Pusat Kebudayaan Minangkabau diluncurkan sebagai upaya memuliakan kebudayaan sebagai pendorong kemajuan Minangkabau sebagai bagian dari Indonesia.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pusat Kebudayaan Minangkabau akhirnya diluncurkan Rabu (2/6/2021) malam setelah tertunda sejak didirikan sekitar enam tahun silam. Keberadaan pusat kebudayaan ini ditujukan untuk memuliakan kebudayaan sebagai pendorong kemajuan Minangkabau sebagai bagian dari Indonesia.
Pusat kebudayaan yang dikelola Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (PKM) ini diluncurkan di Ladang Tari Nan Jombang, Padang, Sumatera Barat. Acara peluncuran dihadiri, antara lain, oleh gubernur dan beberapa bupati/wali kota di Sumbar serta tokoh-tokoh Sumbar. Peluncuran juga diikuti peserta lainnya secara daring.
”Visi kami merayakan, memuliakan, memajukan kebudayaan Minangkabau. Kami ingin membangkitkan kembali kebudayaan itu sebagai pendorong kemajuan Sumbar, kemajuan Minangkabau, sebagai bagian dari Indonesia,” kata Hasril Chaniago, Ketua Pengurus Yayasan PKM, seusai peluncuran.
Hasril menjelaskan, salah satu kegiatan utama PKM adalah mendokumentasikan kebudayaan Minangkabau sehingga masyarakat tahu dan mengenal kebudayaan mereka. Budaya ini sangat luas, mulai dari bahasa, sistem sosial, pemikiran, gagasan, karya cipta manusia, sampai kesenian dan kuliner.
Hal pertama yang hendak didokumentasikan PKM adalah kisah manusia Minangkabau. Kata Hasril, PKM sedang menyusun ensiklopedia 1.001 tokoh Minangkabau. Di dalamnya bakal dijelaskan apa saja peran dan karya tokoh itu sehingga menginspirasi dan memotivasi generasi muda. Selain itu, PKM juga bakal menerbitkan karya lainnya, seperti Monografi Adat Nagari dan Khazanah Kuliner Minangkabau.
PKM, tambah Hasril, juga melakukan sejumlah penelitian, salah satunya melanjutkan penelitian tentang sejarah Minangkabau yang digagas sejarawan Mestika Zed. Sejarah Minangkabau terakhir ditulis tahun 1970 oleh MD Mansur dan kawan-kawan, tetapi itu dikatakan sebagai karya permulaan. PKM bekerja sama dengan sejarawan sedang menyusun buku sejarah Minangkabau yang terdiri atas dua jilid, yaitu Minangkabau Kuno dan Minangkabau Modern.
Program kerja lainnya dari PKM adalah melakukan dan memfasilitasi kajian kebudayaan serta menerbitkan dan menyusun database kebudayaan Minangkabau. Selain itu, ada juga mempresentasikan literatur kebudayaan Minangkabau dan buku-buku kebudayaan lainnya, mendorong dan memfasilitasi festival atau pertunjukan kesenian, serta diplomasi kebudayaan.
PKM sebenarnya didirikan sejak 2015 oleh beberapa tokoh. Mereka di antaranya Mestika Zed, Shofwan Karim, Hasril Chaniago, Irman Gusman, Fadli Zon, Emma Yohanna, Nofi Candra, Darman Moenir, dan Edri Yoenif. Namun, di tengah jalan, beberapa pendirinya meninggal dunia, salah satunya Mestika Zed, ketua umum pengurus periode 2015-2021.
Selain itu, menurut Hasril, penundaan peluncuran PKM juga agar lebih siap tampil ke publik. ”Jadi, ada pekerjaan dulu yang sudah dimulai, baru PKM tampil ke publik. Tampil sekaligus ada karya. Penyusunan ensiklopedia tokoh Minang, misalnya, sudah sepertiga jalan,” ujarnya.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan, kehadiran PKM sejalan dengan visi misi Pemprov Sumbar yang dimiliki dinas kebudayaan setempat. Pemprov Sumbar juga sedang menyiapkan dewan kebudayaan. Lembaga-lembaga itu diharapkan bisa bersinergi memajukan kebudayaan Minangkabau.
”Adanya dinas kebudayaan, dewan kebudayaan, dan Pusat Kebudayaan Minangkabau akan memberikan dampak lebih maksimal dalam perkembangan kebudayaan Minangkabau di masa mendatang,” kata Mahyeldi ketika meluncurkan PKM, Rabu malam.
Menurut Mahyeldi, kolaborasi banyak pihak sangat menentukan keberhasilan suatu upaya. PKM diharapkan bisa menghadirkan hal-hal yang belum sempat dihadirkan, dinas kebudayaan mendukungnya, dan para budayawan yang tergabung dalam dewan kebudayaan diharapkan pula menghadirkan karya. Kolaborasi ini bakal menjadi bagian pengayaan kebudayaan Indonesia dari Ranah Minangkabau.