Pelajaran dari Pengembang Properti Jepang...
Teknologi pemurnian air ("water purifier"), kaca jendela "low-e glass" untuk menyaring intensitas cahaya, hingga kunci pintu tanpa anak kunci ("hands-free key"). Itulah salah satu teknologi terkini yang ditawarkan oleh pengembang properti dari Jepang untuk konsumen di Indonesia.
"
Penggunaan hands-free key ini pertama kalinya kami terapkan untuk kondominium di luar Jepang," kata Direktur Tokyu Land Indonesia Tai Horikawa, ditemui di Jakarta, pada pekan terakhir bulan Januari 2017. Fitur itu nantinya dapat digunakan oleh penghuni Apartemen Branz Simatupang yang kini sedang dibangun oleh Tokyu Land Indonesia.
Teknologi hands-free key tentu saja lazim digunakan di dunia otomotif. Namun, di dunia properti, ini hal baru. Kunci cukup dikantongi, dan pintu apartemen langsung terbuka begitu didekati sang pemegang kunci. Sangat menarik.
Inovasi semacam itu kemudian menjadi tawaran bagi konsumen dari pengembang-pengembang asal Jepang yang membangun proyek properti di Indonesia. Pasar properti di Indonesia jelas dinilai sangat atraktif sehingga pengembang Jepang berminat menanamkan modal.
Jangan heran apabila Tokyu Land, pengembang asal Jepang dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, melalui anak usaha Tokyu Land Indonesia, kembali melangkah dengan salah satu fokusnya adalah mengerjakan proyek kondominium.
Kondominium yang tengah dalam proses pengerjaan yakni Branz Simatupang di Jakarta Selatan dan Branz BSD di BSD City, Tangerang, Banten, yang menyasar pasar premium. Dengan slogan "kondominium otentik Jepang", Tokyu Land Indonesia menawarkan produk hunian bernuansa Jepang.
Penamaan "Branz" serupa dengan produk residensial milik Tokyu Land di Jepang yang berupa rumah tapak (landed house). Tokyu Land berani membawa merek Branz ke Indonesia oleh karena kualitas properti yang ditawarkan di sini juga merupakan produk kualitas unggul.
Mengapa Tokyu Land memilih membangun kondominium?
Pengalaman panjang
Menurut Tai Horikawa, pembangunan kondominium lebih cocok diterapkan untuk perkotaan di Indonesia dengan tingkat permintaan hunian vertikal yang terus tumbuh, baik di kalangan masyarakat lokal maupun ekspatriat.
"Kami telah memiliki pengalaman panjang dalam pengembangan properti di Jepang. Saatnya kami membawa produk properti ke Indonesia," ujarnya. Kata Horikawa, pengembang Jepang juga lebih dulu dan lebih banyak membangun gedung pencakar langit atau high rise building dibandingkan dengan pengembang Indonesia.
Di proyek Branz Simatupang, Jakarta, misalnya, Tokyu Land Indonesia bekerja sama dengan perusahaan kontraktor Obayashi Corporation. Kemudian desain bangunan dirancang oleh Tokyu Architects & Engineers Inc, anak usaha Tokyu Group, sedangkan desain interior digarap desainer Jepang dari Gensler.
Mengapa perusahaan Jepang lain juga dipilih jadi mitra kerja? Ternyata, properti yang dibangun umumnya menekankan efektivitas interior dan hasil kerja yang presisi. Tidak ada hasil kerja yang meleset 1 sentimeter pun dari gambar kerja sehingga tak ada waktu terbuang untuk perbaikan pekerjaan.
Karakteristik bangunan yang simpel juga membuat nyaris tidak ada ruang terbuang (dead space). Rekam jejak investor "Negeri Sakura" juga identik dengan aplikasi kecanggihan teknologi pada proyek properti yang dibangun.
Meski desain bangunan kental bergaya Jepang, terkadang kondominium yang dibangun Tokyu Land juga sedikit memasukkan sentuhan budaya dan arsitektur Indonesia dalam desain. "Ini soal rasa. Kami menyesuaikan desain dengan gaya Indonesia," kata Horikawa, yang mengaku juga bekerja sama dengan firma arsitektur nasional.
Desain yang detail
Salah satu contoh desain yang diterapkan kontraktor Jepang adalah peletakan jaringan pipa pada setiap unit kondominium pada lantai unit tersebut. Tujuannya, untuk memudahkan dalam perbaikan dan pemeliharaan. Ini cenderung berbeda halnya dengan sistem jaringan air pada kondominium yang dibangun developer lokal, yakni menempatkan pipa jaringan air pada lantai di bawahnya.
