Sejumlah perupa seni kontemporer bekerja sama dengan jenama membuat obyek seni. Kolaborasi itu diinisiasi oleh Museum Macan untuk mengenalkan karya seni ke masyarakat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ruang kolaborasi antara perupa seni kontemporer dan pihak lain, seperti jenama dan musisi, diperluas. Selain untuk eksperimen, kolaborasi juga menumbuhkan semangat berkarya di masa pandemi Covid-19.
Kolaborasi tersebut diinisiasi Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara (Modern and Contemporary Art in Nusantara/Macan) dalam program LaboKarya. Program ini memungkinkan perupa seni kontemporer Indonesia berkolaborasi dengan jenama. Hasil kolaborasi berupa obyek seni terbatas yang bisa dibeli publik, seperti pakaian dan tas kanvas.
Ada empat pasang perupa dan jenama yang terlibat. Mereka adalah kelompok seni Girls Pay the Bills yang berkolaborasi dengan jenama Uglyism, perupa Mufti Priyanka dengan The Goods Dept, perupa Agam Dwi Nurcahyo atau MAGAFAKA dengan UNKL347, dan perupa Agan Harahap dengan Indofood.
Direktur Museum Macan Aaron Seeto, Senin (31/5/2021), mengatakan, pihaknya mendukung kolaborasi lintas sektor karena ini merupakan eksperimen bentuk seni. Menurut dia, kolaborasi dan eksperimen penting untuk memulihkan ekosistem seni akibat pandemi.
”Saya harap LaboKarya adalah permulaan dari lebih banyak kolaborasi dan diskusi kreatif. Ini yang membuat kami (penggiat seni) tetap aktif hingga beberapa bulan dan tahun ke depan,” kata Seeto pada konferensi pers daring.
Kolaborasi juga dilakukan dengan musisi dan seniman visual. Produk-produk LaboKarya ditampilkan melalui video musik garapan Gianni Fajri dan Bonita. Adapun musiknya dibuat oleh musisi indie Elephant Kind. Video musik tersebut tayang perdana di kanal Youtube Museum Macan pada Senin (31/5/2021) sore.
LaboKarya merupakan program lanjutan dari Museum Macan, yaitu Arisan Karya. Arisan Karya merupakan ajang pengumpulan dana bagi seniman di Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19. Kegiatan ini berlangsung bertahap pada Mei hingga Juli 2020.
Pada program tersebut, masyarakat pencinta seni bisa membeli kupon Rp 1 juta untuk membeli karya seni dari sekitar 300 perupa secara acak. Sebanyak 70 persen uang yang terkumpul dari kupon akan disalurkan kembali ke perupa.
”Labokarya merupakan kelanjutan dari Arisan Karya yang diselenggarakan tahun lalu. LaboKarya bertujuan untuk mengenalkan seniman (dan karyanya) ke brand dan masyarakat melalui produk yang bisa dipakai sehari-hari,” kata Head of Development Museum Macan Amalia Wirjono.
Saya harap LaboKarya adalah permulaan dari lebih banyak kolaborasi dan diskusi kreatif. Ini yang membuat kami (penggiat seni) tetap aktif hingga beberapa bulan dan tahun ke depan.
Perwakilan jenama Uglyism, Nasta Sutardjo dan Dilla Ayu, mengatakan, mereka membuat sejumlah barang mode untuk LaboKarya, seperti kaus, jaket, dan celana. Adapun tema yang diangkat bersama kelompok seni Girls Pay the Bills adalah ”Cunning Linguist”.
Sebelumnya, perwakilan Girls Pay the Bills, Ayu, mengatakan, tema kolaborasi kali ini bercerita tentang kebebasan perempuan, baik dalam berekspresi maupun mengeksplorasi seksualitasnya. Tema ini diekspresikan melalui obyek jari dan bunga telang (Clitoria ternatea).
”Ini soal kebebasan ekspresi dan seksual. Ini juga tentang pentingnya perempuan mengenali tubuh mereka sendiri,” kata Ayu pada gelar wicara daring, Selasa (25/5/2021).
Perupa Mufti Priyanka mengatakan, karya yang ia buat akan digabung dengan tas kanvas atau tote bag produksi The Goods Dept. Ia mengaku diberi kebebasan mengeksplorasi ide. Ia pun menggambar dengan meminjam semangat punk.
”Artinya, tidak terlalu terstruktur, tidak simetris, dan asal ceplak-ceplok. Walau begitu, ilustrasi itu menggambarkan seorang anak yang sedang membasuh kaki ibunya. Maknanya, ke mana pun kita melangkah, kita diberkati oleh doa ibu. Tote bag yang bisa dibawa ke mana-mana saya asosiasikan sebagai kumpulan doa ibu,” kata Mufti.
Sementara itu, karya perupa Agan Harahap bercerita tentang manusia konsumtif yang terinspirasi dari anak-anaknya. Adapun perupa Agam Dwi Nurcahyo berkreasi secara bebas dengan menyelipkan gurauan yang ditujukan untuk kolaboratornya, UNKL347.