Meski Turun ke Level 2, Sidoarjo Belum Izinkan Sekolah Sehari Penuh
Sidoarjo belum izinkan sekolah sehari penuh atau ”full day school” meski kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat telah diturunkan ke level 2. Sebaliknya, pemda berupaya genjot vaksinasi Covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Orangtua menunggu anaknya pulang saat uji coba sekolah tatap muka di SD Negeri Pucang IV, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (27/8/2021). Simulasi yang dilakukan juga merupakan bentuk kampanye protokol kesehatan yang ketat bagi siswa. Untuk tingkat Sekolah dasar ketentuan yang ditetapkan adalah 50 persen kapasitas siswa. Pembelajaran pun dilakukan dalam dua sesi. Setiap sesi berlangsung selama dua jam. Sekolah tatap muka diperbolehkan pada daerah dengan status PPKM level 1-3.
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jatim, belum mengizinkan sekolah sehari penuh atau full day school meski saat ini kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat telah diturunkan ke level 2. Sebaliknya, pemda terus berupaya menggenjot vaksinasi Covid-19 untuk pelajar agar segera tercapai kekebalan kelompok.
Sebanyak 4.000 siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) mengikuti vaksinasi Covid-19 secara massal di Gelora Delta Sidoarjo, Senin (6/9/2021). Peserta vaksinasi berasal dari 23 sekolah negeri dan swasta yang tersebar di berbagai kecamatan. Kuota peserta vaksinasi setiap sekolah berbeda-beda mulai 15 siswa hingga 680 siswa.
Sekolah dengan kuota vaksinasi Covid-19 terendah adalah SMK LPM Sidoarjo. Adapun sekolah dengan kuota terbanyak ialah SMAN 3 Sidoarjo, yakni 680 siswa. Meski vaksinasi massal tersebut diikuti ribuan pelajar, tetapi tidak terjadi kerumunan yang tinggi karena lokasinya luas.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Sidoarjo M Athoillah mengatakan pihaknya menyediakan 8.000 dosis vaksin untuk pelajar. Dari total kuota tersebut, sebanyak 4.000 dosis untuk pelajar SMA dan SMK, sedangkan 4.000 dosis lainnya untuk pelajar sekolah menengah pertama (SMP). Vaksinasi Covid-19 untuk pelajar SMP digelar Selasa (7/9/2021).
”Selain melalui kegiatan vaksinasi massal, upaya meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 untuk kalangan pelajar juga dilakukan melalui puskesmas dengan cara jemput bola ke sekolah-sekolah,” ujar Athoillah.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Siswa pulang uji coba sekolah tatap muka di SD Negeri Pucang IV, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (27/8/2021). Simulasi yang dilakukan juga merupakan bentuk kampanye protokol kesehatan yang ketat bagi siswa. Untuk tingkat Sekolah dasar ketentuan yang ditetapkan adalah 50 persen kapasitas siswa. Pembelajaran pun dilakukan dalam dua sesi. Setiap sesi berlangsung selama dua jam. Sekolah tatap muka diperbolehkan pada daerah dengan status PPKM Level 1-3.
Semua puskesmas yang berjumlah 27 unit menggelar vaksinasi Covid-19 di sekolah yang ada di wilayah masing-masing. Setiap puskesmas memiliki kuota 500 dosis vaksin setiap hari. Dinkes Sidoarjo memiliki stok vaksin Sinovac sebanyak 15.000 vial atau 150.000 dosis vaksin yang akan difokuskan untuk pelajar.
Selain melalui vaksinasi massal, upaya meningkatkan cakupan vaksinasi pelajar juga dilakukan melalui puskesmas dengan cara jemput bola ke sekolah-sekolah (Athoillah)
Sementara itu, untuk menentukan peserta vaksin, Dinkes Sidoarjo bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Sidoarjo. Dinas pendidikan akan menyusun kuota vaksinasi untuk setiap sekolah. Selanjutnya, pihak sekolah memberitahukan kepada orangtua murid guna mendapatkan persetujuan.
Alokasi
Kepala SMK YPM 8 Sidoarjo Kisyanto mengatakan pihaknya mendapat alokasi vaksinasi Covid-19 untuk 600 siswa. Alokasi itu diberikan kepada siswa kelas 1 dan 2. Adapun siswa kelas 3 diminta mengikuti kegiatan vaksinasi yang diselenggarakan oleh puskesmas, pemerintah desa, atau swasta.
”Hal itu dilakukan karena kuota vaksinasinya sangat terbatas. Dari total sebanyak 1.800 siswa di SMK YPM 8, kami hanya mendapat 600 kuota atau baru sekitar 30 persen,” kata Kisyanto.
Menurut dia, jumlah siswa yang tervaksin Covid-19 itu masih jauh dari harapan. Alasannya, untuk mencapai kekebalan komunitas, setidaknya 70 persen siswa harus sudah tervaksin. Oleh karena itulah pihaknya terus berupaya mencarikan vaksin untuk para siswa melalui acara vaksinasi massal.
Kompas/Bahana Patria Gupta
Aktivitas ujicoba sekolah tatap muka di SD Negeri Pucang III, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (27/8/2021). Simulasi yang dilakukan juga merupakan bentuk kampanye protokol kesehatan yang ketat bagi siswa. Untuk tingkat Sekolah dasar ketentuan yang ditetapkan adalah 50 persen kapasitas siswa. Pembelajaran pun dilakukan dalam dua sesi. Setiap sesi berlangsung selama dua jam. Sekolah tatap muka diperbolehkan pada daerah dengan status PPKM Level 1-3.
Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Asrofi mengatakan, vaksinasi Covid-19 terhadap pelajar merupakan salah satu ikhtiar melindungi mereka dari paparan penyakit menular dan mematikan. Upaya perlindungan itu semakin dibutuhkan seiring dibukanya kembali pembelajaran tatap muka (PTM) sejak 30 Agustus lalu.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Sidoarjo, sebanyak 80 persen sekolah sudah menggelar PTM terbatas. Hanya 20 persen yang masih belum PTM karena beragam pertimbangan, salah satunya belum adanya persetujuan dari orangtua murid. Pelonggaran pembatasan akan dilakukan secara bertahap seiring membaiknya penanganan pandemi Covid-19.
”Evaluasi terhadap pelaksanaan PTM dilakukan dalam dua pekan dengan melibatkan seluruh pengawas sekolah dan kepala sekolah di semua jenjang pendidikan. Apabila ditemukan pelanggaran, akan ditindaklanjuti,” katanya.
Asrofi menambahkan sekolah dengan sistem pembelajaran seharian penuh atau full day school belum boleh diterapkan pada masa PTM terbatas. Pernyataan itu disampaikan menanggapi adanya sekolah-sekolah yang memulangkan siswanya hingga sore atau pukul 15.00 bahkan lebih dengan alasan permintaan dari orangtua murid.
Sekolah yang menggelar PTM, menurut Asrofi, harus mematuhi ketentuan perundangan yang berlaku. Sekolah diminta mengedukasi para orangtua murid yang meminta pembelajaran sehari penuh di masa pandemi Covid-19. Mereka harus disadarkan tentang tingginya risiko penularan Covid-19 apabila terlalu lama berada di sekolah.
Menurut Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman, seiring membaiknya penanganan pandemi Covid-19, pelonggaran pembatasan masyarakat terus diperluas. PPKM di Sidoarjo saat ini berada di level 2, setelah sebelumnya di level 3. Salah satu faktor penyebabnya, semakin banyaknya pengetesan dan pelacakan kontak erat sehingga deteksi dini pasien terkonfirmasi positif lebih optimal.