JAKARTA, KOMPAS — Industri patin didorong untuk bangkit dan memperluas pasar ekspor. Pertengahan Mei, komoditas patin akan mulai dipasok ke Arab Saudi untuk menu makanan utama jemaah haji asal Indonesia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) Imza Hermawan, di Jakarta, Selasa (24/4/2018), mengemukakan, pengiriman perdana ekspor patin ke Arab Saudi sebanyak 8 kontainer dijadwalkan pada pertengahan Mei 2018. Patin yang diekspor merupakan produk potongan ikan tanpa kepala (headless).
”Komoditas patin sudah dikenal di pasar internasional sehingga diharapkan produksi dan ekspor patin terus berkembang. Inilah momentum kebangkitan industri patin,” ujarnya.
Produksi patin nasional pada kisaran 400.000 ton per tahun, sekitar 85 persen di antaranya dipasok dalam bentuk segar. Pengawasan ketat terhadap impor patin ilegal telah mendorong permintaan patin meningkat pesat di sejumlah sentra produksi.
Komoditas patin sudah dikenal di pasar internasional sehingga diharapkan produksi dan ekspor patin terus berkembang. Inilah momentum kebangkitan industri patin.
Tahun 2019, beberapa sentra produksi diperkirakan mengalami lonjakan produksi hingga 100 persen. Wilayah itu antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, dan Medan. ”Saat ini, kenaikan permintaan produk patin di Jawa Timur hampir mencapai 100 persen,” kata Imza.
Peningkatan permintaan komoditas patin juga mendorong kenaikan harga komoditas tersebut, yakni Rp 15.000-Rp 17.000 per kg dari yang biasanya Rp 12.000-Rp 13.000 per kg. Di Kalimantan Selatan, harga patin bahkan menembus Rp 18.000-Rp 20.000 per kg.
Benahi produksi
Secara terpisah, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengemukakan, strategi peningkatan produksi dan ekspor membutuhkan kecukupan benih yang berkualitas. Pembenihan patin rakyat sejauh ini belum terkawal baik sehingga diperlukan percontohan benih yang baik.
Percontohan pembenihan patin yang baik saat ini tengah dikembangkan di beberapa kawasan sentra produksi patin, antara lain Tulungagung, Trenggalek, Kediri (Jawa Timur), Jawa Barat, dan Banjar (Kalimantan Selatan).
Tahun ini, total program benih unggul pemerintah sebanyak 155 juta ekor, sekitar 60 persen atau 93 juta ekor di antaranya merupakan benih air tawar. Dari 93 juta ekor benih air tawar, produksi benih unggul patin berkisar 27 juta ton. Adapun total indukan ikan unggul tahun ini berkisar 20.000 ekor, sekitar 6.000 ekor di antaranya merupakan indukan patin.
Pemerintah juga berupaya mengembangkan induk patin unggul, antara lain hasil persilangan induk jambal dan patin siam di Jambi yang mampu menghasilkan daging relatif putih setara patin impor.
Di samping itu, juga penggunaan teknologi corong untuk menyeleksi telur-telur yang berkualitas baik. ”Teknologi corong sudah diterapkan di balai-balai perikanan budidaya dan kini mulai diperkenalkan ke masyarakat,” katanya.
Kendala yang masih muncul, lanjut Slamet, adalah lokasi produksi patin yang berjauhan dengan industri pengolahan. Saat ini, mayoritas sentra produksi terletak di luar Jawa, sedangkan pabrik olahan didominasi di Pulau Jawa.
”Strategi kami mendekatkan industri pengolahan ke sentra produksi melalui pola kerja sama. Pengolahan terus berkembang, membutuhkan kerja sama dengan hulu,” lanjutnya.