Sulitnya Pemantauan Siswa di Luar Lingkungan Sekolah Jadi Kendala
Sebelumnya, berdasarkan catatan Dinas Pendidikan Kota Semarang, sedikitnya 70 siswa dan guru dari sejumlah sekolah diketahui positif Covid-19. Namun, penularan diyakini terjadi di luar lingkungan sekolah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 70 siswa sekolah dari berbagai tingkatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, terkonfirmasi positif Covid-19 dalam penapisan, yang membuat pembelajaran tatap muka terbatas ditunda. Salah satu kendala yang dihadapi sekolah adalah tak bisa memantau siswa di luar lingkungan sekolah.
Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Semarang Setiyo Budi, Rabu (3/11/2021), menuturkan, sejumlah sekolah telah menjalankan protokol kesehatan sesuai prosedur, termasuk 50 persen dari kapasitas. Semua sekolah juga sudah membentuk Satgas Covid-19 sehingga segala kegiatan terpantau.
Namun, setelah pulang, pihak sekolah tidak bisa terus-terusan memantau apa yang dilakukan oleh siswa. ”Kalau di luar seperti apa, kan, siapa yang tahu? Itu yang menjadi persoalan,” kata Budi, yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Kota Semarang.
Tak dimungkiri, lanjut Budi, dengan melandainya kasus Covid-19, termasuk di Kota Semarang, banyak pengabaian protokol kesehatan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa menjaga keluarga, termasuk anak-anak, dari paparan Covid-19 menjadi tanggung jawab bersama.
Budi mengemukakan, selama ini, sekolah-sekolah juga menjalin komunikasi dengan para orangtua dan mengingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan. Di sekolah pun guru-guru juga membiasakan para siswa akan kebiasaan-kebiasaan baru dalam rangka menekan potensi penularan Covid-19.
Kalau misal 30-60 sampel di satu sekolah negatif semua, Senin depan bisa mulai pembelajaran tatap muka terbatas, dengan protokol kesehatan yang ketat. (Setiyo Budi)
Sebelumnya, berdasarkan catatan Dinas Pendidikan Kota Semarang, sedikitnya 70 siswa dan guru dari sejumlah sekolah diketahui positif Covid-19. Hal itu terdeteksi setelah tes acak digelar dinas kesehatan setempat pada Senin-Rabu (25-27/10/2021). Setidaknya hingga pekan depan, semua pembelajaran pun dilakukan daring.
Siswa dan guru tersebut berasal dari 20 sekolah yang terdiri dari 14 sekolah tingkat SD, MI, dan pondok pesantren; 3 SMP dan 3 sekolah SMA/SMK. Di setiap sekolah terdapat masing-masing satu hingga lima orang yang positif Covid-19.
Siswa dan guru menjalani isolasi mandiri lantaran tak mengeluhkan gejala. ”Sebagian besar hasil tes usap kontak erat mereka di sekolah negatif sehingga ada kemungkinan mereka tertular bukan di sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri. (Kompas, 2/11/2021)
Budi, yang juga Kepala SMPN 15 Semarang, menuturkan, tes acak kepada siswa memang menjadi kebijakan pemerintah dan masih berlangsung hingga sekarang. ”Kalau misal 30-60 sampel di satu sekolah negatif semua, Senin depan bisa mulai pembelajaran tatap muka terbatas, dengan protokol kesehatan yang ketat,” katanya.
Menurut dia, apabila pada satu sekolah hanya satu siswa yang diketahui positif Covid-19, penularan belum tentu terjadi di sekolah. Namun, apabila ditemukan 5-8 siswa, patut dicurigai memang terjadi penularan di sekolah tersebut. Pemeriksaan dan pelacakan penting untuk memastikan semua aman.
Berharap PTM lanjut
Sejumlah warga yang merupakan orangtua siswa di Kota Semarang berharap PTM terbatas tetap berlanjut, sebagai tahapan menuju adaptasi kebiasaan baru. Selama ini, mereka kerap kesulitan mengajarkan pelajaran kepada anak. Pembelajaran jarak jauh dianggap tidak bisa berjalan optimal.
Tri Joko (34), warga Gajahmungkur, Semarang, berharap PTM terbatas kembali dilanjutkan karena bagaimanapun, kemampuan guru dan orangtua berbeda. ”Sulit kalau di rumah. Namun, memang ada konsekuensinya, protokol kesehatan harus dipatuhi agar aman. Ini jadi komitmen bersama,” katanya.
Sementara itu, Yani (48), warga Tanjung Mas, mengaku pusing menghadapi anak jika belajar di rumah. ”Banyak gangguannya, termasuk main gim. Anak sulit untuk fokus. Saya juga susah sekali mengajari anak. Lebih baik PTM diteruskan. Yang penting hati-hati dan diingatkan,” ujarnya.
Menurut laman siagacorona.semarangkota.go.id, yang dimutakhirkan Rabu (3/11/2021) pukul 13.00, terdapat 18 kasus aktif dengan rincian 19 warga Kota Semarang dan 1 warga luar kota. Adapun Kota Semarang masih dalam kategori level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).