Kluster Sekolah di Batang, Alarm Disiplin Protokol Kesehatan
Disiplin ketat pelaksanaan protokol kesehatan sangat krusial untuk mencegah munculnya kluster penularan Covid-19 di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka.
BATANG, KOMPAS — Sebanyak 11 siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Warungpring di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, terpapar Covid-19 saat mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka. Pemerintah setempat berkomitmen memperketat penerapan protokol kesehatan pada uji coba pembelajaran tatap muka tahap berikutnya.
Keberadaan kluster di salah satu sekolah itu pertama kali diketahui saat tes usap antigen untuk mengevaluasi uji coba pembelajaran tatap muka, pertengahan April lalu. Awalnya, dua siswa yang dites antigen secara acak diketahui positif. Setelah itu, pengetesan diperluas. Hasilnya, dari 17 siswa yang dites, 11 di antaranya positif.
Siswa yang positif Covid-19 diminta menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing karena tidak bergejala. Awal Mei, seluruh siswa tersebut sudah dinyatakan sembuh.
”Pelacakan dan pengetesan juga kami lakukan kepada keluarga dari 11 siswa tersebut. Hasil tes usap kepada keluarga 11 siswa itu negatif,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Batang Didiet Wisnuhardanto, Rabu (19/5/2021).
Sebelumnya, di empat sekolah yang juga menggelar uji coba pembelajaran tatap muka, siswanya ada yang terpapar Covid-19. Pembelajaran tatap muka di sekolah itu pun direkomendasikan untuk dihentikan sementara.
”Kami selalu mengingatkan kepada semua guru, siswa, dan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dengan ketat di mana pun. Karena, percuma saja jika hanya taat protokol kesehatan di sekolah tapi di jalan atau di rumah tidak,” kata Didiet.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Batang Achmad Taufiq mengatakan, pihaknya belum pernah mendapatkan laporan resmi terkait adanya kluster sekolah atau siswa yang positif Covid-19 setelah mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka. Meski demikian, penerapan protokol kesehatan di sekolah akan lebih diketatkan pada rangkaian uji coba pembelajaran tatap muka tahap ketiga untuk mencegah munculnya penularan Covid-19.
Uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah menengah atas mengikuti program dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng. Uji coba tahap pertama digelar pada 5-16 April, berikutnya digelar pada 26 April-7 Mei. Sebanyak 140 sekolah mengikuti uji coba itu. Selanjutnya, uji coba tahap ketiga akan dimulai 12 Juli.
”Kami juga sudah mewanti-wanti kepada pihak sekolah untuk memantau perkembangan kasus Covid-19 di wilayahnya. Jika desa tempat sekolah itu berada dikategorikan sebagai zona merah atau zona oranye, proses pembelajaran tatap muka harus langsung dihentikan. Uji coba ini hanya boleh diikuti oleh sekolah-sekolah yang berada di desa zona hijau atau kuning,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Bupati Batang Wihaji mengirim surat teguran kepada salah satu sekolah yang kedapatan membiarkan siswanya melepas masker saat pembelajaran tatap muka. Sekolah itu diberi pembinaan dan diminta menghentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka.
Setelah sepekan dibina dan diawasi, sekolah itu diizinkan kembali menggelar pembelajaran tatap muka. Hal ini disebut Wihaji sebagai contoh bahwa pemerintah tidak menoleransi sedikit pun adanya pelanggaran protokol kesehatan dalam proses pembelajaran tatap muka.
Beberapa waktu lalu, Bupati Batang Wihaji mengirim surat teguran kepada salah satu sekolah yang kedapatan membiarkan siswanya melepas masker saat pembelajar tatap muka. Sekolah itu diberi pembinaan dan diminta menghentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka.
Hingga Rabu, jumlah kasus positif Covid-19 di Batang sebanyak 4.098 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 orang merupakan kasus aktif dan sebanyak 209 orang meninggal. Kondisi ini membuat Kabupaten Batang dikategorikan sebagai zona oranye atau daerah dengan risiko penularan Covid-19 sedang.
