Pahlawan Ekonomi bagi Keluarga
Perempuan warga Kota Surabaya, Jawa Timur, diberi pelatihan untuk menjadi pelaku usaha ataupun mengembangkan usaha. Pelatihan itu dikemas dalam Program Pahlawan Ekonomi. Mereka pun menjadi pahlawan ekonomi bagi keluarga.
Langkah itu dimulai pada 2010 oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ibu rumah tangga dari keluarga miskin, tak punya pekerjaan tetap, dan terutama sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga didekati. Kelompok ini didampingi dan diberi pelatihan, bahkan dimodali.
Pelatihan keterampilan diberikan sesuai minat anggota kelompok, seperti menata rambut, menjahit baju, dan membuat kerajinan tangan. Pelatihan mengenai cara membuat produk, menata manajemen usaha, membuat kemasan yang menarik, hingga mengurus izin usaha itu diberikan Pemerintah Kota Surabaya secara gratis.
Sutinem (52), yang sehari-hari menjajakan jamu di pusat perbelanjaan Kaza City, kawasan Kapas Krampung, merasakan manfaat pelatihan itu. Sutinem menawarkan jamu buatannya dalam kemasan botol dengan 15 varian rasa. "Jamu botolan seperti ini juga dijual di 12 toko di Surabaya," katanya.
Warga Dukuh Gemol, Kecamatan Wiyung, itu menuturkan, keterampilan menjual jamu botolan diperoleh dalam pelatihan Pahlawan Ekonomi tujuh tahun silam. Sejak 1980, Sutinem berkeliling menjual jamu gendong seharga Rp 2.000 per gelas di wilayah Kecamatan Wiyung.
Kesempatan yang diberikan Pemkot Surabaya melalui pelatihan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) itu dimanfaatkan Sutinem dengan baik. Usia yang kian tua dengan tenaga yang semakin terbatas membuat Sutinem memikirkan masa depannya kelak. Apalagi, suaminya yang mencari nafkah sebagai tukang sol sepatu juga mulai sakit-sakitan.
Dalam pelatihan Pahlawan Ekonomi, Sutinem belajar tentang cara memproduksi, mengemas, dan memasarkan jamu. Ia juga belajar menata keuangan. Dengan fasilitas dari Pemkot Surabaya, ia berhasil mendapatkan berbagai izin seperti produk industri rumah tangga, surat izin usaha perdagangan, izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta sertifikat halal. Semua izin dan ilmu itu diperlukan untuk meningkatkan usaha dan memperluas pasar sehingga penghasilannya bisa meningkat.
Sutinem tak pernah menyangka harga jamu buatannya bisa berkali-kali lipat dari harga sebelumnya. Kini, omzetnya Rp 9 juta per bulan. Sebagian hasil kerjanya disimpan untuk masa tuanya dan sebagian untuk mengembangkan usaha jamu dalam botol. "Kalau tubuh sudah tidak kuat berkeliling, masih ada jualan jamu botolan di swalayan yang bisa menghidupi keluarga saya kelak," ujar Sutinem.
Pengalaman yang sama dirasakan Diah Arfianti (38), pedagang kue kering. Setelah menjadi peserta pelatihan Pahlawan Ekonomi pada 2013, usahanya berkembang pesat. Pelatihan itu juga mencakup cara promosi dan menjual produk kue.
Diah, yang semula hanya berjualan kue kering menjelang hari raya Idul Fitri, kini bisa berjualan sepanjang tahun. Untuk berjualan sepanjang tahun, ia sudah memetakan target pembeli, lengkap dengan rasa dan kemasan kue yang menarik.
Setiap bulan, tak kurang 600 stoples kue kering buatan Diah laku terjual. Omzetnya Rp 36 juta per bulan. Bahkan, saat Idul Fitri, omzet bisa mencapai Rp 1 miliar.
"Pelatihan menjual kue melalui Facebook sangat efektif mendongkrak penjualan. Kini hampir 90 persen dagangan laku melalui Facebook," kata pemilik merek Diah Cookies itu.
Bebas memilih
Agus Wahyudi dari bagian Hubungan Masyarakat Program Pahlawan Ekonomi menuturkan, Program Pahlawan Ekonomi bisa diikuti semua perempuan yang memiliki kartu tanda penduduk Kota Surabaya. Setiap Sabtu-Minggu pukul 10.00-15.00, sekitar 100 orang mengikuti pelatihan di Kaza City.
Pelatihan dibagi dalam tiga kelompok, yakni bisnis kuliner, industri kreatif, dan industri rumahan. Warga bebas memilih pelatihan yang diinginkan. Bukan hanya warga yang sudah memiliki usaha, warga yang ingin merintis usaha juga disarankan mengikuti pelatihan itu.
Sejak diselenggarakan pada 2010, sudah 3.600 orang yang mengikuti kegiatan Pahlawan Ekonomi. Vincentius Surya Putra, Koordinator Kreavi, mentor pelaku UMKM, mengatakan, ada sekitar 200 pelaku UMKM yang sudah naik kelas. Kualitas produk yang dihasilkan UMKM itu meningkat dan bisa bersaing di tingkat nasional.
Untuk bisa naik kelas, kata Vincentius, pelaku UMKM harus membuat produk yang konsisten, baik rasa, bentuk, ukuran sama, maupun kualitasnya. Selanjutnya, Pemkot Surabaya membantu membuat kemasan dan mempromosikan produk itu.
Dalam setiap pertemuan Program Pahlawan Ekonomi, ada lima pelaku usaha yang diberi kesempatan konsultasi bisnis. Konsultasi meliputi hal keuangan, media sosial, kemasan, dan pemasaran. Setelah melalui proses kurasi, setiap pelaku usaha didampingi seorang konsultan selama dua bulan untuk meningkatkan kapasitas produknya. Satu pendamping akan mengawal perkembangan seorang pelaku usaha.
Menurut Vincentius, masih banyak pelaku usaha yang tidak percaya diri dan cepat puas dengan produk mereka. Padahal, produk itu masih bisa dikembangkan dan diperluas pemasarannya. "UMKM Surabaya sebenarnya mampu bersaing. Mereka harus percaya diri," ucapnya.
Agus menambahkan, setiap Sabtu di akhir bulan ada petugas dari dinas yang mengurusi perizinan, seperti BPOM, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perdagangan. Pelaku usaha bisa mendaftarkan produknya tanpa harus mengurus secara mandiri di Kantor Pelayanan Terpadu.
Melalui Program Pahlawan Ekonomi, pelaku UMKM bisa menjadi pahlawan bagi keluarganya.
(Agnes Swetta Pandia/
Iqbal Basyari)