Firdaus Oemar, Berjuang untuk Literasi hingga Akhir Hayat
Dunia literasi Indonesia kehilangan sosok yang gigih memperjuangkan tumbuhnya minat baca di masyarakat. Firdaus Oemar, tokoh perbukuan nasional, tutup usia di usia 84 tahun.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Firdaus Oemar (84), tokoh perbukuan nasional yang juga pernah mendapat penghargaan sebagai tokoh perbukuan ASEAN tahun 2005 di Malaysia, mengembuskan napas terakhir, Kamis (18/11/2021) pukul 15.00. Firdaus yang menjadi sosok senior di Ikatan Penerbit Indonesia hingga Gabungan Toko Buku Indonesia ini sekitar seminggu dirawat Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, karena mengalami perdarahan usus dan stroke.
Jenazah disemayamkan di rumah duka di daerah Pulogadung, Jakarta Timur. Mendiang Firdaus dijadwalkan dimakamkan pada Jumat (19/11/2021) sekitar pukul 13.30 WIB di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Selama lebih dari 50 tahun, Firdaus berkecimpung di dunia penerbitan buku. Hingga usia senja, ia aktif mempromosikan gerakan literasi hingga ke rumah-rumah di pelosok desa lewat Pustaka Bergilir yang dijalankan Yayasan Gemar Membaca Indonesia (Yagemi).
Evi Afrizal Sinaro, pengurus Yagemi yang juga mantan Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, mengatakan, almarhum Firdaus menjadi sosok panutan bagi pejuang literasi di negeri ini. ”Beliau pekerja keras, tidak berhenti meskipun sudah sepuh. Beliau adalah pejuang literasi,” tuturnya.
Dalam suatu perbincangan, Firdaus menyampaikan keresahannya pada janji kemerdekaan yang dituangkan para pendiri bangsa dalam konstitusi negara UUD 1945. ”Negara ini berjanji mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi lihat, kenapa untuk urusan budaya membaca, literasi, negara ini selalu berada di urutan bawah. Kita harus mempertanyakan kesungguhan negara dan pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Firdaus.
Meski demikian, mendiang Firdaus tidak hanya mengkritisi kondisi literasi di negeri ini dan kebijakan pemerintah yang belum optimal. Firdaus bersama rekan-rekannya yang peduli pada masalah kemampuan literasi bangsa membuat gerakan literasi yang menyasar masyarakat di desa-desa lewat Yagemi. Uji coba dan riset dilakukan selama beberapa tahun untuk mencari model implementasi budaya literasi di masyarakat.
Negara ini berjanji mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi lihat, kenapa untuk urusan budaya membaca, literasi, negara ini selalu berada di urutan bawah.
Firdaus dan kawan-kawan mengusung program Pustaka Bergilir yang dijalankan melalui Yagemi. Program ini berupa pendistribusian buku secara bergilir untuk 200 rumah. Uji coba distribusi buku bergilir dilakukan di Jorong Air Batumbuah, Nagari Paninjauan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Tiap dua minggu, dua petugas mengantarkan satu tas buku berisi lima buku, yang terdiri dari 1 buku untuk ayah, 1 buku untuk ibu, dan 3 buku untuk anak ke tiap rumah. Ada 1.000 buku yang diantarkan ke rumah warga secara bergilir sehingga tiap orang mencapai target membaca 24 buku per tahun.
Petugas mengevaluasi masalah teknis yang dihadapi, termasuk buku apa yang tidak dibaca dan buku yang diinginkan. Hasilnya, kebutuhan akan buku bacaan meningkat. Masyarakat terdorong mulai mengunjungi perpustakaan desa.
Program ini kemudian diadopsi Perpustakaan Nagari Saok Laweh sehingga berhasil meraih juara nasional dalam lomba perpustakaan umum terbaik desa/kelurahan tahun 2018. Penghargaan diberikan oleh Perpustakaan Nasional.
Setelah di Sumatera Barat, program itu disambut hangat di Jawa Barat. ”Saya yakin sistem buku bergilir ini dibutuhkan untuk membantu masyarakat membaca buku yang tepat,” kata Firdaus.
Semasa hidupnya, Firdaus juga dikenal sebagai penggagas pameran buku yang kini berkembang jadi Indonesia International Book Fair (IIBF) yang tiap tahun digelar di Jakarta. Saat menjabat Wakil Ketua Pengurus Pusat Ikapi, ia didapuk menjadi ketua panitia untuk menggelar Pameran Buku Indonesia tahun 1980.
Ia sempat bertemu Wakil Presiden Adam Malik yang menanyakan apa yang akan dilakukannya untuk melaksanakan sosialisasi minat baca. Firdaus muda dengan tegas menjawab, ia akan membuat pameran buku dan minta Wapres hadir dalam pembukaan.
Semangat Firdaus untuk memajukan dunia penerbitan dan perbukuan Indonesia disuarakan lewat Ikapi. Itu termasuk mendorong Indonesia untuk mengambil peluang sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair, yang merupakan ajang pameran buku terbesar dunia. Peluang itu terwujud pada Frankfurt Book Fair 2015.
Firdaus juga pernah menggagas program mobil bergerak untuk mengatasi distribusi buku di daerah yang sulit. Program yang dibiayai dana pribadi itu terkendala persoalan operasional.