Nadiem Mengecek Percepatan Vaksin hingga Menginap bersama Orang Rimba
Nadiem Makarim memanfaatkan kunjungan kerjanya ke Jambi meninjau percepatan vaksinasi Covid-19 anak sekolah dan tenaga pendidik. Ia pun menginap semalam bersama anak-anak rimba di Bukit Duabelas.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Kunjungan kerja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim ke Jambi diisi beragam kegiatan. Mulai dari meninjau percepatan vaksinasi Covid-19 hingga menginap semalam bersama anak-anak rimba di Bukit Duabelas.
Setibanya di Jambi, Selasa (21/9/2021), Nadiem langsung menuju Sentra Vaksinasi Generasi Maju di Balai Prajurit Korem 042/Garuda Putih. Ia mengecek percepatan vaksinasi yang digelar bersama Danone Indonesia. Vaksinasi itu digelar selama empat hari dengan target 10.000 tenaga pendidik dan peserta didik di Kota Jambi.
Menurut Nadiem, percepatan program pembelajaran tatap muka harus segera direalisasikan untuk mengatasi ketertinggalan dalam dunia pendidikan serta menghindari kehilangan generasi berkepanjangan pada anak. ”Yang terpenting anak-anak bisa kembali ke sekolah walaupun saat ini masih terbatas dan tetap mengikuti protokol kesehatan,” ujarnya.
Secara keseluruhan, lanjutnya, percepatan vaksinasi menyasar 5,5 juta tenaga pendidik dan peserta didik hingga usia 17 tahun di seluruh Indonesia. Saat ini Kota Jambi masih dalam pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Program vaksinasi masih terus digencarkan.
Hingga 18 September 2021, capaian vaksinasi dosis I di Provinsi Jambi mencapai 1,1 juta orang atau 41,59 persen dari target provinsi. Vaksinasi dosis II mencapai 578.915 orang atau 21,55 persen.
Untuk kategori peserta didik usia 12-17 tahun di Provinsi Jambi yang menerima vaksin dosis I baru 9,8 persen dan dosis II baru mencapai 6,87 persen dari target provinsi.
Bukit Duabelas
Selain itu, Nadiem juga menyempatkan berkunjung ke Bukit Duabelas. Ia mengobrol dengan anak-anak dari komunitas Orang Rimba setibanya di Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Selasa malam.
Kepadanya, Orang Rimba menyampaikan soal pendidikan kini telah menjadi kebutuhan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan. Namun, mereka tetap berharap pendidikan yang menyasar pada komunitas itu dapat menyesuaikan dengan kearifan lokal.
”Kalau sekolah di luar rimbo, susah anak kami bepak(bapak), kami kalau bulih (boleh) minta sekolahnya di dalam rimbo tempat kami,” kata Tungganai.
Tungganai menjelaskan bahwa Orang Rimba masih berpindah untuk mencari penghidupan. Kondisi ini menyulitkan bagi anak-anak mereka yang bersekolah.
Hal senada disampaikan Temenggung Grip yang kelompoknya masih bergantung pada hutan. Hanya saja, hutan menyempit, sementara populasi Orang Rimba terus bertambah. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan sumber makanan.
Mata pencarian ini adalah kunci yang harus ditangani secara lintas sektor, bukan hanya pendidikan.
Mulung adalah salah seorang kader pendidikan Orang Rimba yang ikut mengajar anak-anak Orang Rimba di kelompoknya yang berada di Punti Kayu. Ia menyebutkan, anak-anak didiknya tidak mau belajar kalau kelaparan.
Menanggapi cerita Orang Rimba, Nadiem merespons dan mendukung. Ia berpendapat, pendidikan tidak hanya satu bentuk, tetapi dapat menyesuaikan karakteristik. Kemerdekaan kurikulum dan pendidikan harus cocok dengan situasi masyarakat dan kearifan lokalnya.
”Ini suatu hal yang sangat menyenangkan buat saya belajar. Saya juga sadar perubahan hutan itu sangat berdampak kepada masyarakat yang bergantung pada hutan. Ini menjadi hal yang dicermati pemerintah,” katanya.
Nadiem menyimpulkan, Orang Rimba membutuhkan sumber pencarian. ”Mata pencarian ini adalah kunci yang harus ditangani secara lintas sektor, bukan hanya pendidikan,” ujarnya.
Dalam kunjungan itu, Nadiem turut bermalam bersama Orang Rimba di kantor lapangan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Dalam kunjungan ini, Nadiem juga melihat langsung kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Bungo Kembang yang juga didukung kementerian itu.
Sebelum Nadiem bertolak pulang, pengurus PKBM Bungo Kembang, Yohana Marpaung, memberikan oleh-oleh kaus dan buah tangan dari Bukit Duabelas berupa kalung sebelit sumpah, anyaman rotan, dan kotak tisu dari kulit kayu ipuh.