganggap keamanan siber masih menjadi hambatan, 48,2 persen menyatakan IoT yang akan diterapkan tidak sesuai dengan sistem yang alami, 43,6 persen bermasalah dengan kompleksitas sistem, dan 40,4 persen menghadapi tantangan dalam mencari sumber daya manusia yang memahami teknologi tersebut.