YOGYAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi perlu terlibat aktif melawan penyebaran hoaks atau kabar bohong yang belakangan ini marak di Indonesia. Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan literasi informasi dan kemampuan berpikir kritis mahasiswanya agar tak mudah percaya dan menyebarkan hoaks.
”Salah satu peran yang bisa dimainkan perguruan tinggi (melawan hoaks) adalah meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa,” kata Rektor Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Johanes Eka Priyatma di sela-sela penandatanganan kerja sama dengan harian Kompas, Jumat (27/4/2018), di Yogyakarta.
Kerja sama Kompas dan Universitas Sanata Dharma terkait pemanfaatan platform digital Kompas.id. Dengan kerja sama itu, sivitas akademika Universitas Sanata Dharma bisa mengakses Kompas.id secara gratis lewat jaringan Wi-Fi di kampus tersebut. Perjanjian kerja sama itu juga ditandatangani Direktur Bisnis PT Kompas Media Nusantara Lukas Widjaja.
Johanes mengatakan, upaya melawan hoaks tak bisa dilakukan hanya dengan penyusunan regulasi dan penegakan hukum. Agar penyebaran hoaks bisa diminimalkan, perlu upaya edukasi agar tak mudah memercayai kabar yang belum terbukti kebenarannya.
”Bagi saya, mengatasi soal ini tidak cukup dengan pendekatan legal formal. Hal yang tak kalah penting adalah pendekatan bersifat edukatif,” ujar Johanes.
Daya pikir kritis
Sebagai lembaga pendidikan, perguruan tinggi mesti aktif mengedukasi sivitas akademika, terutama mahasiswa, agar memiliki literasi informasi dan daya pikir kritis sehingga bisa membedakan mana berita bohong dan informasi tepercaya.
”Di dunia terbuka sehingga informasi mudah diperoleh ini, salah satu hal mendasar yang harus dimiliki anak muda atau mahasiswa ialah kemampuan berpikir kritis dan menjunjung tinggi rasionalitas,” kata Johanes.
Selain itu, perguruan tinggi perlu membuka kesempatan agar sivitas akademika bisa mengakses sumber informasi tepercaya, antara lain melalui kerja sama Universitas Sanata Dharma dan Kompas terkait pemanfaatan Kompas.id.
”Ini untuk menangkal berita-berita hoaks. Upaya menangkal berita tak benar bisa dilakukan dengan memberikan akses kepada sumber berita yang bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Johanes.
Lukas Widjaja mengatakan, kerja sama dengan Universitas Sanata Dharma diharapkan bisa memperluas akses terhadap karya jurnalistik yang dihasilkan Kompas. Kerja sama dengan perguruan tinggi dinilai strategis untuk mengenalkan berbagai produk jurnalistik Kompas kepada kalangan pembaca berusia muda.
”Dengan kerja sama ini, kami berharap jurnalisme yang akurat, obyektif, dan independen yang selama ini disampaikan Kompas bisa tersampaikan kepada masyarakat luas,” ujarnya.