Butuh Akselerasi untuk Capai Kemajuan di Era Digital
Pertanian dan perkebunan merupakan bidang potensial untuk dikembangkan di era digital saat ini.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda menghadapi tantangan dan peluang untuk sukses pascapandemi Covid-19. Akselerasi atau percepatan menjadi salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan dengan banyak gaya atau cara.
Salah satu peluang yang terbuka di tengah kemajuan teknologi digital yakni bidang pertanian dan perkebunan. Meskipun dunia maya akan semakin canggih yang kini ramai disebut metaverse, manusia tidak mungkin bisa makan hanya dengan ikon-ikon makanan. Produk pertanian dari hulu ke hilir harus dikembangkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi digital.
Hal tersebut disampaikan Komisaris Milenial PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Adrian Zakhary saat Wisuda XXI Universitas Multimedia Nusantara (UMN) secara daring dan luring di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (18/12/2021). Wisuda kali ini bertema ”Tantangan dan Peluang Pascapandemi Covid-19” dan bernuansa budaya Baduy.
Sidang senat terbuka UMN yang memwisuda 913 lulusan di jenjang diploma, sarjana, dan magister dipimpin Rektor UMN Ninok Leksono. Hadir juga, antara lain, pimpinan dan anggota Dewan Pembina Yayasan Multimedia Nusantara dan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Kemendikbudristek Agus Setyo Budi. Ikut memberikan ucapan selamat CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama.
Adrian mengatakan, dirinya sekitar 12 tahun lalu juga wisudawan baru. Namun, kini bisa mencapai posisi sekarang dengan mengakselerasi diri. Menurut dia, usaha rintisan atau start up bisa cepat berkembang karena tidak menerapkan gaya lama. Namun, melakukan percepatan dengan mencermati data dan mencari terobosan dengan teknologi digital sehingga berkembang cepat.
Menurut Adrian, ada sesuatu di luar sana yang jadi peluang. Masalahnya, apakah generasi muda sudah atau melihat dan mempelajarinya. Lalu, kampus juga apakah sudah mendekati apa yang menjadi tren untuk bisa melahirkan inovasi guna menjawab tantangan dan peluang tersebut.
Meskipun kehidupan dunia maya semakin canggih dengan ”Avatar” di era Metaverse, manusia butuh makan. Jumlah manusia banyak, perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan perubahan fungsi lahan menjadi masalah serius. Untuk itu, butuh solusi ecofarming, membuat makanan dari alga, hidroponik, urbanfarming, atau pertanian tanpa perlu air banyak. Bahkan, muncul juga inovasi pertanian di atas air laut.
Meskipun dunia maya akan semakin canggih yang kini ramai disebut metaverse, manusia tidak mungkin bisa makan hanya dengan ikon-ikon makanan. Produk pertanian dari hulu ke hilir harus dikembangkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi digital.
Penggunaan teknologi digital, seperti pesawat nirawak untuk pemupukan, internet of things untuk pemberian makan ikan, hingga analisis data di pertanian. Banyak pengembangan lain yang dibutuhkan.
PTPN VIII juga terus mengembangkan perkebunan digital dengan produk perkebunan kelapa sawit, karet, dan teh. Ini salah satu contoh bahwa pengembangan perkebunan pun mengikuti tren.
Ninok mengatakan, untuk memasuki dunia kerja, jiwa kuat untuk bertahan, tegar, dan ulet jadi modal berharga. Di masa kini, masih ada sikap lain yang tak kalah penting, yakni semangat pembelajar atau learning individual untuk mempelajari hal-hal baru yang sesuai dengan kemajuan zaman, seperti kecerdasan buatan dan mahadata.
”Menguasai kemampuan teknologi mutakhir penting. Selain kecerdasan, karakter, komunikasi, kerja sama tim, dan toleran penting. Juga kemampuan menangkap tren zaman yang cepat berubah. Ada tantangan, tapi lulusan UMN sudah memiliki bekal menghadapi tantangan yang ada,” tutur Ninok.
Agus Setyo Budi mengatakan, di era digital kompetensi sosial yang baik juga perlu dimiliki mahasiswa untuk dapat memahami lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengambil peran yang tepat.
”Lulusan perguruan tinggi harus menjunjung tinggi iptek, sosial, dan kemanusiaan karena bersumber dari potensi luhur manusia, akal dan budi manusia. Bangsa Indonesia menunggu karya kreatif lulusan perguruan tinggi untuk menjadi bangsa yang besar,” ujar Agus.
Sementara itu, Ketua Panitia Wisuda XXI UMN Rheemar Hardiyanto mengatakan, ada 913 wisudawan dalam penyelenggaraan wisuda secara hibrida. Pemindahan kuncir wisudawan dilakukan dengan augmeneted reality dari UMN Pictures.
Setiap wisuda selalu mengambil tema faktual, kali ini tantangan dan peluang pascapandemi. Ada sektor yang berkembang, yakni sektor pertanian dan perkebunan. Digitalisasi perkebunan dan pertanian mendorong peluang pekerjaan baru dan investasi teknologi. Guna memahami paparan tema, ada tradisi menghadirkan pembicara-pembicara kunci dari kalangan profesional, industri, dan pemerintah.
Pemilihan tematik Nusantara suku Baduy karena masyarakat Baduy masih memegang adat dan tradisi luhur dalam menjaga alam dan sekitarnya, hidup dalam kearifan lokal. Mereka bisa bertahan dari pandemi Covid-19 dengan kasus mendekati nol.