Penguatan Pendidikan Vokasi Meningkatkan Keselarasan Industri-Vokasi
Peningkatan kualitas dan keselarasan pendidikan vokasi dengan dunia usaha industri diupayakan, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran ”teaching factory”.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keselarasan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri didorong dengan menghadirkan pengajar dari dunia usaha/ industri dan industri pembelajaran atau teaching factory. Meskipun hasilnya belum sesuai target, melalui penguatan pendidikan vokasi dengan program SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi sudah ada peningkatan.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wikan Sakarinto, di webinar Silaturahmi Merdeka Belajar, Kamis (13/1/2022), mengatakan, penerapan model pembelajaran teaching factory di sekolah vokasi terus meningkat dari 45 persen di tahun 2020 menjadi 52 persen di tahun 2021. Pembelajaran dengan teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Menurut Wikan, pengembangan teaching factory di SMK negeri memang masih terkendala jika belum berstatus badan layanan umum (BLU). Saat teaching factory SMK negeri menghasilkan pendapatan, maka itu harus disetor ke negara. Sementara jika berstatus BLU (daerah), akan ada keleluasaan untuk mengembangkannya.
Salah satu contoh yang berhasil adalah SMK Muhammadiyah 1 Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Di sekolah ini, tiap program studi memiliki teaching factory yang membuat siswa sudah belajar memenuhi standar dunia usaha/ industri sejak di sekolah.
Sekolah itu menerima pesanan pembuatan berbagai tempat tidur perawatan di rumah sakit, baik yang elektrik maupun manual. Produksi sekolah ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan di jaringan RS Muhammadiyah. Selain itu, sekolah yang memiliki ruang usaha kesehatan sekolah (UKS) juga memesan tempat tidur dari SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Ada juga pembuatan tiang infus, reparasi kursi roda, dan masih banyak lagi. Para siswa teknik mesin bisa praktik langsung dengan standar industri di pabrik. Bahkan, para siswa merasakan kerja lembur saat pesanan banyak dan dikejar waktu.
Kepala SMK Muhammadiyah 1 Kabupaten Sukoharjo Bambang Sahana, Sabtu (15/1/2022), menjelaskan, sekolahnya memiliki keunggulan dalam pembuatan alat-alat kesehatan untuk kebutuhan rumah sakit. Sekolah ini juga memiliki pabrik di sekolah. ”Jika Kemdikbudristek dapat membantu akses permodalan bagi SMK yang bisa mengembangkan teaching factory secara profesional hingga perizinan kerja sama lintas kementerian, teaching factory yang dimotori SMK bisa memunculkan industri di desa. Para lulusan SMK di desa tidak harus ke luar kota,” kata Bambang.
Bambang juga menambahkan, jika industri alat kesehatan yang dimotori SMK bisa didukung, peluang kerja untuk para alumnus dan masyarakat desa terbuka. Mereka bisa diikutkan dalam pengerjaan alat-alat kesehatan.
Terkait dengan pengajar dari praktisi dunia usaha dan dunia industri, setiap program studi/jurusan di SMK diharapkan bisa melaksanakannya 50 jam per semester. Sekitar 91 persen SMK sudah memiliki instruktur dari dunia usaha dan dunia industri.
”Yang kami harapkan lebih dari 50 jam per semester untuk setiap jurusan. Tadinya baru 20 persen SMK yang bisa memenuhi, kini naik jadi 41 persen. Sisanya rata-rata masih 30 jam per semester,” kata Wikan.
Wikan mengatakan, lulusan pendidikan vokasi memiliki tiga pilihan untuk bekerja, melanjutkan kuliah, ataupun wirausaha. Tren ini pada 2019-2021 meningkat. Lulusan SMK yang berwirausaha dan melanjutkan kuliah terus bertambah.
Pembelajaran dengan teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Peningkatan keselarasan SMK-industri dikembangkan lewat program SMK Pusat Keunggulan (PK). Tujuannya, untuk menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja ataupun menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja. Sekolah yang terpilih dalam program ini diharapkan menjadi rujukan serta mendorong peningkatan kualitas dan kinerja SMK di sekitarnya.
Kepala SMKN 1 Batam Lea Lindrawijaya Suroso mengatakan, program SMK PK mendukung pembentukan sumber daya manusia yang unggul. ”Respons pemangku kepentingan kian kuat hingga menambah kelas industri. Alhasil, transfer industri ke guru dan siswa berdampak pada mutu sekolah,” ujar Lea.
Direktur Riset Indikator Politik Indonesia Adam Kamil mengatakan, minat calon para peserta didik baru sangat tinggi terhadap SMK. Mayoritas para peserta didik juga telah merasakan peningkatan keterampilan di SMK PK. ”Respons dunia usaha dan dunia industri juga sangat positif terhadap program tersebut hingga menciptakan kerja sama baru. Keterserapan lulusan masuk dunia usaha dan industri meningkat. Alhasil, dengan respons yang positif, program itu penting dipertahankan,” tuturnya.
Kampus merdeka vokasi
Sementara itu, untuk mengintegrasikan pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja demi menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif, dan kompetitif telah ada program Kampus Merdeka Vokasi. Integrasi ini dilaksanakan melalui link and match 8+i yang tidak sekadar adanya nota kesepahaman. Ada dua fokus utama dalam program ini, yakni dana kompetitif Kampus Vokasi dan dana pendanaan Kampus Vokasi (matching fund).
Wikan menjelaskan, pendanaan Kampus Vokasi 2021 mencapai Rp 22,6 miliar yang diperuntukkan bagi 43 perguruan tinggi vokasi, 98 program studi, serta melibatkan 4.440 mahasiswa. ”Program ini akan dirilis kembali pada Februari 2022 agar perguruan tinggi vokasi lebih berkualitas,” ujarnya.
Selain itu, minat terhadap dana kompetitif juga tinggi, terutama untuk program D-3 menjadi sarjana terapan. ”Demikian juga untuk minat program D-2 fast track terus bertambah,” kata Wikan.
Direktur Politeknik Negeri Bali I Nyoman Abdi memaparkan, program D-2 fast track disambut baik oleh semua jurusan di politeknik ini. ”Kami di kampus melihat program ini merupakan niat baik berdasarkan kebutuhan industri. Untuk itu, kami mendukung program ini dengan langsung membuka delapan prodi D-2 fast track karena sambutannya luar biasa,” ujar Abdi.
Di samping itu, kampusnya juga sudah berkolaborasi dengan SMK PK sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi para siswa SMK. ”Kolaborasi sudah kami lakukan di semua SMK mitra kami yang merupakan SMK PK,” kata Abdi.