Masker dan Ventilasi Jadi Kunci untuk Dukung Sekolah Aman
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa masker dan sistem ventilasi yang baik lebih penting daripada jarak sosial untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di udara di ruang kelas.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Desain kelas yang memungkinkan siswa dapat menjaga jarak sosial penting untuk mengurangi penyebaran SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di ruang kelas selama pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, penggunaan masker yang benar dan sistem ventilasi ruangan yang baik lebih penting daripada jarak sosial.
Studi terbaru yang dilakukan tim peneliti Universitas Florida Tengah menemukan bahwa rute transmisi aerosol (penularan virus melalui udara) tidak membutuhkan jarak sosial enam kaki (sekitar 1,8 meter) saat masker digunakan dengan benar. Ini menguatkan pedoman terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat yang merekomendasikan pengurangan jarak sosial di sekolah dari enam kaki menjadi tiga kaki (sekitar 90 cm) ketika siswa menggunakan masker.
Penggunaan masker terbukti bermanfaat mencegah paparan langsung aerosol.
Penggunaan masker terbukti bermanfaat mencegah paparan langsung aerosol. Ini karena masker memberikan embusan udara hangat yang lemah, yang menyebabkan aerosol bergerak vertikal sehingga tidak mencapai siswa yang berdekatan.
Sedangkan sistem ventilasi yang dikombinasikan dengan filter udara yang baik mengurangi risiko infeksi sebesar 40 hingga 50 persen dibandingkan dengan ruang kelas tanpa ventilasi. Ini karena sistem ventilasi menciptakan arus aliran udara yang stabil yang mengedarkan banyak aerosol ke dalam filter yang menghilangkan sebagian aerosol dibandingkan dengan ruangan tanpa ventilasi di mana aerosol berkumpul di atas orang-orang di dalam ruangan.
“Penelitian ini penting untuk memberikan panduan tentang bagaimana kita memahami keselamatan (dari risiko penularan Covid-19) di ruangan,” kata Michael Kinzel, asisten professor di Departemen Teknik Mesin dan Dirgantara Universitas Florida Tengah sebagaimana dikutip Science Daily pada 5 April 2021. Penelitian ini diterbitkan di jurnal Physics of Fluids pada 24 Februari 2021.
Jika membandingkan probabilitas infeksi saat memakai masker, kata Kinzel, jarak sosial tiga kaki tidak menunjukkan peningkatan kemungkinan infeksi dibandingkan dengan jarak sosial enam kaki. Pemakaian masker dan ventilasi ruangan yang tepat menjadi kunci untuk memungkinkan lebih banyak kapasitas orang dalam satu ruangan di sekolah, bisnis, maupun area dalam ruangan lainnya.
Terkait ventilasi ruangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan, cara efisien untuk meningkatkan pertukaran udara luar ruangan adalah dengan membuka jendela. Mengacu rekomendasi Global Heat Health Information Network, kipas angin untuk sirkulasi udara di ruangan arus dihindari apabila ada beberapa orang di ruangan tersebut.
Dua model
Dalam studi ini, para peneliti membuat model komputer ruang kelas dengan siswa dan seorang guru yang mengenakan masker, kemudian membuat model aliran udara dan penularan penyakit, dan menghitung risiko penularan yang didorong oleh udara. Model ruang kelas berukuran 709 kaki (sekitar 216 meter) persegi dengan langit-langit setinggi 9 kaki (sekitar 2,74 meter).
Para peneliti memeriksa ruang kelas menggunakan dua skenario, yaitu ruang kelas berventilasi dan yang tidak berventilasi, serta menggunakan dua model, yaitu Wells-Riley dan Computational Fluid Dynamics. Wells-Riley biasanya digunakan untuk menilai probabilitas transmisi dalam ruangan dan Computational Fluid Dynamics sering digunakan untuk memahami aerodinamika mobil, pesawat terbang, dan pergerakan bawah air kapal selam.
Ketika membandingkan kedua model tersebut, para peneliti menemukan bahwa Wells-Riley dan Computational Fluid Dynamics menghasilkan hasil serupa, terutama dalam skenario non-ventilasi. Namun Wells-Riley kurang memperkirakan kemungkinan infeksi sekitar 29 persen dalam skenario berventilasi.
Karena itu, kata Aaron Foster, mahasiswa doktoral di Departemen Teknik Mesin dan Dirgantara Universitas Florida Tengah yang juga penulis utama studi ini, tim peneliti merekomendasikan beberapa efek kompleks tambahan yang ditangkap dalam Computational Fluid Dynamics untuk diterapkan pada Wells-Riley. Ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih lengkap tentang risiko infeksi di suatu ruang,
"Hasil Computational Fluid Dynamics yang terperinci memberikan wawasan baru tentang variasi risiko dan hubungan jarak. Mereka juga memvalidasi model Wells-Riley yang lebih umum digunakan untuk menangkap sebagian besar manfaat ventilasi dengan akurasi yang wajar," kata Foster.
Penelitian ini merupakan bagian dari upaya keseluruhan yang lebih besar untuk mengendalikan penularan penyakit yang ditularkan melalui udara dan lebih memahami faktor-faktor yang terkait dengan menjadi penyebar super. Para peneliti juga menguji efek masker pada jarak transmisi aerosol dan tetesan.