Pengembangan ”Soft Skill” Mahasiswa Diperkuat Melalui Magang-Kampus Merdeka
Pengembangan ”soft skill” mahasiswa diperkuat melalui magang ”Merdeka Belajar Kampus Merdeka”. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan, yakni mengolah potensi hutan adat hingga produk turunannya.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pengembangan soft skill mahasiswa diperkuat melalui magang ”Merdeka Belajar Kampus Merdeka”. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan guna mengasah keterampilan tersebut, yakni mengolah potensi hutan adat hingga produk turunannya.
Magang sebagai bagian program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Kalimantan Barat, salah satunya diikuti mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak. Dekan Fakultas Kehutanan Untan, Pontianak, Farah Diba, Selasa (31/5/2022), menuturkan, program tersebut diamanatkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Berangkat dari hal itu, pihaknya membuka peluang mahasiswa belajar di luar kampus. Selain itu, hal-hal yang dipelajari di kampus diaplikasikan di masyarakat. Tujuannya meningkatkan keterampilan nonteknis/interpersonal (soft skill) mahasiswa.
”Mereka didorong memahami aplikasi ilmu yang diperoleh di kampus dan meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam satu tim serta memahami dunia kerja,” ujarnya.
Dalam magang MBKM terdapat delapan bentuk kegiatan program, salah satunya magang. Fakultas Kehutanan Untan, Pontianak, menjalankan program magang satu semester di lokasi-lokasi mitra yang bersedia menerima mahasiswa.
Salah satu produk turunan tengkawang.
Salah satu mitra tempat mahasiswa magang adalah Lembaga Intan (Institut Riset dan Pengembangan Hasil Hutan) yang memiliki wilayah dampingan di Desa Sahan, Kabupaten Bengkayang. Lembaga tersebut membantu masyarakat merekonstruksi ulang pengetahuan masyarakat adat yang lebih modern dalam mengelola buah tengkawang.
Farah menuturkan, magang MBKM ini berbeda dengan kuliah kerja nyata dan magang biasa. Magang MBKM waktunya lebih panjang karena satu semester sehingga ruang pengembangan soft skill mahasiswa lebih banyak. Magang MBKM di Fakultas Kehutanan Untan mulai semester genap tahun akademik 2021/2022, tepatnya sejak Februari hingga Juni 2022.
Deman Huri, Direktur Lembaga Intan, menuturkan, pihaknya juga dilibatkan merumuskan Kampus Merdeka, khususnya terkait magang. Mahasiswa difasilitasi agar bisa memahami teori dengan realitas di lapangan.
Mereka didorong memahami aplikasi ilmu yang diperoleh di kampus dan meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam satu tim serta memahami dunia kerja. (Farah Diba)
Mahasiswa pun tinggal di wilayah dampingan Lembaga Intan, tepatnya di Desa Sahan, Kabupaten Bengkayang. Peserta magang mengidentifikasi potensi hutan adat dan manfaatnya serta berlatih mengolah buah tengkawang menjadi butter.
”Peserta magang belajar proses dari hulu hingga hilir produk turunan. Kami juga melatih mereka dalam meningkatkan skill usaha sehingga ketika selesai kuliah jika ingin membuka bisnis telah dibekali dengan perencanaan bisnis yang aplikatif,” kata Deman Huri.
Di hutan adat Desa Sahan terdapat 109 pohon. Dengan satu jenis pohon tengkawang saja sudah terdapat beberapa potensi usaha di sektor kehutanan, mulai dari pengolahan buah tengkawang menjadi butter, industri persemaian untuk bibit, industri makanan, kosmetik, dan obat.
Di lapangan
Akwilina Afra (20), mahasiswi Fakultas Kehutanan Untan yang Maret lalu magang di Desa Sahan, menuturkan, waktu di lapangan lebih lama sehingga bisa mengeksplor lapangan lebih jauh. Ia dan beberapa rekannya magang selama dua minggu lebih di Desa Sahan.
Selama magang di sana, ia dan rekan-rekan fokus pada pengolahan tengkawang, khususnya menjadi minyak dan butter. Ia menilai pengalaman itu bermanfaat. Selama kuliah ia hanya memahami tengkawang sebatas materi kuliah. Namun, selama di lokasi magang, ia bisa belajar pengolahan hingga produk turunan.
”Selain butter, buah tengkawang juga bisa diolah menjadi roti, piza, kosmetik, dan es krim. Ternyata bisa menjadi berbagai jenis makanan. Dari pengalaman tersebut, saya tertarik kembali mengolah buah tengkawang dan tidak menutup kemungkinan membuka usaha setelah tamat kuliah,” ujar Afra.
Demikian juga dengan Devi Octaviani (22), mahasiswi Fakultas Kehutanan Untan yang Maret lalu juga magang di Desa Sahan. Devi mengatakan, ada pengetahuan baru yang ia peroleh selama di Desa Sahan. Selama ini ia hanya memahami tengkawang sebatas buah. Namun, ternyata bisa diolah menjadi produk turunan.