JAKARTA, KOMPAS--Presiden Joko Widodo meminta perbankan lebih agresif menjalankan usaha. Presiden juga minta perbankan untuk berani mengambil risiko dengan perhitungan matang. Agresivitas perbankan diperlukan untuk menggerakkan perekonomian nasional yang sedang tumbuh.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal itu di hadapan pimpinan sejumlah bank di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3). Pertemuan juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Presiden menyebutkan, ia menerima informasi bahwa perbankan nasional saat ini dalam kondisi sangat aman. “Atau mungkin bapak ibu sekalian terlalu bermain aman?” tanya Presiden.
Presiden meminta para pimpinan bank untuk tidak ragu-ragu masuk ke zona agresif. Selain peluang yang terbuka luas, persaingan perbankan di tingkat global juga kian sengit. Salah satu peluang yang kini terbuka lebar adalah menggarap segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pertumbuhan usaha rintisan di sektor ini begitu marak, terutama di dunia digital. dapat diarahkan masuk ke sektor digital. “Arahkan mereka (UMKM), pengaruhi mereka agar pindah ke platform digital,” kata Presiden.
Untuk masuk ke zona agresif, dibutuhkan keberanian mengambil risiko. Menurut Presiden bukan kemungkinan buruk yang perlu dikhawatirkan, melainkan hal yang paling berat dan gawat adalah tidak adanya keinginan mengambil risiko. Presiden menyayangkan pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang hanya 8,24 persen pada 2017. Padahal, pemerintah menargetkan kredit perbankan bisa tumbuh 9-12 persen pada 2017.
Wimboh Santoso menyebutkan, perbankan Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyalurkan pinjaman. Ia meyakini, kredit industri perbankan tahun ini akan tumbuh 12 persen.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengakui, tahun lalu adalah periode konsolidasi. Namun, sejalan dengan penurunan rasio kredit macet, tahun ini bank mulai melonggarkan kredit. “Saya rasa pas jika tahun ini kami diminta lebih agresif lagi," katanya.
Secara terpisah, Ketua Umum Himpunan Bank-bank Milik Negara Maryono menyampaikan optimismenya. "Tahun ini harga komoditas mulai membaik, kondisi ekonomi akan membaik, sehingga kredit juga akan tumbuh lebih baik," katanya. Pada akhir 2017, rasio kredit bermasalah (NPL) industri perbankan di Indonesia 2,6 persen.