Brumbung, ”Surga” Jejak Peradaban Masa Lalu di Kaki Kelud
Brumbung merupakan salah satu desa di utara Gunung Kelud, di Kabupaten Kediri, yang memiliki banyak benda peninggalan masa lalu, khususnya dari zaman Kediri. Potensi benda cagar budaya di kawasan ini diperkirakan banyak
Peradaban masa lampau selalu mengundang rasa penasaran dan menarik untuk ditelusuri. Apalagi seperti yang ditemukan di Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, banyak situs kerajaan masa lalu yang terpendam akibat tertimbun letusan Gunung Kelud.
Suara karaoke lagu pop memecah kesunyian suasana persawahan Watu Tulis, di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, Minggu (21/3/2021). Tak seperti biasanya ketika musim hujan, sinar matahari siang itu terasa cukup terik membakar kulit.
Begitu didekati, alunan lagu yang tak asing di telinga itu ternyata berasal dari sebuah warung nonpermanen, yang lokasinya hanya beberapa jengkal dari sebuah situs petirtaan kuno. Areanya berada di pinggir jalan kecil yang biasa menjadi akses petani menuju sawah.
”Hari ini agak sepi. Biasanya ada saja yang berkunjung ke sini, baik sekadar melihat-lihat atau ada keperluan lain (spiritual),” tutur Sulton (44), kepala dusun setempat.
Sulton bersama seorang warga lainnya, saat itu, tengah menunggu pengunjung sambil bernyanyi menghibur diri. Pasalnya, selain petirtaan kuno, di balik pepohonan juga terdapat tempat pemandian anak yang memanfaatkan air saluran irigasi setempat.
Petirtaan kuno itu ditemukan secara tidak sengaja satu tahun lalu. Berawal dari rencana membuat pemancingan, ternyata batu bata yang tergali punya sejarah akan kehidupan masa lalu.
Situs yang kemudian dikenal sebagai Pertiraan Geneng itu telah melalui dua kali proses ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Ukurannya 4,8 meter (m) x 5 m dengan kedalaman sekitar 2 m. Sejauh ini baru pagar bambu berukuran 10 m x 10 m dengan atap terpal sebagai naungan.
Petirtaan Geneng terbuat dari batu bata dan memiliki empat buah jwaladara atau pancuran air dari batu andesit. Tiga di antara jwaladara itu berupa makara dan satu arca dewa mengendarai kuda. Dari empat jwaladara yang ada, hanya satu di sisi selatan yang masih mengalirkan air.
Meski debitnya cukup kecil, perlahan air memenuhi kolam sehingga harus dikuras secara berkala menggunakan mesin pompa air. Hal ini dilakukan agar struktur petirtaan tidak rusak lantaran bahan perekatnya bukan dari semen.
Petirtaan kuno itu ditemukan secara tidak sengaja satu tahun lalu. Berawal dari rencana membuat pemancingan, ternyata batu bata yang tergali punya sejarah akan kehidupan masa lalu.
”Harus pakai pompa karena saluran outletnya belum ditemukan. Pompanya diadakan secara swadaya. Beberapa waktu lalu pompa sempat rusak. Tiga hari tidak disedot hingga airnya penuh,” kata Sulton yang juga selaku pemilik lahan di mana Petirtaan Geneng itu berada.
Baca juga: Ekskavasi Petirtaan Klotok Sebagai Wanasrama di Masa Silam
Hasil ekskavasi BPCB Jawa Timur menyatakan petirtaan yang berjarak sekitar 40 kilometer di sisi timur Kota Kediri ini bagian dari kompleks percandian yang dibangun pada era Kediri-Majapahit pada abad 12-14 Masehi (M).
Petirtaan Geneng bukan satu-satunya situs masa lalu yang ditemukan di kawasan persawahan Watu Tulis. Selama ini ada sejumlah benda purbakala, mulai dari arca dwarapala, lingga, hingga Prasasti Brumbung 1 (Geneng 1) dan Prasasti Brumbung 2 (Geneng 2) ditemukan di kawasan itu.
Saat ini benda-benda purbakala itu disimpan rapi di ”museum” kecil di kantor balai desa setempat. Sejak 2007, pihak desa meletakkan benda-benda itu di pendopo kecil di halaman balai desa sehingga bisa dilihat masyarakat atau siapa saja yang datang ke situ.
