JAKARTA, KOMPAS — Kontribusi produksi minyak bumi PT Pertamina (Persero) sepanjang triwulan I-2018 cukup signifikan terhadap produksi minyak bumi nasional. Sepanjang periode tersebut, Pertamina menyumbang 49 persen dari produksi minyak nasional atau 386.000 barrel per hari. Penyerahan blok migas hasil terminasi kepada Pertamina dinilai berdampak positif terhadap kenaikan produksi tersebut.
Dengan kenaikan tersebut, produksi minyak Pertamina naik 14 persen dibandingkan triwulan I-2017 yang saat itu sebanyak 337.000 barrel per hari. Kenaikan paling signifikan terjadi pada produksi gas bumi. Sepanjang triwulan I-2018, produksi gas sebanyak 3.115 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau naik 55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, beberapa program prioritas di sektor hulu migas Pertamina adalah mempertahankan produksi minyak dan gas bumi Blok Mahakam, Kalimantan Timur, serta mencegah laju penurunan produksi di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, termasuk komersialisasi beberapa lapangan yang sebelumnya tidak aktif. Di Blok Mahakam, Pertamina mengembangkan lapangan baru untuk menambah produksi, yaitu Lapangan Tunu Shallow Phase 4, Handil Phase 5, dan Tambora Phase 5.
”Untuk mencegah laju penurunan produksi di Lapangan Banyu Urip, kami melakukan pengeboran 108 sumur untuk perawatan, termasuk mengaktifkan kembali sumur-sumur yang sebelumnya tidak aktif,” kata Adiatma, Selasa (29/5/2018), di Jakarta.
Tahun ini, lanjut Adiatma, Pertamina ditunjuk pemerintah untuk mengelola delapan blok migas hasil terminasi. Kedelapan blok tersebut adalah Blok Tuban, Blok Ogan Komering, Blok North Sumatera Offshore, Blok Sanga-sanga, Blok Attaka, Blok East Kalimantan, Blok Tengah, dan Blok South East Sumatera. Seluruh rangkaian alih kelola kedelapan blok tersebut dari operator lama kepada Pertamina sudah tuntas.
[caption id="attachment_5847270" align="alignnone" width="720"] Grafis target dan capaian lifting (produksi siap just) minyak dan gas bumi Indonesia periode 2014-2017 dan target tahun 2018.[/caption]
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, penyerahan blok-blok migas hasil terminasi kepada Pertamina berkontribusi signifikan terhadap produksi minyak dan gas. Baru-baru ini, Kementerian ESDM juga menyerahkan dua blok migas hasil terminasi kepada Pertamina, yaitu Blok Jambi Merang dan Blok Pendopo-Raja.
”Produksi minyak di Blok Jambi Merang sekitar 3.700 barrel per hari, tetapi cukup signifikan untuk menambah produksi minyak Pertamina,” kata Djoko.
Sampai 2026, lanjutnya, ada 22 blok migas yang bakal habis masa berlaku kontraknya. Pemerintah akan memutuskan secepatnya tahun ini nasib kelanjutan operasi blok-blok tersebut. Pertamina diminta mengajukan proposal rencana pengelolaan blok-blok yang dianggap ekonomis untuk dikelola.
Eksplorasi
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyinggung Pertamina yang tak banyak melakukan eksplorasi. Hal itu berdampak pada terus merosotnya produksi minyak dan gas bumi nasional. Pernyataan itu disampaikan Presiden dalam pidato pembukaan Konvensi dan Pameran Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) 2018, awal Mei lalu, di Jakarta. Menurut Presiden, Pertamina harus giat melakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru yang signifikan.
Tahun ini, Pertamina menargetkan pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 27 sumur. Dari semua sumur eksplorasi itu, target temuan sumber daya minyak dan gas bumi sebesar 556 juta barrel setara minyak. Sepanjang triwulan I-2018, melalui tiga anak perusahaan, Pertamina telah mengebor sumur eksplorasi sebanyak enam sumur. Dari enam sumur tersebut ditemukan sumber daya minyak dan gas bumi sebanyak 40 juta barrel setara minyak.
”Tahun lalu, eksplorasi Pertamina berhasil menemukan cadangan baru di wilayah Blok Nunukan, Kalimantan Utara. Potensi yang bisa diproduksi dari temuan tersebut adalah 374 juta barrel minyak dan 1.136 miliar kaki kubik gas bumi,” ucap Adiatma.
Pertamina melalui anak usahanya, yakni Pertamina Hulu Energi, memiliki saham 64,5 persen di Blok Nunukan. Sisanya Videcon Indonesia Nunukan Inc sebesar 23 persen dan BPRL Ventures Ind BV sebesar 12,5 persen. Temuan di wilayah Blok Nunukan tersebut termasuk dari 10 besar temuan cadangan migas di Asia Pasifik pada 2017.