Akses Informasi Bermutu Dukung Terciptanya Masyarakat Bermartabat
Kemajuan peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh kemampuan masyarakat dalam mengelola kebenaran, keyakinan, dan asumsi. Bangsa yang bisa mengelola hal tersebut akan menjadi sejahtera dan bermartabat.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan masyarakat dan bangsa juga turut dipengaruhi kemampuan masyarakat dalam mengelola kebenaran. Akses terhadap informasi yang terpercaya dari media-media yang memiliki kredibilitas menciptakan masyarakat yang bermartabat.
Hal itu mengemuka dalam diskusi literasi digital bertajuk ”Banjir Informasi, Memilah Hoax dan Fake News”. Diskusi ini digagas Djarum Foundation, Universitas Sanata Dharma, dan harian Kompas, Kamis (26/7/2021).
Rektor Universitas Sanata Dharma Johanes Eka Priyatna mengatakan, kampusnya memiliki misi untuk menjadi penggali kebenaran yang unggul dan humanis demi semakin meningkatnya martabat masyarakat. Menurut dia, kebenaran dan martabat masyarakat merupakan dua hal penting yang saling terkait.
”Kemajuan peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh kemampuan masyarakat dalam mengelola kebenaran, keyakinan, dan asumsi. Bangsa yang bisa mengelola hal tersebut akan menjadi sejahtera dan bermartabat,” ujarnya
Karena itu, ia menyambut hubungan baik antara Universitas Sanata Dharma, Djarum Foundation, dan harian Kompas. Pihaknya merasa turut dilibatkan dalam menciptakan masyarakat yang bermatabat.
”Universitas Sanata Dharma berusaha agar kebohongan, kepalsuan, hoaks, dan ketidakbenaran tidak mendominasi pengetahuan masyarakat. Hal itu dapat terwujud jika akses terhadap informasi yang kredibel dari media dengan kredibilitas tinggi, seperti Kompas, semakin terbuka lebar,” tutur Eka
Menurut Eka, upaya tersebut penting dan berguna untuk mewujudkan misi untuk meningkatkan martabat masyarakat. Kolaborasi kampus, Kompas, dan Djarum merupakan bukti nyata upaya untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat.
Hal senada disampaikan Direktur Komunikasi Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara. Menurut dia, kolaborasi antara Djarum Foundation, Universitas Sanata Dharma, dan harian Kompas merupakan semangat dan motivasi untuk menghadapi banjir informasi di era digital saat ini.
Transformasi digital, lanjut Mutiara, juga dirasakan oleh Djarum Foundation. Fenomena ini membuat mereka melahirkan program Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling).
”Siap Darling adalah gerakan sosial yang berbasis di digital. Kami semula bergerak melalui media sosial dan platform digital. Namun, kini kami juga memulai aksi nyata di lapangan. Kami melakukan penghijauan di 155 candi se-Indonesia,” katanya.
Mutiara mengatakan, Bakti Lingkungan Djarum Foundation memaknai bahwa jika bumi adalah ibu, pohon adalah anak tercintanya. Oleh karena itu, program penghijauan mereka galakkan sejak lama. Hingga saat ini sudah 2,3 juta pohon mereka tanam.
”Dengan jumlah tersebut, potensi serapan karbon diperkirakan mencapai 3,9 juta ton per tahun. Tahun ini kami menanam 1 juta bibit mangrove di pesisir Semarang dan Rembang,” katanya.
Sejalan dengan visi Universitas Sanata Dharma, upaya penghijauan yang dilakukan Djarum Foundation adalah cara lain untuk menjadi masyarakat yang bermartabat.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra menyebut, upaya menciptakan masyarakat bermartabat kerap mendapat rintangan berupa maraknya informasi salah. ”Informasi salah tidak hanya menyesatkan, tetapi juga bisa membinaskan. Terlebih saat pandemi di tengah era banjir informasi saat ini,” katanya.
Sutta mengatakan, pertumbuhan teknologi internet dan media sosial yang melampaui pertumbuhan manusia dunia, membuat informasi sangat masif. Tak sedikit informasi yang beredar tersebut jauh dari kebenaran.
”Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis ada 1.656 temuan isu hoaks selama 23 Januari 2020 hingga 22 Juni 2021. Kompas dan Kompas.id hadir untuk menjawab keresahan tersebut. Karena kami memiliki jurnalisme presisi, liputan investigasi dan produk jurnalistik lain yang bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Ia menambahkan, banjir informasi yang terjadi saat ini membawa banyak dampak buruk, di antaranya menimbulkan kebingungan dan perpecahan serta mengganggu relasi keluarga.
Namun, Sutta sadar, Kompas membutuhkan banyak pihak, termasuk Universitas Sanata Dharma untuk turut menghasilkan jurnalisme bermutu. Ia berharap para akademisi dari Universitas Sanata Dharma dapat berkolaborasi dengan menyumbangkan pemikiran atau gagasan dalam berita-berita yang dihasilkan Kompas.