Penyerangan Guru Berdampak bagi Layanan Pendidikan di Papua
Organisasi PGRI menyatakan, aksi penembakan dua guru di Kabupaten Puncak berdampak besar bagi anak-anak Papua. Masalah ini menyebabkan perbaikan kualitas sumber daya manusia di Papua terkendala.
JAYAPURA, KOMPAS — Persatuan Guru Republik Indonesia menyatakan penyerangan dua guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, sebagai perbuatan tidak berperikemanusiaan. Insiden ini berdampak besar bagi perbaikan kualitas pendidikan di pedalaman Papua.
Hal ini disampaikan Nomensen Mambraku dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Papua di Kota Jayapura, Sabtu (10/4/2021).
Ia mengatakan, PGRI mengecam keras aksi penembakan dua guru oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Beoga, yakni Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden. Oktovianus adalah seorang guru Sekolah Dasar Jambul dan Yonatan sebagai guru Matematika di SMP Negeri 1 Beoga.
Oktovianus ditembak KKB pada Kamis (8/4/2021) di Kampung Julugoma, Distrik Beoga. Sementara Yonatan ditembak mati KKB pada Jumat (9/4/2021) di Distrik Beoga.
Berdasarkan data Kepolisian Sektor Beoga, kedua korban diduga ditembak KKB Muara. Kelompok ini yang sering beroperasi di Kabupaten Puncak.
”Hati kami sangat sedih. Peristiwa ini akan berdampak besar bagi dunia pendidikan di daerah pedalaman Papua yang rawan konflik. Padahal, anak-anak di sana sangat membutuhkan pendidikan,” katanya.
Baca juga : Jenazah Dua Guru Korban Konflik Bersenjata di Puncak Dievakuasi
Nomensen pun meminta pemerintah bisa menuntaskan permasalahan ini dan memberikan perlindungan ekstra bagi para guru. Sebab, aksi penyerangan guru sudah terjadi berulang kali di Papua.
Hati kami sangat sedih. Peristiwa ini akan berdampak besar bagi dunia pendidikan di daerah pedalaman Papua yang rawan konflik. Padahal, anak-anak di sana sangat membutuhkan pendidikan. (Nomensen Mambraku)
Ia menilai, aksi penyerangan guru menyebabkan perbaikan kualitas SDM di Papua terhambat. Papua masih menempati peringkat terakhir angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 34 provinsi di Indonesia. Pada 2020, IPM Papua 60,44.
Berdasarkan data Kepolisian Daerah Papua, sejumlah kasus kekerasan menimpa guru dan tenaga kesehatan di empat daerah itu sejak tahun 2016 hingga kini. Empat daerah ini adalah Puncak Jaya, Puncak, Mimika, dan Nduga.
Pertama, kasus penembakan Yuni Yesra, seorang guru SD Negeri Kulirik di Puncak Jaya, 12 September 2016. Yuni tewas terkena tembakan di kepala.
Selanjutnya, ada kasus penyanderaan yang dilakukan KKB terhadap 18 guru di Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika, 13 April 2018. Pasukan TNI Angkatan Darat berhasil membebaskan para sandera pada 19 April 2018.
Kemudian kasus intimidasi dan penyanderaan terhadap 15 guru dan paramedis di Distrik Mapenduma, Nduga, 3-17 Oktober 2018. Salah satu korban mengalami pelecehan seksual.
Terakhir kasus penembakan Oktovianus dan Yonatan di Distrik Beoga. Oktovianus telah mengabdi di Beoga selama 10 tahun terakhir dan Yonatan sejak tahun 2019.
Baca juga : Lindungi Pekerja Kemanusiaan
”Dalam lima tahun terakhir sering terjadi kasus penyerangan tenaga guru. Kami berharap aparat keamanan bisa melindungi para guru agar masalah ini tidak terulang lagi,” katanya.
IAR, salah seorang pekerja kemanusiaan di Beoga yang namanya diinisialkan demi faktor keamanan, saat dihubungi, mengatakan, dirinya sangat berharap segera dievakuasi ke Timika. Sebab, KKB terus melepaskan tembakan di Beoga selama beberapa hari terakhir.
”Sebanyak 11 tenaga kesehatan beserta tiga kerabatnya dan lima tenaga guru telah mengungsi di tempat yang aman. Kami berharap segera dievakuasi dari tempat ini,” katanya.
Aparat keamanan gabungan TNI-Polri telah mengevakuasi jenazah dua guru beserta empat guru dan tiga kerabatnya dengan pesawat dari Beoga ke Timika, Sabtu ini.
Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi di Jakarta mengatakan, PB PGRI mengutuk keras atas penembakan yang menyebabkan tewasnya dua orang guru di Kabupaten Puncak, Papua, selama dua hari berturut-turut. PGRI juga sangat menyesalkan terjadinya pembakaran terhadap tiga gedung sekolah, yakni SD Jambul, SMP Negeri 1, dan SMA Negeri 1 Beoga, serta rumah guru.
”Guru merupakan penyuluh peradaban bangsa yang mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi bangsa sehingga harus dilindungi dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.
Apabila guru tidak merasakan kepastian jaminan keselamatan dalam menjalankan tugasnya, lanjut Unifah, PB PGRI berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi keamanan mereka selama bertugas. Selain itu, PB PGRI juga berharap permasalahan yang terjadi di ranah konflik dapat segera teratasi sehingga masyarakat bisa hidup damai.
”Kami berharap negara hadir untuk memberikan perlindungan kepada para guru yang bertugas di pedalaman yang kini sedang terjadi konflik,” kata Unifah.
Siapkan helikopter
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri saat ditemui di Jayapura mengatakan, Polri dan TNI akan menyiapkan helikopter untuk mengevakuasi para guru, tenaga kesehatan dan kerabatnya dari Distrik Beoga ke tempat yang aman.
Ia menegaskan tim tindak dari Satgas Nemangkawi akan diterjunkan ke Beoga untuk menyelamatkan para guru serta tenaga kesehatan dan mengamankan obyek vital negara dari serangan KKB, yakni lapangan terbang.
”Saat ini jumlah anggota Brimob di Beoga sebanyak 25 orang. Kami akan mengirimkan tambahan anggota Brimob dari Polda Papua agar upaya penegakan hukum secara terukur,” kata Mathius.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, menegaskan, pihaknya menembak dua guru di Beoga karena sebenarnya adalah mata-mata aparat keamanan. ”Kami telah memetakan data anggota intelijen yang menyamar sebagai tenaga kesehatan, guru, dan aparatur sipil negara,” kata Sebby.
Dari data Polda Papua, terjadi 49 aksi gangguan keamanan oleh KKB di Papua sepanjang tahun 2020. Teror penembakan KKB terjadi di tujuh wilayah hukum Polda Papua, meliputi Nduga, Intan Jaya, Paniai, Mimika, Puncak Jaya, Keerom, dan Pegunungan Bintang. Sebanyak 17 orang meninggal akibat aksi KKB.
Pada 2021, KKB sama sekali tidak menghentikan aksinya. Total sembilan kali aksi penyerangan yang menyebabkan aparat keamanan dan warga menjadi korban. Tiga anggota TNI dan empat warga sipil meninggal. Sementara satu anggota TNI dan seorang warga mengalami luka berat karena terkena tembakan.