Lulusan SMK Difasilitasi untuk Melanjutkan Kuliah Diploma Dua
Lulusan SMK diharapkan dapat melanjutkan kuliah yang memperkuat kompetensinya di dunia kerja. Pemerintah mendukung peningkatan mutu lulusan SMK lewat program D-2 jalur cepat di sejumlah politeknik.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan kejuruan atau vokasi di SMK dan politeknik berkolaborasi untuk meningkatkan mutu lulusan dengan kuliah di jenjang diploma dua jalur cepat atau D-2fast track. Lulusan SMK tidak hanya bisa meraih gelar diploma dua dengan waktu lebih cepat, tetapi juga mempunyai keterhubungan dan kesesuaian yang makin kuat dengan dunia industri.
Sebanyak 27 program studi diploma dua (D-2) jalur cepat atau D-2 fast track tersebar di 16 politeknik di sejumlah daerah yang mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Politeknik yang membuka D-2 jalur cepat memiliki mitra SMK yang akan mengirimkan lulusannya kuliah serta industri untuk memperkuat link and match.
Program studi yang sudah mendapat izin membuka D-2 jalur cepat adalah Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Madiun, Politeknik Negeri Madura, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Lampung, Politeknik Negeri Bengkalis, Politeknik Negeri Padang, dan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Selain itu, ada Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Banjarmasin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik Negeri Pontianak, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Politeknik Kampar, Politeknik Sahid, dan Politeknik LPP Yogyakarta.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto, di Jakarta, Jumat (27/5/2022), menjelaskan, program D-2 jalur cepat dirancang sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan ketidaksesuaian lulusan yang dihasilkan dunia pendidikan dengan kebutuhan dari dunia usaha dan industri. Ketidaksesuaian bukan sekadar jumlah atau aspek kuantitas dari lulusan, melainkan juga kompetensi atau level keahlian.
”Sejak awal pendirian program studi D-2 jalur cepat, perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi berkolaborasi dengan SMK dan industri, serta pelaksanaannya merujuk pada konsep dan kebijakan Merdeka Belajar dan link and match 8+i. Kolaborasi segitiga ini tujuannya untuk memastikan lulusan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja,” kata Wikan.
Program studi D-2 jalur cepat memungkinkan lulusan SMK yang sekolahnya bermitra dengan politeknik yang memiliki prodi D-2 jalur cepat dapat melanjutkan pendidikan tinggi dan menyelesaikannya lebih singkat. Politeknik itu menerapkan rekognisi pembelajaran lampau (RPL) sehingga masa studi siswa selama di SMK diakui sebagai kredit perkuliahan.
Sejak awal pendirian program studi D-2 jalur cepat, perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi berkolaborasi dengan SMK dan industri, serta pelaksanaannya merujuk pada konsep dan kebijakan Merdeka Belajar dan link and match 8+i.
Pengakuan hasil belajar siswa SMK dengan RPL dilakukan karena sejak kelas I, siswa-siswa SMK yang bermitra dengan prodi D-2 jalur cepat diajar oleh tiga jenis guru, yaitu guru SMK, dosen politeknik, dan praktisi. Capaian pembelajaran selama di SMK itu akan diakui setara 18 SKS oleh politeknik. Kuliah pun dijalankan selama tiga semester meliputi satu semester perkuliahan di kelas untuk memahami teori dan konsep serta dua semester berikutnya magang di industri.
Dengan konsep ini, lulusan D-2 jalur cepat akan lebih kompeten dan fokus pada keterampilan tertentu. ”Kompetensi tak hanya hard skills, tapi lebih pada soft skills, karakter, sikap, kepemimpinan, dan kesiapan bekerja. Lulusan juga disiapkan pula menjadi wirausaha apabila passion-nya jadi pengusaha,” kata Wikan.
Secara terpisah, Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger, M Kuntjoro Basuki Dhiya'uddin, mengatakan, upaya memperkuat mutu lulusan SMK dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma pernah didorong lewat akademi komunitas (AK). Sejumlah lulusan SMK Puger dan lulusan SMA di sekitar Jember sejak satu tahun lalu menjalani pendidikan D-2 program studi agribisnis perikanan di AK Asshuniyah. Namun, pendidikan dilakukan secara reguler empat semester.
”Kami sudah dapat tawaran juga dari salah satu politeknik untuk ikut jalur D-2 jalur cepat. Kalau untuk perkapalan dan kelautan, lulusan SMK saja memiliki sertifikasi lengkap berstandar internasional. Kebutuhan di luar negeri juga cukup lulusan SMK, sedangkan untuk memenuhi pasar di dalam negeri terbatas,” kata Kuntjoro.
Untuk agribisnis perikanan, permintaan untuk D-2 memang ada, termasuk dari Jepang, tetapi Jepang sekarang meminta lulusan diploma tiga. ”Jadi, mendorong D-2 jalur cepat harus dipikirkan juga industri mitranya,” ujarnya.
Belajar langsung
Keyakinan Ditjen Pendidikan Vokasi menawarkan terobosoan D-2 fast track salah satunya dari hasil kolaborasi Politeknik Negeri Madiun (PNM) yang bermitra dengan SMK PGRI 1 Mejayan, Madiun, dan mitra industri dengan PT Inka (Persero) di Jawa Timur. Perjanjian kerja sama dilakukan pertengahan Mei lalu untuk project based learning (PBL). PT Inka memberi kontrak pekerjaan kepada D-Tech Engineering berupa pembuatan kursi kereta api sebanyak 440 unit yang akan dipakai di kereta eksekutif.
Program diploma teknik mesin PNM bersama SMK dan PNM diajak bekerja secara profesional dengan mutu dan waktu yang disepakati. Untuk keperluan produksi, mesin-mesin komputer kontrol numerik/computer numerically controlled (CNC) buatan D-Tech Engineering dan para ahli yang dimiliki akan diterjunkan ke SMK.
Adapun PNM memberikan pelatihan, lalu memproduksi kursi kereta eksekutif agar tepat waktu dan standar mutu yang ditetapkan PT Inka. Jika proyek ini sukses, ke depan banyak lagi peluang mendapat proyek dari PT Inka, yang akan berdampak lebih banyak bagi institusi pendidikan vokasi yang terlibat dan menerapkan PBL.
”Cara belajar terbaik itu, sambil langsung praktik menangani proyek profesional, tentunya setelah dasar fondasinya digarap. Jadi, siswa SMK akan merasakan atmosfer bagaimana berkomunikasi dengan klien, dikejar target, memproses produk berstandar industri, serta mendapat umpan balik dari pengguna. Ini akan menguatkan soft skill mereka,” tutur Wikan.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim saat peluncuran Kampus Merdeka Vokasi beberapa waktu lalu mengatakan, visi pemerintah adalah memastikan integrasi antara pendidikan vokasi dan dunia kerja jadi makin erat. Keeratan itu tak sebatas penandatanganan kerja sama, tetapi berupa sinkronisasi dari berbagai perguruan tinggi dan program studi dengan industri.
”Para lulusan D-2 jalur cepat ini nantinya akan mendukung potensi lokal, kawasan industri, kawasan ekonomi, dan berbagai macam kemampuan teknis yang spesifik, termasuk operator mesin yang dibutuhkan industri strategis,” kata Nadiem.