Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Ekspor-Impor Rendah
Oleh
Hendriyo Widi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Pelemahan rupiah terhadap dollar AS dinilai bersifat temporer. Kendati mengurangi cadangan devisa Indonesia dalam jumlah signifikan, namun rupiah diyakini akan kembali ke nilai fundamennya.
Pelemahan rupiah itu tetap akan berdampak pada ekonomi Indonesia, khususnya ekspor dan impor. Namun, karena pelemahan rupiah bersifat sementara, dampaknya terhadap ekspor-impor, terutama kenaikan harga barang-barang impor, diperkirakan relatif rendah.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede kepada Kompas, Senin (12/3), mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir, nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dollar AS. Pelemahan rupiah ini terutama didominasi faktor sentimen pasar yang mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed. Tahun ini, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku buga Fed Fund Rate (FFR) 75-100 basis poin.
“Penguatan dollar AS juga terjadi pada sebagian besar mata uang Asia. Sifatnya temporer karena pada umumnya pelaku pasar bereaksi sebelum FFR dinaikkan. Setelah FFR dinaikkan, pelaku pasar justru tidak terlalu reaktif,” katanya.
Menurut Josua, ekspektasi kenaikan suku bunga AS di Indonesia telah memicu dana asing keluar dari pasar keuangan sebesar 2,3 miliar dollar AS. Hal itu menyebabkan rupiah melemah, sehingga Bank Indonesia menggunakan cadangan devisa negara untuk menjaga stabilitas rupiah.
Cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dollar AS, turun 3,92 miliar dollar AS dalam sebulan. “Langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan BI diperlukan agar pelaku pasar valas, khususnya residen, tidak panik melakukan pembelian dollar khususnya yang didorong oleh aksi spekulasi,” kata Josua.
Pada 28 Februari-12 Maret 2018, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berkisar Rp 13.700 per dollar AS. Pada 28 Februari, nilai tukar rupiah Rp 13.707 per dollar AS dan pada 12 Maret Rp 13.768 per dollar AS.
Josua menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan berdampak pada perekonomian, khususnya kegiatan ekspor-impor. Pelemahan rupiah cenderung positif bagi eksportir, namun negatif bagi pengimpor bahan baku.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan berdampak pada industri di dalam negeri yang tidak berorientasi ekspor. Industri tersebut membeli bahan baku impor dengan, namun produknya dijual di dalam negeri.
“Kenaikan harga bahan baku impor saat ini mencapai 3 persen, semakin meningkat setelah rupiah melemah," ujar Ade.