Unwira Kupang Latih Inovasi Wirausaha kepada Pelajar
Latihan pengolahan pangan dari Unwira Kupang sejalan dengan semangat prakarya dan kewirausahaan yang dikembangkan pihak sekolah.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Tim dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang melatih para siswa jenjang sekolah menengah atas atau sederajat di Nusa Tenggara Timur untuk mengolah bahan lokal menjadi aneka panganan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini sejalan dengan semangat prakarya dan kewirausahaan yang kini sedang dikembangkan di sekolah.
Tim dimaksud berasal dari Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (Unwira). Pada Jumat (11/2/2022), mereka menggelar latihan pembuatan tepung kacang merah dan tepung pisang bagi para siswa SMA Negeri 11 Kota Kupang. Pelatihan itu melibatkan siswa yang berminat pada bidang pengolahan pangan.
Yulita I Mamulak, ketua tim dari Unwira, mengatakan, pelatihan semacam ini sudah digelar di beberapa sekolah dan masih akan terus dilanjutkan. Tujuan pelatihan untuk merancang inovasi para siswa, terutama mengolah potensi lokal yang ada di sekitar, seperti kacang merah dan pisang. Dua produk pertanian itu belum banyak diolah menjadi lebih bernilai secara ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian mereka, kata Yulita, kacang merah kaya akan karbohidrat, protein, dan dapat menekan lemak jahat. Kacang merah bisa diolah menjadi tempe sebagaimana kacang kedelai, dan juga menjadi tepung untuk bahan pembuatan nuget. Tepung dimaksud bisa bertahan hingga setengah tahun.
Seperti contoh, mereka membuat nuget dengan bahan berupa 350 gram tepung kacang merah ditambah dengan daging ayam seberat 350 gram. Hasilnya, setelah digoreng, di dalam nuget itu terkandung 47 persen karbohidrat, 25 persen protein, dan 19,3 persen lemak.
Kewirausahaan itu tidak hanya untuk SMK, tetapi juga untuk SMA. Banyak lulusan yang tidak bisa lanjut kuliah karena masalah ekonomi. Dengan bekal ini, mereka bisa membangun usaha mandiri. (Linus Lusi)
Jika menggunakan tepung biasa, kandungan karbohidrat dalam nuget lebih rendah, yakni 26 persen, protein juga lebih rendah, yakni 11,5 persen, sedangkan lemak lebih tinggi, yakni 20,57 persen. ”Tentu lebih sehat. Selama ini kan kacang merah hanya dipakai untuk membuat sup brenebon saja,” kata Yulita.
Jiwa kewirausahaan
Menurut dia, inovasi ini sangat sederhana. Dengan kacang 1 kilogram bisa menghasilkan setengah kilogram tepung. ”Kami mendorong anak-anak sekolah untuk kreatif dan membangun jiwa kewirausahaan mereka. Banyak anak SMA yang sekolah sambil bantu orangtua buat gorengan untuk dijual. Coba pakai tepung kacang merah,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SMA Negeri 11 Kupang Pertus J Manehat mengatakan, pelatihan semacam itu senada dengan program pembelajaran di sekolah. Saat ini, semua SMA tengah menerapkan materi prakarya dan kewirausahaan sebagai bagian dari pendidikan karakter.
”Pelatihan ini yang kami tunggu selama ini," ucapnya sembari berharap agar ada pelatihan dengan tema lain. Selama ini di sekolah itu baru dikembangkan tenun, tetapi masih terbatas. Pelatihan tenun terkendala budaya lokal bahwa hanya perempuan yang diperbolehkan menenun. Di sekolah itu sebanyak 255 siswa.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi mengatakan, semua SMA dan SMK di NTT yang berjumlah 906 unit didorong untuk mengembangkan inovasi dengan semangat kewirausahaan. Sebagai contoh, di SMA Negeri 2 Fatuleu Barat.
Selain itu, ada juga sekolah diarahkan untuk menanam jagung dan beternak sapi. ”Kewirausahaan itu tidak hanya untuk SMK, tetapi juga untuk SMA. Banyak lulusan yang tidak bisa lanjut kuliah karena masalah ekonomi. Dengan bekal ini, mereka bisa membangun usaha mandiri,” katanya.