Taman Budaya Sumbar Gelar Pameran Etnofotografi Lanskap Budaya Minangkabau
Pameran menampilkan 75 foto karya fotografer dan budayawan Edy Utama bertema lanskap budaya Minangkabu dalam rentang 1997-2021.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Taman Budaya Sumatera Barat menggelar pameran etnofotografi bertema ”Minangkabau Cultural Lanscape” pada 28 Agustus hingga 7 September 2021. Pameran ini menampilkan 75 foto karya fotografer dan budayawan Edy Utama bertema lanskap budaya Minangkabau yang dipotret dalam rentang 1997-2021.
Pameran dibuka di Taman Budaya Sumbar, Padang, Sabtu (28/8/2021) sore. Foto-foto dipajang di galeri taman budaya. Pembukaan pameran juga ditandai dengan penampilan pertunjukan happening art ”Manggaro”, yaitu pertunjukan musikal barabab oleh Hasanawi bersamaan dengan tarian tunggal oleh Susasrita Lora Vianti di galeri.
Eddy Utama menjelaskan, lanskap budaya secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu hasil produk kolaborasi antara manusia dan alam. Nenek moyang mampu mengolah alam secara arif dan berkelanjutan sehingga menghasilkan lukisan alam yang luar biasa indah, seperti yang dapat ditemukan di dataran tinggi Minangkabau.
Secara simbolis, ini semacam imbauan agar kita kembali mendekatkan diri ke alam sebagaimana nenek moyang dulu sangat dekat dengan alam. (Edy Utama)
Lukisan alam itulah yang disajikan Edy di dalam 75 fotonya dalam pameran ini. Foto-foto yang dipajang didominasi, antara lain, oleh lanskap persawahan, lembah, hutan, dan permukiman. Selain itu, juga ada foto-foto tradisi adat masyarakat Minangkabau. Beberapa foto kawasan pesisir juga menjadi selingan dan pembanding.
Menurut Edy, pameran foto ini pada dasarnya ingin memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau dalam meneroka alam yang terus mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Nenek moyang bisa membuat permukiman, sawah ladang, dan hutan menjadi satu kesatuan serta mempertahankannya dengan sangat arif dan bijak sesuai dengan filosofi alam takambang jadi guru.
”Pameran foto ini ingin melihat, apakah falsafah alam takambang jadi guru (belajar dari alam yang terkembang) masih dihayati masyarakat Minangkabau, terutama dalam memelihara dan meneroka Alam Minangkabau,” ujarnya.
Tidak seperti pameran sebelum-sebelumnya, yang menampilkan foto-foto dalam kanvas besar, Edy kali ini menyajikan fotonya dalam cetakan relatif kecil. Foto dicetak dalam rentang ukuran paling besar 40 cm x 50 cm dan paling kecil 8 cm x 10 cm.
”Foto kecil ini (8 cm x 10 cm) dari jauh tidak terlihat apa-apa. Namun, dilihat lebih dekat, akan tampak detailnya. Secara simbolis, ini semacam imbauan agar kita kembali mendekatkan diri ke alam sebagaimana nenek moyang dulu sangat dekat dengan alam,” katanya.
Pencerahan
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti mengatakan, pameran fotografi yang digelar selama sepuluh hari ini diyakini dapat memberikan pencerahan kepada seniman dan budayawan lainnya untuk dapat lebih berkarya.
Instansi ini membuka kesempatan semua komunitas ataupun perorangan yang hendak menggunakan gedung kebudayaan dan taman budaya untuk kegiatan seni-budaya.
”Kalau dikatakan kegiatan kebudayaan menurun (selama pandemi), saya rasa tidak karena banyak sekali yang muncul, baik perorangan maupun komunitas, bergerak untuk pemajuan kebudayaan,” kata Ranti.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy, yang membuka pameran, mengatakan, ke depan, diharapkan lahir para etnofotografer yang profesional dari Sumbar yang diperhitungkan di tingkat nasional dan internasional. ”Sebagaimana kata Bung Edy, sejauh ini belum ada penerusnya,” kata Audy.