[caption id="attachment_6454518" align="alignnone" width="720"] Beberapa bunga yang dijual di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, Sabtu (16/6/2018).[/caption]
JAKARTA, KOMPAS -- Sejumlah pedagang bunga grosiran di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, mengaku merugi. Keuntungan yang didapat pada Lebaran tahun ini tidak sebagus Lebaran tahun lalu.
Pada Lebaran tahun lalu, sebagian besar stok bunga terjual, sedangkan pada tahun ini rata-rata masih tersisa separuhnya. Cuti panjang dan masyarakat yang lebih memprioritaskan kebutuhan pokok diperkirakan menjadi penyebab penurunan penjualan itu.
Berdasarkan pantauan Kompas pada H2 Lebaran, Sabtu (16/6/2018), Pasar Bunga Rawa Belong sepi dari pengunjung. Jumlah pengunjung pasar yang datang bisa dihitung dengan jari. Di beberapa lokasi pasar, para pedagang sedang sibuk menyortir bunga.
Andri (30), pedagang bunga grosiran di Kelompok Bunga Bandung, mengaku, keuntungan meningkat sebesar 50 persen dibandingkan hari-hari biasa. Hal itu karena banyak masyarakat yang membeli bunga untuk menghias rumah saat Lebaran atau berziarah.
"Namun, jika dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu, keuntungan saya turun. Pada Lebaran tahun lalu, saya untung Rp 10 juta, sedangkan pada tahun ini dengan modal Rp 15 juta, omzet saya baru Rp 5 juta," kata dia.
Andri menuturkan, pada Lebaran tahun ini dia menambah stok dari 1.000 ikat menjadi 3.000 ikat bunga berbagai jenis, seperti aster, pikok, rotansia, dan garbera. Pasalnya, penjualan pada Lebaran tahun lalu bagus. Namun, prediksi tersebut meleset, karena lebih dari separuh dagangan masih tersisa hingga Sabtu sore.
Menurut Andri, hal yang sama juga dialami beberapa pedagang lain. Namun, mereka meninggalkan begitu saja dagangan dan pulang ke kampung halaman. "Itu aja banyak pedagang yang pulang tinggalkan bunganya karena gak laku," ujarnya.
Sejumlah lapak bunga di Kelompok Bunga Bandung dan Kelompok Bunga Jawa Barat di Pasar Bunga Rawa Belong memang tidak dihuni pedagang. Di lapak-lapak tersebut masih terdapat barang dagangan, seperti bunga aster, pikok, rotansia, dan garbera.
Banting harga
Kondisi yang sama juga dialami Utay (48), pedagang bunga grosiran lainnya di kawasan itu. Dia mengaku, penjualan pada periode Lebaran tahun ini merosot dibandingkan tahun lalu. Padahal Lebaran merupakan momen bagi para pedagang bunga untuk meraup keuntungan besar.
Tahun lalu, Utay bisa menjual berbagai jenis bunga hingga 5.000 ikat dari H-5 Lebaran hingga malam takbiran. Pada periode yang sama tahun ini, dia menyetok 3.000 ikat dan baru terjual separuhnya.
"Tahun lalu, saya nyetok 2.000 ikat, habis. Saya tambah lagi 5.000 ikat, habis juga. Sekarang sama sekali tidak balik modal, karena masih sisa separuh. Mungkin karena ekonomi lesu," kata Utay.
Agar tidak merugi terlalu banyak, Utay pun membanting harga. Bunga aster yang biasanya dijual Rp 100.000 per sepuluh ikat, dijual Rp 30.000 per sepuluh ikat. "Sekarang saya jual murah saja. Daripada tidak laku dan akhirnya dibuang," ujarnya.
Deni (25), pedagang bunga grosiran di Kelompok Bunga Jawa Barat, juga bernasib sama. Menurutnya, penurunan penjualan itu karena cuti panjang. Masyarakat lebih memilih pulang kampung lebih awal. Dia pun berharap bisa menjual sisa dagangannya sebanyak mungkin agar tidak merugi terlalu besar.
Bunga tabur
Penurunan omzet pada periode Lebaran tahun ini juga dialami sejumlah pedagang kembang tabur di Pasar Bunga Rawa Belong. Namun, nasib mereka lebih baik karena tidak sampai merugi.
Luthfi (56), misalnya. Omzetnya menurun hampir 50 persen dibandingkan periode Lebaran tahun lalu. Pada H-2 hingga H2 Lebaran, Lutfhi biasanya mampu menjual 1.000 kantong kembang untuk berziarah. Sementara, tahun ini, hingga H2 Lebaran dia baru bisa menjual 400 kantong.
"Agak sepi pengunjung yang datang ke sini," ujarnya. (YOLA SASTRA)