Vaksinasi guru
Di Sulawesi Tenggara, menjelang pembelajaran tatap muka yang rencananya dilangsungkan pada Juli mendatang, Pemerintah Kota Kendari menargetkan rampung memvaksinasi 2.592 orang guru pada Juni.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kendari Makmur menyampaikan, sebanyak 2.005 orang guru telah menjalani vaksinasi hingga April lalu. Ribuan guru yang telah menjalani vaksinasi ini merupakan guru di tingkat TK, dasar, hingga menengah. Meski begitu, jumlah tersebut baru sekitar 45 persen dari total guru dan pegawai yang diusulkan untuk menjalani vaksinasi, yakni 4.579 orang.
”Vaksinasi guru telah kami lakukan sejak Maret lalu seiring rencana pembelajaran tatap muka yang akan berlangsung. Per April jumlahnya telah hampir setengah dari yang kami usulkan. Pekan ini dimulai untuk 2.500-an orang lainnya, termasuk guru honorer,” katanya.
Selain mempercepat vaksinasi, Pemkot Kendari juga menyusun protokol kesehatan untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Pada bulan pertama, sekolah yang dibolehkan menjalani pembelajaran tatap muka hanya yang memiliki murid maksimal 100 orang. Ruangan kelas juga diisi maksimal sebanyak 20 orang dalam satu sesi pembelajaran.
Fasilitas protokol kesehatan, baik itu masker maupun tempat cuci tangan, disediakan di setiap sekolah. Hal tersebut untuk memastikan proses pembelajaran berlangsung aman dan lancar, serta tidak menjadi episentrum baru penyebaran virus Covid-19.
”Yang paling penting juga adalah ada surat izin dari orangtua murid untuk mengikuti pembelajaran tatap muka. Jika ada yang tidak setuju, maka tetap akan dilakukan sekolah daring,” ucapnya.
Di Kendari, sebanyak tiga sekolah menengah di Kendari menjalankan pembelajaran tatap muka pada awal Januari lalu. Setelah berjalan sekitar tiga minggu, proses belajar mengajar secara langsung ini dihentikan karena kasus Covid-19 yang masih tinggi di wilayah ini.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, mendukung langkah percepatan vaksinasi yang dilakukan Pemkot Kendari, baik terhadap pengajar, maupun warga lansia. Upaya tersebut menjadi salah satu peluang meminimalkan penyebaran Covid-19.
”Selain mengejar percepatan vaksinasi, hal yang penting diperhatikan adalah pertemuan di tempat tertutup, bersama banyak orang, bisa meningkatkan risiko penularan baru. Banyak kejadian anak sekolah yang terpapar Covid-19 dari rekan atau lingkungan di sekolah. Padahal, yang divaksin baru gurunya, siswanya belum,” katanya.
Perkuliahan
Sementara itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) bersiap menggelar kuliah tatap muka pada semester pertama tahun akademik 2021/2022 atau sekitar Juli-Agustus 2021. Untuk mencegah penularan Covid-19, mahasiswa diwajibkan karantina selama dua minggu.
Direktur Pendidikan ITB Arief Hariyanto menyebutkan, persiapan kuliah tatap muka itu melibatkan seluruh sivitas akademika untuk membangun kesadaran penerapan prokes. Perwakilan setiap himpunan program studi mahasiswa diikutkan dalam rapat persiapan pembelajaran tatap muka.
Kegiatan akademik tatap muka difokuskan pada aktivitas yang membutuhkan pembelajaran langsung seperti praktikum, workshop, studio, kuliah lapangan, dan tugas besar. ”Protokol karantina mandiri 14 hari atau tes Covid-19 akan menjadi syarat keikutsertaan mahasiswa,” ujar Arief.
Ia meyakinkan, kuliah tatap muka akan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Oleh sebab itu, prokes yang ketat akan diterapkan secara konsisten.
”Seluruh fasilitas ITB akan digunakan, termasuk penyediaan asrama, dan tetap dengan prokes yang ketat,” ucapnya.