Sarjana Siap Pakai, Bukan Siap Latih

Lulusan perguruan tinggi didorong agar meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang relevan dengan permintaan pasar kerja. Selain siap pakai, sarjana mesti kreatif dan memiliki daya cipta.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Truk melintas di Kawasan Industri MM2100 di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/8/2020). Mobilitas warga Jabodetabek yang kian tidak terkendali diduga menjadi pemicu ledakan kasus baru Covid-19. Hingga Rabu (26/8/2020), ada 300 kasus Covid-19 dari kluster industri di daerah itu, 242 di antaranya berasal dari karyawan PT LG Electronics Indonesia.

JAKARTA, KOMPAS — Pesatnya perkembangan industri 4.0 berpengaruh terhadap permintaan pasar tenaga kerja. Lulusan perguruan tinggi yang dibutuhkan mesti siap pakai bukan siap latih, serta sarjana yang terampil, kreatif, dan berdaya cipta,  bukan berkualitas sekadar tahu.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Niknik M Kuntarto menyampaikan hal itu dalam webinar bertema ”Penguatan Alumni, Mitra, dan Stakeholders” yang diselenggarakan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (19/4/2021), di Jakarta.

Tren permintaan pasar kerja seperti itu juga menyasar ke semua jurusan pendidikan tinggi, termasuk jurusan Bahasa Indonesia. Karena itu, para alumni jurusan Bahasa Indonesia tak perlu mengkhawatirkan bahwa globalisasi mengharuskan Bahasa Inggris sebagai utama. Kekhawatiran pasar kerja semata-mata butuh tenaga terampil kode pemrograman semestinya juga dihilangkan.

Alumni jurusan Bahasa Indonesia, lanjut Niknik, harus memosisikan diri, beradaptasi, dan ambil bagian di era industri 4.0. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah berani berkolaborasi dengan lintas bidang ilmu lain. Misalnya, jurusan Bahasa Indonesia berkolaborasi dengan jurusan teknik untuk bersama-sama membuat aplikasi penapisan kesalahan berbahasa Indonesia.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Peserta mengerjakan soal saat mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di antara sekat yang dipasang berjarak di gedung perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (13/4/2021).

”Alumni pendidikan tinggi jurusan Bahasa Indonesia bukan harus selalu jadi guru. Ada beragam profesi yang bisa ditempuh dengan kolaborasi bidang ilmu lain. Alumni dapat menekuni keterampilan bidang teknologi digital,” ujarnya.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sumadi menuturkan, Pemerintah Daerah DIY memiliki visi menjadikan DIY sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan di Asia Tenggara. Visi lainnya adalah mencapai sistem birokrasi berkelas dunia. Tantangan yang dihadapi tidak mudah, seperti tingginya angka kemiskinan. Untuk mencapai visi itu, pemerintah provinsi terbuka bermitra dengan siapa pun, termasuk perguruan tinggi dan swasta.

Alumni pendidikan tinggi jurusan Bahasa Indonesia bukan harus selalu jadi guru. Ada beragam profesi yang bisa ditempuh dengan kolaborasi bidang ilmu lain.

Kepada para alumni perguruan tinggi, tidak peduli latar belakang jurusan, dia berharap, mereka memiliki pemikiran yang solutif. Lulusan perguruan tinggi punya sikap bekerja yang tanggap terhadap permasalahan, baik di lingkungan kerja maupun masyarakat, misalnya persoalan pemajuan kebudayaan.

”Intinya, alumni perguruan tinggi memiliki semangat bekerja profesional dan inovatif. Bukan asal nunggu dawuh (perintah). Tugas perguruan tinggi sekarang merancang kurikulum yang mampu menjadikan lulusannya tetap relevan dengan tantangan zaman,” kata Sumadi.

Baca juga : Belum Semua Perguruan Tinggi Jalankan Konsep Kampus Merdeka

Kampus Merdeka

Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY Suminto A Sayuti memandang, kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sudah tepat menjawab tren industri 4.0. Beberapa perguruan tinggi, seperti UNY, sudah mengikuti arahan kebijakan itu.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelamar mengerjakan soal bahasa Indonesia saat mengikuti ujian calon perangkat desa di ruang kelas SD Negeri Mojolegi, Kecamatan Teras, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (18/12/2019). Sebanyak 39 pelamar mengikuti ujian selama dua hari untuk memperebutkan 13 posisi jabatan perangkat desa di lingkup Kecamatan Teras.

Dia mengklaim, UNY telah menerapkan ”Merdeka Belajar” jauh sebelum Kemendikbud mendengungkan hal itu. Fakultas Bahasa dan Seni telah membolehkan mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia menghasilkan karya berupa novel pop ketika era popularitas fiksi populer belum meledak seperti sekarang.

”Kami telah memperbolehkan atau tepatnya memerdekakan mahasiswa untuk menimba pengalaman di luar kampus, seperti menghasilkan karya dengan seniman dan mengikuti pertukaran mahasiswa,” ujarnya.

Baca juga : Belajar Merdeka melalui Merdeka Belajar