JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mempromosikan minyak kelapa sawit dalam misi dagang ke Tunisia, Afrika. Tujuannya adalah membuka pasar ekspor baru nontradisional guna meningkatkan ekspor.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi Indonesia dalam misi dagang di Tunisia pada 24-26 Juni 2018. Selain mengadakan perjanjian bilateral dengan sejumlah menteri di Tunisia, Indonesia juga menggelar forum bisnis yang melibatkan pelaku usaha Indonesia-Tunisia.
”Forum bisnis itu akan menjadi langkah awal untuk lebih memupuk perdagangan, investasi, dan kemitraan ekonomi kedua negara,” kata Enggartiasto dalam sebuah keterangan, Rabu (27/6/2018).
Ia menyebutkan, minyak kelapa sawit mentah (CPO) berkontribusi sebesar 60 persen atas ekspor Indonesia. CPO berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja dan pengentasan warga dari kemiskinan di kedua negara.
Bagi Indonesia, CPO merupakan sumber penghasilan bagi sekitar 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung. Adapun bagi Tunisia, CPO mendukung berbagai industri konsumen, mulai dari perawatan tubuh, kosmetik, peralatan rumah tangga, hingga makanan dan minuman.
”Kami meyakini CPO juga dapat memberikan peluang ekonomi dan peluang kerja secara signifikan bagi jutaan warga Tunisia,” ujarnya.
Misi dagang Indonesia ke Tunisia diikuti 21 pelaku bisnis dari 11 perusahaan dan lembaga dari berbagai sektor usaha. Sektor usaha tersebut antara lain minyak kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, makanan dan minuman, rempah-rempah (pala, lada, cengkeh), peralatan medis, perhiasan, furnitur, bahan bangunan, produk-produk militer, ban, dan karet.
Dalam kesempatan itu, Enggartiasto mengajak pelaku usaha di Tunisia berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia (TEI) Ke-33 pada 24-28 Oktober di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten.
Komunitas bisnis
Selain itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) berkomitmen meningkatkan hubungan komunitas bisnis Indonesia-Tunisia.
Komitmen tersebut tertuang dalam pernyataan bersama yang ditandatangani Direktur Jenderal PEN Arlinda dengan Direktur Jenderal Pusat Promosi Ekspor (CEPEX) Tunisia Samir Azzi.
”Melalui penandatanganan ini, Kementerian Perdagangan dan CEPEX berkomitmen meningkatkan hubungan di antara komunitas bisnis kedua negara. Kami juga akan mendorong mereka untuk menjajaki berbagai prospek guna memperkuat hubungan bisnis,” tutur Arlinda.
Nilai perdagangan
Perdagangan bilateral antara Indonesia dan Tunisia yang terjadi selama ini ialah di sektor nonmigas dan belum ada perdagangan untuk sektor migas. Pada 2017, tercatat ekspor produk nonmigas Indonesia ke Tunisia sebesar 55,19 juta dollar AS.
Sementara itu, impor produk nonmigas dari Tunisia pada tahun 2017 mencapai 32,77 juta dollar AS. Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Tunisia sebesar 22,42 juta dollar AS.
Produk ekspor utama Indonesia ke Tunisia antara lain minyak kelapa sawit dan turunannya (58,27 persen), minyak kelapa dan turunannya/kopra (5,3 persen), palm kernel (10,57 persen), dan benang filamen sintetis (2,42 persen).
Adapun impor Indonesia dari Tunisia antara lain kurma (59,47 persen), calcium hydrogenorthophosphate (5,63 persen), calcium phosphate (9,83 persen), electrical switches (7,17 persen), serta kulit domba (2,51 persen). (*)