Patuh Protokol Kesehatan, Perayaan Imlek di Palembang Lengang
Perayaan Imlek di sejumlah tempat ibadah di Palembang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Pengurus tempat ibadah pun membatasi umat yang datang dan mengimbau untuk beribadah di rumah saja.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Perayaan Imlek di sejumlah tempat ibadah di Palembang terlihat lengang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Pengurus tempat ibadah pun membatasi umat yang datang dan mengimbau untuk beribadah di rumah saja.
Suasana lengang terlihat di Wihara Vajra Bhumi Sriwijaya di kawasan 16 Ilir, Palembang, Jumat (12/2/2021). Hanya beberapa orang yang berdoa di wihara tersebut. Sebelum memasuki tempat ibadah, jemaat diwajibkan mengenakan masker dan mencuci tangan menggunakan cairan antiseptik.
Ibadah perayaan Tahun Baru Imlek dilakukan secara virtual yang telah disiapkan oleh pengurus tempat ibadah. ”Memang sejak awal, kami sudah mengimbau umat untuk beribadah di rumah dengan memanfaatkan jaringan virtual,” ucap Ketua Wihara Vajra Bhumi Sriwijaya Palembang Biksu Sukarman.
Kebijakan ini dikeluarkan mengingat Sumsel masih dilanda pandemi. Agar tidak terjadi kerumunan, tidak ada ibadah di wihara ini. Umat yang datang pun dibatasi. Padahal, sebelum pandemi mendera, wihara ini kerap dikunjungi ribuan umat untuk berdoa.
Memang sejak awal, kami sudah mengimbau umat untuk beribadah di rumah dengan memanfaatkan jaringan virtual. (Sukarman)
”Sebelum pandemi, dari pagi hingga petang, kunjungan umat tidak pernah berhenti, karena banyak dari mereka yang pulang kampung dan ingin berdoa bersama. Tahun ini suasananya berbeda,” kata Sukarman.
Walau demikian, lanjut Sukarman, pasti ada hikmah di balik lenggangnya suasana Imlek, yakni semakin tekun beribadah dan berdoa agar pandemi bisa hilang dari Sumatera Selatan. ”Kalau bisa, jangan hanya new normal, tetapi bisa normal kembali,” harap Sukarman.
Kondisi serupa terlihat di Wihara Dharmakirti, Palembang, Kamis (11/2/2021) malam. Kurang dari 100 orang datang mengikuti ibadah Puja Bakti, yakni berupa memanjatkan doa dan melantunkan pujian. Di akhir ibadah, dinyalakan ratusan lampu pelita pertanda pembawa terang di tengah kegelapan.
Umat dibatasi
Ketua Majelis Buddhayana Indonesia Palembang Sukartek menyampaikan, memang sejak awal jumlah umat yang datang dibatasi. Tahun lalu, kunjungan umat ketika menyambut Tahun Baru Imlek bisa mencapai 400 orang, kini kurang dari 100 orang. ”Pembatasan ini dilakukan agar tidak terjadi kerumunan. Tempat berlutut umat pun harus berjarak,” ujar Sukartek.
Beberapa perayaan yang berpotensi menimbulkan kerumunan juga ditiadakan, misalnya makan bersama seusai ibadah dan atraksi barongsai. ”Memang tahun ini suasananya sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, kami berharap keberuntungan tetap mengalir di tahun ini,” ujar Sukartek.
Tidak hanya di tempat ibadah, beberapa fasilitas umum seperti di Pasar 16 yang biasanya ramai dengan pedagang dan pembeli, Jumat pagi sangat lengang. Bahkan, beberapa jalan protokol di Palembang juga terlihat demikian.
Wakil Ketua Majelis Rohaniawan Tridarma Sumatera Selatan Tjik Harun mengatakan, ada sekitar 100 kelenteng dan wihara yang melakukan perayaan Tahun Baru Imlek di Palembang. ”Mereka punya cara tersendiri untuk menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Misalnya, ada tempat ibadah yang masih dibuka untuk tempat beribadah umat dengan menambah jumlah petugas keamanan guna mengurai potensi kerumunan.
Di Kelenteng Chandra Nadi di kawasan 10 Ulu, Palembang, contohnya, menambah jumlah petugas hingga dua kali lipat untuk memantau pergerakan umat agar tidak berkerumun. Tidak hanya itu, cairan antiseptik pun ditambah.
Ada juga tempat ibadah yang tidak mengizinkan sama sekali umatnya untuk berdoa di tempat ibadah dengan alasan protokol kesehatan. Namun, mereka menyediakan fasilitas virtual guna memudahkan umat.
Kewaspadaan terhadap protokol kesehatan, lanjut Harun, akan terus berlangsung sampai perayaan Cap Go Meh. Harun memastikan tempat perayaan Cap Go Meh pun akan dibatasi, termasuk di Pulau Kemaro. ”Umat hanya boleh berdoa, tetapi beberapa perayaan yang menimbulkan kerumunan tidak akan digelar tahun ini,” ucapnya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengapresiasi langkah pengurus tempat ibadah yang berkomitmen untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan mengacu pada protokol kesehatan. ”Perayaan boleh terus berlangsung, tetapi harus ingat protokol kesehatan. Silakan bersilaturahmi bersama keluarga,” ucapnya.
Walau suasana perayaan Imlek tahun ini berbeda dari tahun lalu, indahnya keragaman di tengah masyarakat Sumsel tetap terasa. ”Inilah indahnya toleransi dan kerukunan,” ujarnya.
Sebab, modal membangun daerah dan ekonomi adalah kerukunan antarumat beragama. Herman berharap agar pada tahun Kerbau Logam ini masyarakat Sumatera Selatan tetap bersemangat melakukan aktivitas walau dilanda pandemi.