Peserta dengan rata-rata nilai UTBK tinggi terbanyak antara lain dari sekolah di Jawa Tengah (211 sekolah), Jawa Barat (169), Jawa Timur (162), DKI Jakarta (132), Daerah Istimewa Yogyakarta (83), dan Banten (49).
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi atau LTMPT merilis Top 1000 SMA/sederajat Tahun 2021 berdasarkan nilai ujian tulis berbasis komputer atau UTBK untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Dari pemetaan ini terlihat kesenjangan sekolah yang masih tinggi. Ini ditunjukkan dari standar deviasi nilai UTBK yang masih lebar, baik di antarsekolah dalam satu provinsi maupun secara nasional.
Ketua LTMPT Mohammad Nasih di acara Launching Top 1000 Sekolah Tahun 2021 Berdasarkan Nilai UTBK, Jumat (1/10/2021), mengatakan, pengumuman ini berdasarkan nilai UTBK tahun 2020 dan 2021. Sekolah yang diikutkan dalam pengukuran harus memenuhi kriteria, yakni jumlah siswa peserta UTBK lebih dari 40 siswa. Dari total 23.110 sekolah yang ikut UTBK tahun 2021, hanya ada 4.432 sekolah yang bisa ikut ke dalam perankingan.
”Yang Top 1000 ini masuk dalam kuantil pertama atau yang seperempat terbaiknya jika dilihat dari nilai UTBK. Adapun UTBK yang meliputi tes potensi skolastik dan tes potensi akademik bukan untuk mengevaluasi hasil belajar selama di jenjang SMA/sederajat. Tes UTBK untuk mengukur kapasitas masing-masing peserta dan proyeksi menyelesaikan kuliah di program studi yang dipilih,” kata Nasih yang juga Rektor Universitas Airlangga di Surabaya ini.
Dari data di Top 1000 terlihat, dominasi sekolah-sekolah di Pulau Jawa yang masuk dalam 10-20 besar. Hanya satu dari Sumatera Utara, yakni SMA Unggul Del, di urutan keempat nasional.
Keberhasilan peserta untuk masuk ke perguruan tinggi juga didukung dari proses belajar di sekolah yang baik.
Peserta dengan rata-rata nilai UTBK tinggi terbanyak antara lain dari sekolah di Jawa Tengah (211 sekolah), Jawa Barat (169), Jawa Timur (162), DKI Jakarta (132), Daerah Istimewa Yogyakarta (83), dan Banten (49). Dari kawasan timur, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Barat, masing-masing hanya satu sekolah. Bahkan, ada sekolah dari Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua yang tidak satu pun masuk dalam Top 1000.
”Dari hasil Top 1000 ini bukan berarti di daerah yang belum masuk, sekolahnya tidak bagus. Banyak yang bagus di daerah ini, tetapi jika dilihat dari rerata nilai UTBK, memang belum ada yang bisa masuk. Ujian masuk ke PTN ini memang persaingannya ketat,” kata Nasih.
Pada tahun ini pun ada 138 sekolah pendatang baru yang tahun lalu belum masuk. Ada yang sekolah yang tidak masuk lagi, hingga ada yang bergeser posisinya, naik atau turun peringkat.
Nasih mengatakan, peta persaingan UTBK dinamis. Karena itu, penting bagi pendidik di jenjang SMA/sederajat mempersiapkan peserta didik sukses meraih masa depan. Keberhasilan SMA dilihat dari keberhasilan mengantarkan lulusannya melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Adapun perguruan tinggi indikator keberhasilannya dilihat dari lulusan yang mampu meraih pekerjaan dan karier yang baik.
Nasih menyadari jika pengumuman Top 1000 Sekolah berdasar nilai UTBK ini bisa dinilai positif dan negatif. Bagi LTMPT, pengumuman ini sebagai akuntabilitas dan pertanggungjawaban kepada publik untuk menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan dalam UTBK terbuka dan obyektif.
”Kenapa kami harus mengumumkan dan menyampaikan, ya untuk akuntabilitas dan pertanggungjawaban bahwa kami tidak menyembunyikan informasi yang sangat penting diketahui publik. Sebab, UTBK ini kan berbayar dan penilaian juga tidak dicurigai. Sekolah juga jadi memahami bagaimana menyiapkan lulusan yang dapat masuk ke jenjang pendidikan berikutnya,” ujar Nasih.
Ketua Pelaksana LTMPT Budi P Widyobroto mengatakan, keberhasilan peserta masuk ke perguruan tinggi juga didukung dari proses belajar di sekolah yang baik. Selain itu juga dari kualitas input atau siswa di sekolah tersebut. Pengukuran tidak membedakan calon mahasiswa yang mengambil program studi sosial humaniora dan sains teknologi.