"Kalau jaringan pipa ditaruh pada unit kondominium dibawahnya, bagaimana bila pemilih kondominium sedang pergi berlibur? Pasti menyulitkan untuk perbaikan, apalagi kalau untuk air baku," ujar Horikawa.
Karena air baku di Indonesia tidak siap untuk diminum, pengembang Jepang juga menawarkan sistem pemurnian air (water purifier). Pemurnian air dengan Toclas, produk manufaktur asal Jepang, dapat langsung untuk diminum dari keran selain fungsi lain, seperti mandi dan cuci.
Penghematan energi dihadirkan melalui pemakaian teknologi pelapisan pada kaca low-e glass untuk menyaring intensitas sinar matahari. Teknologi untuk kaca jendela ini pun dipasang tanpa terkecuali di tiap unit kondominium.
Kontraktor Jepang juga menawarkan ubin lantai kondominium yang dibuat dengan teknologi terbaru. Keuntungannya adalah dapat menyerap bau tidak enak dari kamar mandi meski konsumen harus membayar lebih untuk itu. Ringkas kata, pengembang dan kontraktor Jepang senantiasa menawarkan teknologi-teknologi terbaru, tak terlupa pula teknologi terkait sistem teknologi informasi (TI).
Komitmen kuat
Pemilihan kontraktor Jepang juga diterapkan untuk pembangunan Apartemen Servis Le Premier di Kota Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat. Apartemen yang digarap PT Puradelta Lestari Tbk, perusahaan patungan Sinarmas Land Group dengan perusahaan asal Jepang, Sojitz Corporation, itu memang sengaja menyasar ekspatriat Jepang yang bekerja di Greenland International Industrial Center (GIIC).
Menurut Direktur PT Puradelta Lestari Tbk Tondy Suwanto, mereka juga menggandeng kontraktor ternama asal Jepang, PT Tokyu Construction Indonesia. Adapun konsultan arsitektur dan desain juga menggunakan perusahaan Jepang, Construction Investment Management Co., Ltd.
Mengapa dipilih kontraktor asal Jepang? Ternyata, investor mempertimbangkan target pasar apartemen selain mendayagunakan pengalaman kontraktor dalam menyasar market.
Atas saran desainer dan kontraktor kemudian dihadirkan sentuhan bernuansa Jepang dalam desain bangunan. Di samping itu, disediakan pula fasilitas yang memenuhi selera target pasar, seperti pemandian publik Ofuro, minimarket, dan restoran Jepang.
"Kelebihan lain kontraktor asal Jepang adalah lebih presisi, menjaga komitmen penyelesaian waktu, dan tidak menyimpang dari spesifikasi bangunan," ujar Tondy.
"Di awalnya pasti tidak mudah. Kita berdebat soal kontrak dan sebagainya, tetapi setelah itu mereka jelas berkomitmen, bertanggung jawab, dan sangat menjaga reputasi meski terkadang harus keluar uang lebih," ditambahkan Tondy.
Dengan kualitas yang memenuhi ekspektasi ekspatriat, meski tarif sewanya berkisar Rp 22 juta-Rp 25 juta per bulan, ternyata Le Premier-apartemen lima lantai yang terdiri atas 136 unit itu, kini telah terisi oleh ekspatriat asal Jepang. Kualitas ternyata adalah segalanya.
Mengapa Puradelta menggandeng perusahaan Jepang?
Head of Operations and Projects Puradelta Lestari Tsuyoshi Ohara mengemukakan, penggunaan konsultan desainer dan kontraktor asal Jepang semata-mata untuk ketepatan waktu pengerjaan.
Dengan target waktu penyelesaian yang sangat pendek, yakni hanya 9 bulan, kata Ohara, mereka lebih yakin dengan kontraktor Jepang. "Kontraktor Indonesia juga banyak yang bagus, tetapi prioritas utama kita adalah ketepatan waktu pengerjaan, dan presisi dalam hasil pembangunan," ujarnya.
Tanpa bermaksud mengecilkan kemampuan kerja kontraktor Indonesia, Horikawa menegaskan, ada banyak hal harus ditingkatkan. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi dan koordinasi yang memaksa Tokyu Land untuk membentuk manajemen koordinasi tersendiri.
Hal lain yang harus ditingkatkan adalah pengawasan tanpa kompromi. Proyek Tokyu Land, misalnya, minimal dievaluasi tiga kali dalam setahun, termasuk evaluasi oleh tim yang datang langsung dari Jepang. Pengawas juga bekerja tanpa ampun, dan apabila ada ketidaksesuaian, maka solusinya adalah: bongkar dan bangun ulang!
(BM LUKITA GRAHADYARINI/ HARYO DAMARDONO)