Lebih kurang 25.400 guru SD dan SMP di Surabaya, Jawa Timur, mulai mendapat vaksin Covid-19, Rabu (10/3/2021). Vaksinasi untuk percepatan mewujudkan kekebalan kelompok dan persiapan tahun ajaran baru.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lebih kurang 25.400 guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Surabaya, Jawa Timur, mulai mendapatkan vaksinasi Covid-19, Rabu (10/3/2021). Vaksinasi untuk guru diharapkan menjadi bagian dari percepatan mewujudkan kekebalan kelompok. Selain itu, persiapan tahun ajaran baru sesuai adaptasi normal baru.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, guru SD-SMP merupakan salah satu sasaran vaksinasi tahap kedua. Guru merupakan aparatur pelayanan publik. Sasaran lainnya ialah anggota TNI, Polri, warga lanjut usia, pemuka agama, anggota legislatif, dosen, dan kelompok masyarakat tertentu yang masuk kategori rentan penularan Covid-19, antara lain jurnalis.
Febria mengatakan, guru yang termasuk dalam kategori lanjut usia mendapat prioritas dalam vaksinasi. Jumlah guru lansia yang sudah purnakarya atau tetap bertugas sekitar 20 persen dari 25.400 orang atau 5.080 orang. ”Yang terlebih dahulu mendapat vaksin guru lansia,” katanya.
Vaksinasi berlangsung di puskesmas atau rumah sakit terdekat dengan sekolah atau kampus tempat guru atau dosen mengajar. Di Surabaya, ada 63 puskesmas dan lebih dari 40 rumah sakit serta klinik yang ditunjuk oleh pemerintah untuk pemberian vaksin Covid-19. Vaksinasi bisa berlangsung dengan cepat jika dilaksanakan serentak dan tidak ada masalah dalam penerimaan vaksin dari pusat.
Sejak pertengahan awal tahun, di Surabaya sudah lebih dari 173.000 orang yang mendapat vaksinasi melalui tahap pertama dan tahap kedua. Jumlah ini yang tertinggi di antara kabupaten/kota lainnya se-Indonesia. Jumlah itu setara 33,6 persen dari sekitar 515.000 orang yang telah divaksin di Jatim. Vaksinasi di Jatim sementara ini tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memberi pengarahan kepada seluruh kepala SMP negeri dan swasta untuk persiapan tahun ajaran baru. Kepala sekolah agar nantinya mendorong peningkatan kegiatan belajar setelah selama ini berlangsung dalam jaringan atau daring (online).
Kemungkinan tatap muka
Di tahun ajaran baru yang menurut rencana dimulai pertengahan Juli 2021, ada kemungkinan besar dilaksanakan persekolahan tatap muka. Sekolah harus memulai adaptasi normal baru sehingga penerapan protokol kesehatan menjadi penting dalam persekolahan tatap muka untuk menekan potensi penularan pandemi Covid-19.
Tidak memungkinkan membangun sekolah-sekolah baru dalam waktu dekat sehingga kami mengajukan penambahan rombongan belajar.
Di sisi lain, Eri menyatakan ada sekitar 5.100 pelajar yang kemungkinan tidak tertampung masuk SMP negeri dan swasta nantinya. Sebabnya, jumlah lulusan SD/MI melampaui kapasitas SMP/MTs. Selain itu, ada aturan bahwa dalam satu kelas atau rombongan belajar maksimal diikuti 32 siswa. Penerapan protokol juga berkonsekuensi pengurangan kapasitas dalam kelas karena setiap pelajar harus jaga jarak atau tidak bisa berdekatan.
”Kami akan ajukan penambahan kapasitas rombongan belajar,” kata Eri yang dilantik dua pekan lalu.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menambahkan, pihaknya akan mengajukan penambahan kapasitas jumlah murid dalam rombongan belajar di SMP. Tahun ini, lulusan SD/MI mencapai 45.575 murid. Daya tampung SMP swasta/MTs mencapai 23.232 murid, sedangkan SMP negeri 18.208 murid. Dengan demikian, ada selisih 5.135 siswa siswi.
”Tidak memungkinkan membangun sekolah-sekolah baru dalam waktu dekat sehingga kami mengajukan penambahan rombongan belajar,” kata Supomo.
Adapun bulan depan atau April akan mulai pendaftaran peserta didik baru (PPDB). Penerimaan akan seperti tahun sebelumnya yang antara lain memperhatikan zonasi atau kedekatan jarak siswa-siswi dengan sekolah. Selain itu, pendaftaran juga dilakukan secara daring untuk menekan potensi penularan Covid-19.