UTBK tahun 2021 diikuti 23.110 sekolah dengan jumlah 777.858 peserta. Nilai UTBK di saintek tertinggi 893.37 dan nilai sosial humaniora tertinggi 822,29.
Kepala MAN Insan Cendekia Serpong Abdul Basit mengatakan, keberhasilan sekolah ini di peringkat nomor satu merupakan bukti dari proses pembelajaran yang terus-menerus ditingkatkan kualitasnya. Lulusan dari MAN Cendekia mampu tembus ke sejumlah PTN ternama, seperti ITB hingga 21 persen, UI, UGM, Universitas Brawijaya, ataupun ke perguruan tinggi di luar negeri.
Plt Kepala Sekolah SMAN Banua, Kaliamantan Selatan, Risa Lisdariani mengatakan, sekolah ini turun 11 peringkat dari tahun sebelumnya menjadi nomor 22. ”Ini jadi bahan evaluasi kami untuk tahun-tahun berikutnya. Sekolah kami ini satu-satunya sekolah negeri berasrama. Akibat pandemi, siswa tidak di asrama sehingga jauh dari pemantauan guru. Namun, pembelajaran jarak jauh bisa berlangsung baik, kata Risa.
Perbaikan kualitas
Nasih mengatakan, pemetaan sekolah dari nilai UTBK ini juga sebagai sinyal bahwa proses pembelajaran yang baik akan memberikan dampak yang signifikan bagi kesiapan lulusan SMA/sederajat masuk ke perguruan tinggi. Perbaikan pembelajaran yang akan diukur dengan Asesmen Nasional (AN) menjadi penting untuk membekali siswa bisa berkembang di perguruan tinggi sesuai program studi pilihan.
Dari hasil tes potensi skolastik, terlihat tulang punggung dari keberhasilan peserta, yakni kemampuan pemahaman dan penalaran, serta literasi dan numerik. Kemampuan ini bukan hasil drilling atau sulapan, melainkan dari proses panjang dalam pembelajaran untuk membentuk pola pikir dan pengembangan potensi peserta didik.
”Hal seperti ini tidak bisa dimanipulasi atau disulap guru. Kami punya hipotesis bahwa TPS (tes potensi skolastik) yang terlihat di substes cukup stategis untuk modal dasar sukses siswa di masa mendatang. Jadi dengan melihat peta dan memperbaiki pada posisi mana yang akan dibutuhkan oleh peserta didik mulai bisa dilakukan pendidik,” ujar Nasih.
Menurut Nasih, dengan pemetaan Top 1000 ini bukan ranking yang dikejar, melainkan harus dilihat betul hal-hal yang masih belum dikuasai siswa. Ada tes potensi akademik mencakup ekonomi, geografi, dan sebagainya, yang dipelajari di SMA, harus dilihat materi yang perlu diperbaiki.
”Yang dilakukan di UTBK ini sebenarnya sejalan dengan yang ingin dilihat di AN. Nanti akan kami coba lihat bagiamana nilai TPS berkolerasi dengan nilai AN yang diuji coba. Dengan tahu peta ini, kita akan tahu berjalan seperti apa dan secepat apa akan bergerak,” ujar Nasih.
Sementara itu, Budi mengapresiasi upaya-upaya pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kualitas semua sekolah, termasuk dengan zonasi, tetapi masih dalam satu kabupaten/kota. ”Kan baru beberapa tahun berjalan, mungkin 5-10 tahun lagi kita akan lihat dampaknya pada pemerataan kualitas pendidikan di provisni dan nasional,” ujar Budi.
Hasil UTBK untuk masuk perguruan tinggi negeri ini bisa jadi referensi pemerintah provinsi yang berwenang mengelola SMA/sederajat untuk terus meningkatkan mutu. LPTK berharap supaya bisa lebih banyak sekolah dari berbagai wilayah yang masuk secara merata, tidak hanya didominasi beberapa daerah atau sekolah. Seperti SMA terbanyak yang masuk Top 1000 di Jawa Tengah, ini menunjukkan kualitas sekolah di provinsi ini mulai merata.
”Kami berharap untuk standar deviasi nilai UTBK dari sekolah atau daerah bisa diperkecil lagi karena kesenjangan kualitasnya masih lebar. Kita harus mempersempit kesenjangan mutu antara SMA unggulan dan yang bukan unggulan, demikian pula daerah. Kita ingin semua sekolah sama kualitasnya,” kata Nasih.