”Dulu kondisinya berserakan di mana-mana. Setiap ada warga yang menemukan, kemudian kami kumpulkan jadi satu di balai desa. Harapan kami bisa nguri-uri (melestarikan) kebudayaan,” kata Kepala Desa Brumbung Siti Nurhanik.
Menurut Siti benda cagar budaya yang ditaruh di Balai Desa rata-rata semua komponen candi sehingga tidak tertutup kemungkinan, di Brumbung memang terdapat candi atau bekas candi yang hingga kini belum ditemukan.
Petirtaan Geneng bukan satu-satunya situs masa lalu yang ditemukan di kawasan persawahan Watu Tulis. Selama ini ada sejumlah benda purbakala, mulai dari arca dwarapala, lingga, hingga Prasasti Brumbung 1 (Geneng 1) dan Prasasti Brumbung 2 (Geneng 2) ditemukan di kawasan itu.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Petirtaan Geneng tahun lalu. ”Biasanya kalau melihat peta, tidak jauh dari petirtaan ada candi,” ujar Siti yang mengaku pengembangan wisata budaya sudah mulai dirintis.
Diakui Siti, setelah petirtaan, memang belum ditemukan lagi situs cagar budaya. Adapun untuk mencari potensi bangunan lain yang terkait dengan petirtaan masih terdapat kendala. Salah satunya lahan tempat ditemukannya situs itu milik masyarakat.
Sejauh ini, menurut Siti, koleksi situs yang ada di Balai Desa tidak saja menambah wawasan masyarakat setempat, tetapi juga siapa saja yang datang untuk melihat benda. Koleksi itu juga menjadi media pembelajaran. Banyak mahasiswa dari luar daerah yang datang ke Brumbung untuk mempelajari benda-benda itu dan keterkaitannya dengan sejarah di kawasan Brumbung.
Masa Kerajaan Kediri
Arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan, keragaman temuan di Brumbung masuk kategori luar biasa. Selain bervariasi, juga cukup lengkap dibanding daerah lain di Kediri dan lainnya.
Situs-situs yang telah ditemukan di Brumbung sebagian besar berasal dari masa Kerajaan Kadiri atau Kediri. Begitu pula prasastinya, Brumbung 1 yang berangka 1128 M berasal dari masa pemerintahan Bameswara. Sementara Brumbung 2 pada 1329 M merupakan prasasti yang dibuat semasa Ratu Tribuwana Tunggadewi dari Kerajaan Majapahit.
”Prasasti Brumbung 1 berisi tentang penetapan daerah sima (bebas pajak). Sedang Brumbung 2 menyebut tentang bangunan pendarmaan,” ujar Wicaksono.
Selain Brumbung 1 dan 2, di luar Desa Brumbung sebenarnya juga ditemukan prasasti lain dari zaman berbeda sebelum Kerajaan Kediri, yakni Prasasti Harinjing (804 M) dan Paradah (943 M) di Desa Siman yang berasal dari masa Mpu Sindok (Kerajaan Medang). Adapun Prasasti Harinjing kini berada di Museum Nasional Jakarta.
Baca juga: Menilik Jejak Calon Arang Si Penebar Wabah
Menurut Wicaksono, daerah Brumbung dan sekitarnya merupakan desa-desa lama yang tertutup material aluvial Gunung Kelud. Brumbung terletak 10 kilometer di utara Kelud.
”Seperti diketahui, Kepung menjadi salah satu daerah rawan bencana Kelud sehingga permukiman kunonya tenggelam, termasuk bangunan sucinya. Di Brumbung, ketebalan material aluvialnya mencapai 5 meter,” katanya.
Warga melintas di depan Balai Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang terik, Minggu (21/3/2021).Daerah Kediri memang memiliki banyak potensi cagar budaya dari masa Kerajaan Kediri. Hal itu terutama di wilayah Kepung, potensi benda cagar budaya yang ada relatif utuh karena posisinya tertimbun tanah. Berbeda dengan tempat lain banyak yang telah hilang atau tidak utuh.
”Kalau kita mau menguak bukti jejak peradaban dari masa Kediri, mungkin kita akan bisa menemukan di daerah Kepung. Memang tantangannya, lapisan tanah di sana cukup tebal. Jadi selain memiliki potensi, tantangannya juga ada. Terpendam tebal sekali,” paparnya.
Tertarik untuk melihat lebih dekat situs peradaban masa lalu itu? Tidak ada salahnya jika Anda meluangkan waktu mengunjungi Desa Brumbung.