Puluhan Siswa Positif Covid-19, Kota Semarang Kembali Belajar Daring Penuh
Pembelajaran tatap muka di Kota Semarang, Jawa Tengah, dihentikan setidaknya hingga pekan depan, buntut dari ada penularan Covid-19 di sejumlah sekolah. Setiap sekolah diminta membentuk satgas Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka di semua sekolah dari semua tingkatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, dihentikan setelah puluhan siswa dan guru dinyatakan positif Covid-19. Setidaknya hingga pekan depan, semua pembelajaran dilakukan secara daring.
Berdasarkan catatan Dinas Pendidikan Kota Semarang, sedikitnya 70 siswa dan guru dari sejumlah sekolah diketahui positif Covid-19. Hal itu terdeteksi setelah tes acak digelar dinas kesehatan setempat pada Senin-Rabu (25-27/10/2021).
Siswa dan guru tersebut berasal dari 20 sekolah yang terdiri dari 14 sekolah tingkat SD, MI, dan pondok pesantren; 3 sekolah tingkat SMP; dan 3 sekolah tingkat SMA/SMK. Di setiap sekolah terdapat masing-masing satu hingga lima orang yang positif Covid-19.
Para siswa dan guru tersebut semuanya menjalani isolasi mandiri lantaran tidak mengeluhkan gejala atau mengeluhkan gejala ringan. Sebagian kontak erat mereka di lingkungan sekolah juga telah dites usap untuk mendeteksi penyebaran.
”Sebagian besar hasil tes usap kontak erat mereka di sekolah negatif sehingga ada kemungkinan mereka tertular bukan di lingkungan sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri saat dihubungi, Selasa (2/11/2021).
Dia melanjutkan, dalam pembelajaran tatap muka (PTM), ada standar prosedur yang harus ditaati terkait dengan protokol kesehatan. Lalu, siswa beraktivitas di sekolah paling banyak dua kali dalam seminggu. ”Setiap harinya juga dibatasi maksimal dua jam berada di sekolah,” ujar Gunawan.
Setelah ada temuan kasus Covid-19 di lingkungan sekolah, Pemerintah Kota Semarang memutuskan menerapkan pembelajaran daring secara menyeluruh. Sebelumnya, pembelajaran dilakukan kombinasi antara PTM dan pembelajaran jarak jauh secara daring.
Kebijakan tersebut dilakukan di 1.270 sekolah dari berbagai tingkatan setidaknya hingga pekan depan. ”Untuk keseragaman juga sambil kami evaluasi. Selain itu, juga menunggu proses pelacakan kontak erat dan pengetesannya tuntas,” ujar Gunawan.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga meminta agar PTM di sekolah-sekolah yang siswa atau gurunya terpapar Covid-19 dihentikan selama dua pekan. Setiap sekolah juga diwajibkan membentuk satgas Covid-19 untuk memantau pelaksanaan PTM sekaligus mengevaluasi kegiatan tersebut.
Harapannya, Satgas Covid-19 Pelajar ini dapat berperan aktif dalam meningkatkan capaian vaksinasi hingga 50 persen.
”Tiap sekolah ada Satgas Covid-19, maka standar operasionalnya satu. Pokoknya ditutup (jika ada penularan) dan setiap sekolah harus punya satgas Covid-19 yang memantau terus-menerus (penerapan protokol kesehatan),” katanya.
Untuk mencegah munculnya kluster penularan Covid-19 di sekolah, pemerintah dan kepolisian di Kabupaten Pemalang membentuk Satgas Pelajar yang bertugas memantau penerapan protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Satgas Pelajar tersebut dibentuk di 22 sekolah dari tingkat SMP dan SMA.
”Harapannya, Satgas Covid-19 Pelajar ini dapat berperan aktif dalam meningkatkan capaian vaksinasi hingga 50 persen sehingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kabupaten Pemalang bisa turun dari PPKM level 3 ke PPKM level 2,” kata Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo.
Secara terpisah, Kepala Polres Pemalang Ajun Komisaris Besar Ari Wibowo berharap jumlah Satgas Pelajar di Pemalang bisa bertambah. Jika perlu, semua sekolah memiliki masing-masing satu Satgas Pelajar.