Saat balapan ditunda, sosok Rara Istiani Wulandari tampil dan merebut perhatian publik. Ritual yang dilakukan pawang hujan itu tersiar ke seluruh dunia. Percakapan tentang pawang hujan lebih riuh daripada Marc Marquez.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
Sosok Rara Istiani Wulandari mencuri perhatian publik. Pawang hujan di Sirkuit Mandalika itu benar-benar menyalip di tikungan terakhir. Ia berhasil merebut panggung balap dunia. Sosoknya sempat menduduki tren percakapan di Twitter.
Prediksi cuaca saat gelaran balapan MotoGP Seri Mandalika sudah pernah disampaikan prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, I Gusti Agung Angga DS, kepada Kompas, Kamis (18/3/2021). Ia mengatakan, pada Minggu diperkirakan cuaca cerah berawan hingga hujan sedang.
Benar saja, balapan Moto3 dan Moto2 digelar dalam cuaca cerah. Namun, jelang MotoGP cuaca mendadak mendung dan langsung diiringi hujan deras. Balapan pun ditunda.
Saat penundaan inilah, sosok Rara Istiani Wulandari tampil dan merebut perhatian publik. Juru kamera MotoGP tak ketinggalan mengabadikan aksi Rara Istiani. Ritual yang dilakukan pawang hujan itu pun tersiar ke seluruh penjuru dunia.
Sontak reaksi warganet mulai mewarnai media sosial. Kompas memantau percakapan menggunakan kata kunci pawang hujan menggunakan aplikasi Talkwalker. Hasilnya, terjadi lonjakan percakapan terkait pawang hujan pada pukul 14.00 hingga 15.00, Minggu (22/3/2022).
Dalam seminggu terakhir, ada 85.900 percakapan terkait pawang hujan. Kata kunci itu mulai ramai diperbincangkan pada 18 Maret. Lonjakan terjadi saat hujan mengguyur Mandalika dan sosok Rara Istiani Wulandari disorot kamera. Percakapan terkait pawang hujan langsung melejit hingga menyentuh angka 8.100 percakapan.
Di periode waktu yang hampir sama, percakapan tentang pawang hujan membuat kata kunci Marc Marquez sedikit terabaikan. Padahal, sebelum hujan turun, percakapan tentang Marc Marquez sempat ramai diperbincangkan karena ia terjatuh dan tak dapat mengikuti balapan.
Dalam periode yang sama, penggunaan kata kunci ”Marc Marquez” hanya digunakan dalam 31.600 percakapan. Senin pagi, saat warganet sudah ”tak peduli” dengan kondisi Marquez, percakapan terkait pawang hujan justru kembali riuh.
Perbincangan terkait pawang hujan ramai karena mengundang perdebatan di antara warganet. Ada yang berterima kasih atas peran pawang hujan, ada pula yang mencibir aksinya.
Salah satu ungkapan terima kasih disampaikan oleh akun resmi MotoGP. ”THANK YOU for stopping the rain! #IndonesianGP” sembari mengunggah foto aksi Rara dan aksi pebalap Yamaha, Fabio Quartararo, yang seolah-olah menirukannya.
Hingga Senin (21/3/2022) pukul 10.00, cuitan santai dengan nada sedikit bercanda tersebut sudah dibagikan ulang 6.380 kali, 1.100 tweet kutipan, dan disukai 36.100 kali. Aneka tanggapan pun bermunculan. Akun @AzarinaUtama membalas dengan singkat dan lugas, ”memalukan”.
Kendati ada yang mencibir dan menyangkutpautkan aksi Rara tidak sesuai dengan ajaran agama, tak sedikit yang mendukung Rara. Akun @lakoatkujawas justru memberikan penjelasan bahwa ada marga-marga di Mollo, NTT, yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan, angin, dan petir.
”Lagi-lagi itu terjadi dan hanya terjadi atau ngefek ketika mereka punya relasi yang amat sangat dekat dan harmonis dengan alam. Ada sikap dan nilai hidup tertentu yang harus dijalani sepanjang hidup,” cuit akun @lakoatkujawas
Kompas pernah mengulas khusus mengenai profesi pawang hujan yang terbit di edisi Kompas edisi Minggu, 25 Januari 2009. Kompas memuat wawancara dengan pawang hujan Akie Setiawan, Taufik Hidayat, dan Wagiman Sidharta.
Ketiganya menyebut punya cara sendiri-sendiri saat bertugas. Namun, mereka sepakat tidak ingin disebut mengubah cuaca. ”Kami ini bukan mengubah cuaca, tetapi memindahkan hujan ke tempat lain. Jadi, hujan tetap turun,” kata Wagiman.
Dalam edisi yang sama juga disertakan wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Sunan Drajat KH Abdul Ghofur. Ia menjelaskan, ada doa-doa untuk mendatangkan dan menolak datangnya hujan.
”Semua berasal dari doa ajaran Nabi Muhammad SAW. Santri di pondok diajar juga doa-doa ini,” kata KH Ghofur yang pondoknya berada di Lamongan. ”Uap dari laut yang kena panas matahari akan naik menjadi sinar laki-laki dan uap dari penguapan dedaunan menjadi sinar perempuan. Dengan berdoa mengucapkan nama-nama suci Allah, asmaul husna, akan terbentuk sinar lelaki dan sinar perempuan. Doa itu mengeluarkan energi, aura, yang bisa difoto dengan kamera aura,” ujar KH Ghofur. Aura yang bersifat feminin akan menjadi hujan, sementara aura maskulin akan membubarkan awan hujan. Tergantung doa apa yang diucapkan. Energi yang keluar menyertai doa itu akan mendatangkan atau menahan hujan.
Apa yang disampaikan KH Gofur senada dengan apa yang disampaikan Rara dalam video yang beredar di media sosial. Rara menyebut, apa yang ia lakukan tak lebih dari kekuatan doa.
”Ini kekuatan doa, kearifan lokal. Saya dapat hadiah itu dari Tuhan. Jadi, saya kembalikan dengan cara saya gunakan untuk melayani,” ujar Rara.
Satu hal yang masih mengganjal, mengapa warganet lebih sibuk membahas pawang hujan daripada hasil balapan? Mungkin karena sebagian besar tidak mengerti dan tidak bisa menikmati balapan sehingga lebih asyik membahas pawang hujan.