Akibat Pandemi, Cap Go Meh di Pulau Kemaro Ditiadakan
Akibat pandemi Covid-19, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, Sumatera Selatan, ditiadakan. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak Pulau Kemaro dibuka untuk wisatawan pada 16 tahun lalu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Akibat pandemi Covid-19, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, Sumatera Selatan, ditiadakan. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak Pulau Kemaro dibuka untuk wisatawan pada 16 tahun lalu. Padahal, perayaan ini menjadi salah satu agenda wisata andalan Kota Palembang lantaran dapat menyedot wisatawan hingga 20.000 orang.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani, Senin (8/2/2021), menegaskan, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, ditiadakan untuk tahun ini. Tujuannya untuk mencegah penularan Covid-19 yang lebih luas. ”Jika Cap Go Meh diselenggarakan, tentu akan banyak orang yang datang. Keramaian inilah yang kami hindari,” ucapnya.
Padahal, acara ini merupakan salah satu program pariwisata andalan di Palembang lantaran dapat menyedot hingga 20.000 wisatawan setiap tahunnya. ”Wisatawan yang datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand,” kata Isnaini.
Pulau Kemaro memiliki daya tarik karena berada di tengah Sungai Musi. Untuk sampai ke sana, pengunjung harus menggunakan perahu. Namun, biasanya, khusus untuk perayaan Cap Go Meh, panitia akan menyusun tongkang untuk dijadikan jembatan sementara untuk sampai ke pulau.
Biasanya, wisatawan datang ke Pulau tersebut untuk berdoa dan menyaksikan sejumlah perhelatan kesenian China di sana. Kemeriahan bertambah dengan adanya pertunjukan barongsai. Pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan pagoda berlantai sembilan dan beribadah di Kelenteng Hok Tjing Rio.
Tidak digelarnya Cap Go Meh di Palembang menjadi sebuah kerugian besar bagi sekor pariwisata di Palembang. Tidak hanya ketika perayaan, tetapi juga akan berpengaruh pada acara wisata yang selanjutnya. ”Ketika wisatawan datang ke Pulau Kemaro, mereka tentu akan memberikan kesan kepada orang terdekat. Ini tentu akan mengundang wisatawan baru untuk datang ke Palembang,” ucapnya.
Cap Go Meh menjadi satu dari 30 acara wisata di Palembang yang penyelenggaraannya dibatalkan akibat pandemi. Setiap tahunnya ada 101 acara yang digelar di Palembang, tetapi pada 2020 hanya 71 acara yang tergelar.
Tidak hanya acara keagamaan, acara wisata, seperti Ziarah Kubro, yang juga sudah rutin digelar setiap tahun, harus dibatalkan karena pandemi. ”Bahkan, Ziarah Kubro sudah ditiadakan sejak 2020 dan mungkin akan ditiadakan lagi tahun ini,” ucap Isnaini.
Pandemi ini menjadi pukulan keras bagi dunia pariwisata di Palembang. Akibat pandemi, target tahun 2020 tidak tercapai dan pada pertengahan tahun terpaksa harus melakukan revisi dari yang semula 2,2 juta menjadi 800.000 wisatawan. ”Pada akhirnya, kami bisa melampaui target karena jumlah wisatawan yang datang ke Palembang tahun 2020 mencapai 880.000 orang,” ujar Isnaini.
Wakil ketua Majelis Rohaniwan Tridharma Sumatera Selatan Tjik Harun menuturkan, pembatalan acara Cap Go Meh sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah untuk menghindari adanya kerumunan. ”Tahun ini kita rehat dulu,” katanya.
Pembatalan perayaan Cap Go Meh ini baru pertama kali terjadi sejak kawasan tersebut dibuka untuk wisatawan pada 2005. Harun berharap agar pandemi dapat segera berakhir sehingga perayaan Cap Go Meh dapat digelar kembali di tahun depan.
Pantauan Kompas, di area Pulau Kemaro, Senin (8/2), telah terpasang sejumlah spanduk bertuliskan ”Untuk tahun 2021, perayaan Cap Go Meh ditiadakan”. Kondisi Pulau Kemaro pun sangat lengang, hampir tidak ada aktivitas di sana.
Perayaan Cap Go Meh memang selalu menjadi daya tarik wisatawan. Di tahun-tahun sebelumnya, pengelola biasanya menggelar beragam acara. Ketika memasuki kawasan pulau, pengunjung akan disuguhi dengan indahnya hiasan dari ribuan lampion yang dipasang di hampir semua sisi Pulau Kemarau.
Puluhan tenan juga dibuka untuk memeriahkan acara. Beragam produk ditawarkan, seperti makanan, minuman, aksesori, dan buah tangan khas Palembang. Pedagang kaki lima pun turut memeriahkan kegiatan ini dengan menyajikan jajanan pasar.
Pembatalan perayaan Cap Go Meh ini baru pertama kali terjadi sejak kawasan tersebut dibuka untuk wisatawan pada 2005.
Pusat perayaan Cap Go Meh berada di Kelenteng Hok Tjing Bio. Di sana ratusan umat berdoa di depan makam Siti Fatimah dan Dewa Bumi (Hok Tek Cin Sin). Mereka berharap berkah di tahun baru. Di tempat itu, pengunjung juga meminta kembang yang telah didoakan di atas makam Siti Fatimah. Bunga itu disandingkan dengan kantong warna kuning, yang melambangkan kemakmuran dan kesehatan, berisikan bulir padi dan jagung.
Keramaian juga terpusat pada momen penyembelihan kambing hitam. Warga percaya darah kambing membawa rezeki. Untuk mendapatkannya, ratusan pengunjung Pulau Kemaro rela berdesak-desakan untuk melihat penyembelihan seekor kambing hitam sembari memegang uang dengan beragam nilai. Uang yang dilumuri dengan darah kambing korban sembelihan tersebut dipercaya mendatangkan peruntungan.
Wali Kota Palembang Harnojoyo menuturkan, memang pandemi sangat memukul pariwisata di Palembang. ”Pendapatan dari sektor pariwisata menurun signifikan,” ucapnya. Namun, ini dilakukan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Khusus untuk perayaan Imlek tentu masih boleh digelar, tetapi dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan dengan tidak memancing kerumunan dan tetap menjaga jarak.