Para sivitas akademika SMPN 1 Banyumas meluncurkan 64 judul buku yang digarap selama dua tahun. Buku-buku itu berupa kumpulan cerpen, puisi, novel, serta kisah pendampingan peserta didik.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Para murid, guru, karyawan, serta kepala sekolah di SMP Negeri 1 Banyumas, Jawa Tengah, meluncurkan 64 judul buku. Buku-buku berupa kumpulan puisi, cerpen, autobiografi, kisah pendampingan terhadap peserta didik, dan novel itu diterbitkan sebagai sarana ekspresi diri serta untuk mengasah kemampuan literasi para sivitas akademika.
”Menulis buku bisa jadi sarana curhat. Daripada curhat dengan orang lain, lebih baik curhat lewat buku. Itu lebih bermanfaat. Siswa juga diajak menulis untuk meningkatkan literasi,” kata Kepala SMPN 1 Banyumas Endah Kurniasih di Banyumas, Selasa (9/3/2021).
Endah mengatakan, dirinya mengajak semua siswa, guru, serta karyawan untuk menulis bukan dengan paksaan, melainkan melalui teladan. Endah sendiri menulis sembilan buku yang terdiri dari novel, kumpulan cerpen, pengalaman sebagai ibu dari tiga anak, serta pengalaman mendampingi peserta didik yang pintar tetapi berasal dari keluarga kurang mampu.
”Saya tidak ngopyak-opyak (menyuruh dengan memaksa), tapi mengajak dengan hati sehingga mereka ikut termotivasi,” ujarnya.
Endah juga menyebutkan, manfaat menulis bagi guru, selain sebagai sarana curhat (curahan hati), juga menjadi sarana untuk mendapatkan poin demi mendukung kenaikan pangkatnya. Adapun bagi murid disediakan kegiatan ekstrakurikuler literasi menulis setiap Kamis sore. ”Proses pembuatan 64 buku ini berlangsung sekitar dua tahun,” ujarnya.
Ni Luh Cantika Najla (14), siswa kelas VIII yang juga menulis novel Kacau karena Halu, mengatakan, dirinya suka menulis karena suka berimajinasi atau dalam bahas kekinian disebut halusinasi atau disingkat ”halu”.
Proses pembuatan 64 buku ini berlangsung sekitar dua tahun.
”Ini tentang seorang gadis yang suka berhalusinasi dan halusinasinya itu jadi kenyataan. Dia bersama temannya berusaha cari buku mantra untuk menyelesaikan kekacauan,” kata Ni Luh yang bercita-cita ingin jadi diplomat.
Adapun Fortuna Dara Cantika (14), siswa kelas VIII, menulis novel Sepasang Merpati tentang persahabatan yang dihubungkan dengan surat yang disampaikan oleh merpati. ”Inspirasinya dari nama saya: dara (dalam bahasa Jawa adalah burung merpati). Teman-teman menyebut saya merpati,” kata Dara yang bercita-cita jadi juru masak (chef).
Berimajinasi
Baik Ni Luh maupun Dara menyampaikan, dengan menulis, mereka merdeka berimajinasi dan berlatih untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan. ”Dengan menulis bisa mengembangkan imajinasi dalam kepala, tidak hanya diingat oleh diri sendiri, tapi juga dikenang oleh orang lain,” papar Dara.
Sutarno sebagai pengawas SMP di Kabupaten Banyumas mengapresiasi upaya sivitas akademika SMPN 1 Banyumas untuk mengembangkan literasi dengan menerbitkan buku. Menurut dia, kendala untuk menulis buku adalah minimnya motivasi dan juga keterbatasan waktu. ”Motivasi kadang kurang. Kalau ada guru yang sangat kuat memberikan motivasi, tinggal diajak untuk menggali ide saja,” ujarnya.
Menurut Sutarno, lewat membaca dan menulis, pelajar dapat menjadi generasi literer. ”Generasi literer adalah generasi yang dalam mengungkapkan gagasan idenya itu tidak berdasarkan atas bayangan semu, tapi berdasarkan atas literasi yang dia peroleh, baik literasi digital, literasi tulis, literasi baca, termasuk literasi numerik, dan sebagainya. Orang menulis, kan, harus membaca,” tuturnya.
Buku-buku yang diluncurkan antara lain berjudul Hilangnya Planet Pluto, Perjalanan Menggapai Mimpi, Story Gendis, Venus, Sebongkah Emas untuk Bunda, Pertanggungjawaban di Negeri Lain, Pendampingan Belajar Daring, Mimpi di Balik Tirai, Sisi Tersembunyi, Man Shabara Zhafira, Naskah Drama melalui Iklan Televisi, Untaian Puisi Kehidupan, Bukan Kelas Biasa, dan Isi Hati Remaja.