Spotify Perketat Regulasi Konten Setelah Misinformasi Covid-19
Spotify merilis peraturan konten yang bermuatan isu Covid-19. Hal ini menyusul tudingan bahwa platform ”streaming” itu membiarkan penyebaran misinformasi Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Siniar atau podcast yang diunggah Joe Rogan di Spotify pada Desember 2021 berbuntut panjang, mulai dari surat terbuka dari para ilmuwan kepada Spotify hingga boikot dari sejumlah musisi. Spotify dinilai telah membiarkan penyebaran misinformasi Covid-19.
Joe Rogan adalah kreator siniar alias podcaster yang membuat pertunjukan berjudul The Joe Rogan Experience. Siniar ini dirintis sejak 2009 dan berhasil menggaet setidaknya 11 juta pendengar. Pada 2019, siniar Rogan menjadi siniar yang paling banyak diunduh di perangkat Apple.
Setahun kemudian, pada 2020, Spotify memperoleh hak eksklusif terhadap siniar The Joe Rogan Experience. Nilai kontrak antara Spotify dan Rogan ditaksir mencapai 100 juta dollar AS.
Rogan—seorang komedian, mantan kickboxer, danjuara taekwondo di Kejuaraan AS Terbuka—selama ini mengundang narasumber dari berbagai latar belakang untuk siniarnya. Salah satu siniar berjudul #1757-Dr Robert Malone, MD menampilkan wawancara dengan dokter dan ahli biokimia AS, Robert Malone.
Masalahnya, Malone dinilai menyampaikan pernyataan tidak benar dan teori konspirasi Covid-19. Malone juga mempromosikan ivermectin sebagai obat Covid-19, bertentangan dengan larangan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Penggunaan ivermectin juga belum mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia. Ivermectin yang digunakan sebagai terapi dan pencegahan Covid-19 dinilai berbahaya karena menyebabkan efek samping. Bila dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter, ivermectin dapat menyebabkan nyeri sendi, ruam kulit, demam, pusing, diare, hingga sindrom Steven-Johnson (Kompas, 4/8/2021).
Malone juga dituding melarang vaksinasi Covid-19 bagi anak dan orang muda. Hal ini problematik karena rata-rata pendengar The Joe Rogan Experience berusia 24 tahun. Pernyataan Malone dikhawatirkan meningkatkan sentimen anti-vaksin. Di sisi lain, data Departemen Kesehatan Washington menyatakan, penduduk berusia 12-34 tahun yang belum divaksinasi 12 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dibandingkan yang sudah divaksinasi.
Hal tersebut menjadi sorotan dalam surat terbuka daring yang diajukan koalisi ilmuwan, praktisi medis, akademisi, hingga tenaga kesehatan. Surat ini diunggah pada 31 Desember 2021 dan telah ditandatangani 1.325 orang.
”Misinformasi dalam skala ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. Sebagai ilmuwan, kami menghadapi penolakan karena publik tidak mempercayai penelitian dan keahlian kami. Sebagai pendidik dan komunikator sains, kami bertugas membenarkan pemahaman publik yang salah. Sebagai dokter, kami menanggung beban berat pandemi,” kata koalisi tersebut di surat terbukanya.
Siniar berdurasi 187 menit tersebut juga menuai reaksi dari musisi Neil Young. Sebagai protes terhadap platform streaming musik asal Swedia tersebut, ia menuntut agar musiknya ditarik dari Spotify. Sikap Young diikuti musisi Joni Mitchell yang juga menuntut musiknya ditarik dari Spotify.
”Saya melakukannya karena Spotify menyebarkan informasi palsu tentang vaksin. Ini berpotensi menyebabkan kematian bagi mereka yang percaya terhadap informasi itu,” ujar Young yang pernah menderita polio saat kecil.
Di sisi lain, Rogan telah meminta maaf melalui video yang diunggah di akun Instagramnya. ”Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menyeimbangkan sudut-sudut pandang yang lebih kontroversial ini dengan perspektif orang lain sehingga mungkin kita bisa mencari sudut pandang yang lebih baik,” katanya.
Sementara itu, Minggu (30/1/2022), Spotify merilis peraturan tentang konten bermuatan isu Covid-19. CEO Spotify Daniel Ek mengatakan, peraturan dan panduan konten sudah ada di Spotify selama beberapa tahun. Namun, ia mengakui belum transparan dengan aturan itu.
”Kami paham bahwa kami berperan penting untuk mendukung ekspresi kreator dan memperhatikan keselamatan pengguna. Itu sebabnya, penting bagi kami untuk tidak menjadi lembaga sensor kemudian memastikan bahwa ada peraturan dan konsekuensi bagi yang melanggarnya (panduan dan peraturan konten),” ujar Ek. (REUTERS/AFP)